6

610 94 6
                                    

Perang sengit terjadi antara Naruto dan Hinata. Hal itu membuat Shikamaru, Sasuke, dan Gaara menatap heran dengan kedua makhluk berbeda gender itu. Terlebih lagi, Naruto tidak segan mendorong Hinata hingga jatuh.

"Awas kau! Menghalangi saja!" Ucap Naruto, ia melangkahi kaki gadis itu, berjalan menuju dapur.

"Aiisshh... pria jahanam ini!" gumam Hinata menggeram sembari mengusap lututnya yang sedikit lecet.

Di dapur, Naruto terus saja berkomat-kamit mengeluarkan mantra suci.

Matanya seketika melihat tepung di dalam lemari.

"Mampus kau!" Umpatnya, ia langsung mengambil tepung itu. Membukanya dengan kasar, lalu menumpahkannya dengan acak, membuat tepung itu bertebaran di seluruh dapur dengan milyaran butir tepung terbang memenuhi ruangan itu.

Pria itu langsung keluar dari dapur dengan tergesa-gesa, dengan sedikit tepung mengotori rambut dan pakaiannya. Tidak lupa menutup pintu dapur.

Dua menit berlalu, Gaara berjalan sembari membawa gelas kosong dari ruang santai. Ia berjalan menuju dapur dan membuka pintu itu, hingga--

"Uhuk! Uhuk! Hei--uhuk! Apa-apaan ini?! Uhuk!" Teriak Gaara dengan terbatuk-batuk kala hidungnya tanpa sengaja menghirup banyak butiran tepung.

"Uhuk! Uhuk! Hinata!" Teriak Gaara.

Mendengar suara Gaara yang memanggilnya, Hinata segera berjalan cepat menuju dapur.

"Ada apa, Gaa-- uhuk! Uhuk! Ya... Tuhan..." Ucap Hinata dengan mata terbelalak melihat keadaan dapur.

"Kau tidak bisa bekerja dengan benar, ya?! Sialan, hidungku sakit sekali!" Gaara melenggang pergi dari dapur.

Amethyst itu mengeksplorasi ruang dapur yang menjadi serba putih dengan tatapan tajamnya, ia kemudian menggeram.

"Namikaze Naruto!" Gumamnya geram.

"Apa yang terjadi? Apa ini?" Shikamaru tiba-tiba datang sembari mengibaskan tangannya untuk menghalau butiran tepung yang mengudara itu.

"Maaf, Shikamaru-sama. Tadi ada rubah masuk ke dalam dapur dan bermain dengan tepung." Ucap Hinata, ia segera pergi ke ruang khusus alat bersih, mengambil mesin vakum yang bergerak otomatis.

Sekembalinya dari sana, ia langsung meletakkan mesin itu di lantai, membiarkannya berkerja untuk menyedot tepung-tepung di lantai.

Sementara dirinya membersihkan meja dan seluruh yang tidak dapat dijangkau mesin vakum itu.

Hinata melempar kasar kain lapnya ke atas meja. Ia tidak tahan lagi, ia berjalan cepat menuju lantai dua.

Tanpa perlu mengetuk, ia langsung masuk ke dalam kamar Naruto, dan mendapati pria itu tengah tertawa menatap laptop.

"Namikaze Naruto!" Teriak Hinata tanpa memakai suffix 'sama'. Ya

Naruto segera menoleh pada gadis itu, lalu kembali menatap laptop-nya.

"Aku tau kau yang melakukannya, Naruto-sama. Jadi, aku perintahkan kau membersihkan dapur itu segera!" Tekan Hinata.

"Kau menuduhku?!" Naruto menatap sengit pada gadis itu, ia bahkan berdiri.

"Tidak! Aku tidak menuduh, tapi itu memang ulahmu, Naruto-sama!" Kesal Hinata.

"Tidak akan!" Sengit Naruto.

Hinata menarik napas dalam, ia mengambil ponsel dari saku celemeknya dan menghidupkannya, lalu meng-klik sebuah video, lalu menunjukkan pada pria itu, membuat mata biru indah itu menatap tajam.

"Akan ku kirim video ini pada Kushina-sama jika kau tidak membersihkan dapur itu juga!" Ancam Hinata.

"Kau--"

Our Baby Sitter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang