20

425 60 5
                                    

Dari geladak dasar, Hinata melihat Sai mengacungkan ibu jarinya yang berada di geladak kedua, beralih ke geladak tiga, ia melihat Kiba dan Shino ikut mengacungkan ibu jarinya.

Di geladak dasar, terlihat banyak para pebisnis berdiri membicarakan tentang bisnis atau pun keseharian mereka sembari menikmati sekeliling lautan dan kapal.

"Ini akan menjadi salah satu perjalan menarik. Bukan begitu, Fugaku?" Minato merangkul pundak sahabatnya itu.

"Hn." Gumam Fugaku.

"Ayolah, sobat. Jangan selalu bersikap dingin begitu. Kita harus menikmati masa tua kita ini." Canda Minato terkekeh pelan.

"Dia hanya akan berbeda jika berhadapan dengan kelinci kecilnya itu, Minato." Ucap Mikoto menyindir sang suami.

"Kau benar, Mikoto-chan. Fugaku hanya akan mengeluarkan ekspresi lain jika berhadapan dengan Hinata-chan." Ucap Kushina ikut menyindir Fugaku.

"Hei, ku dengar-dengar, semalam Hinata datang ke kantor dan merusuh di sana. Apa itu benar?" Tanya Yoshino penasaran.

"Iya, aku juga dengar begitu." Ucap Kushina, diangguki Karura.

"Hinata tidak merusuh." Ucap Fugaku mengerut kesal.

"Benarkan? Dia hanya akan bereaksi jika membahas kelinci itu." Ucap Mikoto terkekeh pelan.

"Jadi, bagaimana ceritanya?" Tanya Karura.

"Anak-anak kalian membuat ulah." Ucap Fugaku, melupakan fakta jika anaknya Uchiha Sasuke juga ikut andil dalam masalah itu.

"Sshh... Apa kau lupa salah satu anak-anak itu ada anakmu, Fugaku-kun?" Tanya Kushina meringis.

"Baginya hanya Hinata yang perlu dijaga, selebihnya hanya batu tak berharga." Sindir Mikoto.

Mendengar pembicaraan orangtua mereka dan para pebisnis lain, membuat Sasuke, Naruto, Gaara, dan Shikamaru menghela nafas kasar. Kenapa juga orangtua mereka harus membahas masalah semalam? Pikir mereka.

"Ayo bersaing dengan adil." Ucap Naruto tiba-tiba.

"Bersaing untuk apa?" Tanya Gaara sedikit heran.

"Aku yakin kalian juga tertarik dengan Hinata, kan?" Naruto menyenderkan pinggulnya pada pembatas kapal.

"Hm, jangan ada yang curang." Ucap Gaara menyetujui.

"Jangan karena ini juga persahabatan kita rusak." Ucap Shikamaru.

"Hn." Gumam Sasuke menyetujui.

Di arah tangga, terlihat Hinata menuruni tangga. Ia mengenakan dress pendek berwarna navy, rambut yang digerai terlihat melambai karena sapuan angin. Jangan lupakan koper yang selalu ia bawa di tangan kanannya itu.

"Kalian lihat? Bukankah dia terlihat menawan?" Tanya Gaara.

"Dia memang selalu menawan." Ucap Shikamaru menyetujui.

Amethyst Hinata bergulir ke sana kemari melihat segala penjuru kapal di geladak dua. Tanpa sengaja ia melihat Sasuke, Naruto, Shikamaru, dan Gaara melihat ke arahnya. Segera ia tersenyum tipis pada mereka.

Keempat pria itu merona tipis melihat gadis incaran mereka tersenyum pada mereka.

"Ngomong-ngomong, kenapa dari tadi dia membawa koper?" Tanya Naruto.

"Entahlah, aku tidak tahu." Ucap Gaara mengedikkan bahu.

"Entah mengapa, aku merasa Hinata itu bukan orang biasa." Ucap Shikamaru mengalihkan atensi Sasuke, Naruto, dan Gaara.

"Maksudmu?" Tanya Naruto tidak peka.

"Sudah kuduga." Ucap Shikamaru, Sasuke dan Gaara.

"Apa?" Tanya Naruto lagi.

Our Baby Sitter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang