17

538 62 0
                                    

Hinata dengan santai masuk dan duduk di sofa dengan kaki menyilang dan kedua tangannya ia rentangkan di atas kepala sofa.

Matanya dengan datar menatap keempat majikannya yang kini diam menunduk, takut menatap gadis di depan mereka.

"Ada yang bisa menjelaskan?" Tanya Hinata tenang.

"..." Keempat pria itu diam. Merasa sulit membuka suara.

"Tidak ada?" Tanya Hinata dengan tangan kirinya kini menekuk, meletakan pipinya ke tangan kirinya yang mengepal.

"Atau mungkin kalian ingin menerima hukuman? Kurasa ini bukan pertama atau kedua kalinya kalian membuat masalah, anak-anak. Kalian pikir pekerjaan yang ku emban ini terasa mudah? Jika orangtua kalian saja menyerah, apa lagi aku. Bukan kemauanku bekerja mengabdikan diri untuk kalian berempat untuk waktu yang tidak ku ketahui kapan selesai. Jika ingin jujur, aku ingin menyudahi peranku sebagai pengasuh kalian dan memilih berlibur di negara orang. Mengasuh anak bayi jauh lebih mudah dibanding mengasuh pria berumur 17 tahun seperti kalian. Di sini aku mempertaruhkan segalanya demi kalian. Jika kalian beranggapan aku mudah dipermainkan, kalian salah anak-anak. Aku tipe orang yang suka mempermainkan dari pada dipermainkan. Hah... haruskah aku benar-benar berhenti? Ini membuatku lelah." Ceramah Hinata panjang lebar dengan kalimat terakhir ia gumamkan, namun masih mampu di dengar oleh keempat pria tampan itu.

"Tidak! Jangan!" Ucap Sasuke, Naruto, Gaara, dan Shikamaru serentak melihat Hinata yang kini memijat pelipisnya.

Gaara menelan air liurnya sedikit susah sebelum ia berbicara.

"Tadi, Toneri mengatakan yang tidak-tidak tentangmu." Ucap Gaara.

"Apa?" Tanya Hinata melihat Gaara dengan datar.

"Dia bilang kalau dia ingin balapan dengan taruhan, dan taruhannya..." Gaara menghentikan ucapannya.

"Dan taruhannya aku tidur dengan Toneri. Kenapa tidak kalian biarkan saja?" Ucap Hinata melanjutkan ucapan Gaara.

"Hinata, jaga ucapanmu! Sudah berkali-kali ku peringatkan!" Ucap Shikamaru menggeram menahan amarah.

"Kenapa?" Tanya Hinata datar.

"Kami tidak akan membiarkan pria mana pun menyentuhmu!" Ucap Sasuke marah.

"Ha? Yang benar saja! Jika aku menikah nanti, tentu saja aku akan di sentuh. Memangnya kalian ingin menjadi suamiku, ha?!" Ucap Hinata malas.

"Ya!" Jawab Sasuke, Naruto, Gaara, dan Shikamaru serentak, membuat Hinata tersentak kaget.

"Ha?! Dasar sinting!" Teriak Hinata dengan wajah merona, jantungnya bahkan berdebar secara tiba-tiba.

"Kenapa? Kau takut jika aku akan jadi suamimu dan menyentuhmu nanti?" Sasuke menyeringai melihat Hinata.

"Aku yang akan menjadi suami dan menyentuhnya, Sasuke." Ucap Shikamaru menatap tajam pada Sasuke.

"Aku yang akan menjadi suaminya!" Ucap Naruto geram.

"Tidak! Tapi aku!" Ucap Gaara tak mau kalah.

"Dasar gila! Aku tidak tertarik! Sebagai hukuman, kalian akan mengurus diri dan mansion ini tanpa aku!" Teriak Hinata berdiri dengan wajah yang masih memerah, berjalan cepat keluar dari mansion.

"Tidak! Hinata! Jangan lagi!" Teriak mereka serentak.

"Aku tidak peduli! Oh ya, sebaiknya aku tempat Tou-san untuk melihat Ita-nii! Aaww!" Ucap Hinata dengan sengaja mengeraskan suaranya.

"Hinata!" Teriak mereka lagi, saat itu juga Hinata berlari masuk ke dalam mobil yang dibeli oleh Fugaku beberapa waktu lalu, meninggalkan keempat pria ajaib, aneh, bin tampan itu yang kini merengek.
.
.
.
Brak

Our Baby Sitter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang