14

561 79 2
                                    

Berita perihal Hinata yang diangkat menjadi anak Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto menyebar cepat ke telinga semua siswa.

Kini, mereka hanya bisa memandang Hinata tanpa bisa menghina Hinata kalau ia hanya pembantu dari keempat pangeran sekolah mereka. Jika kata pembantu keluar lagi dari mulut mereka, mungkin besok mereka tinggal nama saja.

Di kantin sekolah terlihat Hinata duduk diantara Sasuke dan Shikamaru, dan di depannya Naruto dan Gaara.

"Kalau kau tidak mau makan sayur, akan ku hajar kau, Naruto-kun!" ucap Hinata.

"Ayolah, aku hanya mau makan sayur jika kau yang memasak langsung Hinata-chan!" ucap Naruto merengek.

"Sasu nii-chan, Naruto-kun tidak mau makan sayur!" ucap Hinata pada Sasuke yang sedang makan ramen.

"Uhuk! Uhuk!" Sasuke langsung terbatuk dan dengan cepat Hinata memberi minum pada Sasuke.

"Apa-apaan panggilan itu?!" Tanya Sasuke tidak suka.

"Kau kan sekarang jadi kakakku hahaha..." tawa Hinata melihat Sasuke.

"Tidak! Aku tidak sudih!" tolak Sasuke tidak terima.
"Yah... Ya sudah." ucap Hinata menghabiskan omelette nya dengan kesal.

Shikamaru mengacak rambut Hinata.
"Rambutku berantakan!" ucap Hinata kesal.
"Ha'i! Ha'i!" Shikamaru langsung merapikan rambut Hinata sambil tersenyum.

Semua siswi hanya bisa memandang iri pada Hinata yang sekarang dimanjakan oleh Sasuke, Naruto, Shikamaru, dan Gaara.
.
.
.
Hinata terlihat berkeliling mansion untuk memeriksa keadaan mansion saja. Ya, hampir lima bulan ini, Hinata selalu berkeliling mansion di dalam maupun di luar saat jam sudah menunjukkan pukul 20.00.

"Aman." gumamnya mematikan senter, lalu masuk ke dalam mansion.

Sesampainya di kamar, ia langsung berbaring tidur.
.
.
.
Pukul 01.28 terlihat dua bayangan hitam masuk ke pekarangan mansion dengan mengendap-endap.

Sepertinya mereka berhasil masuk dinding yang menjulang tinggi mengunakan alat berkail dengan mata jangkar.

Salah satu rekannya mematikan seluruh lampu, lalu ia kembali menemui temannya.

Perlahan dan hati-hati, mereka membuka jendela dengan linggis. Lalu, mereka masuk ke dalam mansion.
.
.
.
"Ugh!" lenguh Hinata membuka matanya dan tidak melihat apa-apa salain gelap gulita.

"Apa mati lampu? Aku haus." Gumamnya dengan suara serak.

Ia berjalan ke arah pintu. Kedua orang yang menyusup masuk tadi langsung bersembunyi saat mendengar suara pintu.

Hinata berjalan ke arah dapur sambil memegang handphone sebagai senter.

Selesai memuaskan dahaga dengan segelas air, ia kembali berjalan menuju kamar.

Saat tangannya menyentuh kenop pintu kamarnya, ia langsung berhenti kala mendengar deru nafas seseorang. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengambil sebuah pistol dari lemari, tak lupa ia matikan senternya. Tanpa suara, ia berjalan membuka pintu dan mencari sumber suara dengan telinga tajamnya.

'Sial! Bagaimana penyusup bisa masuk?' batinnya mengumpat.

Hinata terus melangkah tanpa suara. Ia perlahan menutup matanya, mendengar dengan seksama suara nafas dan langkah kaki.

'Di belakang.' batin Hinata berbalik dan menendang orang itu tepat pada kepalanya.

Buagh

Bruk

Orang tersebut jatuh meringis.

Hinata mundur selangkah dan kembali berkonsentrasi.

Kedua orang itu berdiri sambil berpegangan, mencari dimana letak orang yang membuat temannya tersungkur karena tendangan itu.

Our Baby Sitter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang