O.1

3.8K 344 17
                                    


Saat Hyunjin berusia enam tahun. Kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah, itu artinya sudah terhitung sekitar sembilan tahun mereka tak bertegur sapa. Menjalin komunikasi melalui smartphone pun tak pernah. Papa Jinyoung benar benar memutus koneksi.

"Hyunjin berangkat dulu yaa ... Kamu jaga rumah."

Jinyoung yang sudah siap dengan jas kerjanya mengamati Hyunjin yang sedang berjongkok mengelus elus kucing kesayangannya.

Sesaat kemudian Minho datang dari arah berlawanan. Wajahnya terlihat murung, padahal ia sudah terlihat tampan dengan seragamnya.

"Kamu kepikiran sama yang Papa omongin semalem?"

Minho menundukkan kepalanya dan mengulum bibirnya. "Sebenernya ... Minho kangen Mama, Pa ..." Lirihnya, Papa Jinyoung pun segera menepuk kedua bahu Minho.

"Ada Papa disini, kamu sebentar lagi jika punya Mama baru. Apa yang kamu kangenin sama orang yang nggak ngabarin kita selama sembilan tahun ini?"

"Mau seberapa buruk sikap Mama, Mama tetap Mama kandung Minho. Predikatnya nggak bisa diambil alih."

"Papa tahu perasaan kamu. Jadi kamu juga tolong ngertiin perasaan Papa, malam ini setelah kalian pulang sekolah Papa bakal ngajak kalian berdua ketemu sama Mama baru kalian," Jinyoung mengelus pundak Minho dan pergi.

"Papa tunggu kamu di mobil. Kamu buruan panggil Adek kamu."

Minho menghela napas gusar, ia melirik Hyunjin. "Buruan ayo berangkat, ditinggal Papa nanti." Sinisnya berbalik meninggalkan Hyunjin yang belum berhenti berdrama dengan kucingnya itu.

"Dadah mpus!"

-oOo-


Hyunjin itu tidak populer disekolahnya, tidak pintar, tapi tidak pula bodoh. Ia juga tidak terlalu mempunyai banyak teman.

Ia berpegang teguh pada prinsip, untuk apa memiliki 100 teman yang ada dikala kamu senang tapi tidak ada satupun yang disisimu selama kamu berduka.

Hyunjin juga bukannya tak ingin memiliki seorang teman, ada kalanya dia sendiri membutuhkan mereka. Hanya saja, kalau boleh jujur ia sulit berbaur. Istilahnya susah bersosialisasi dengan teman sebayanya. Jika bukan mereka dahulu yang memulai, Hyunjin juga tidak akan memulai percakapan.

Sekarang ini Hyunjin sudah berada didalam kelasnya. Mengamati teman sekelasnya yang bernama Bae Jisung itu. Selebgram populer dengan 200K+ followers di Instagram Ahaha.

Seluruh angkatan hampir mengenalnya. Jisung bukan semata mata populer karena ketampanannya saja. Ia juga pandai bernyanyi, bukan pandai, tapi sangat. Itulah yang membuat setiap hari ada anak perempuan datang ke kelasnya membawakan coklat. Apalagi Jisung menerimanya dengan lapang dada.

Hyunjin menaruh kepalanya diatas meja, tapi matanya melotot tajam kearah Jisung. Ia mau ketenangan, tapi Jisung sejak tadi bernyanyi dengan gitarnya. Bukan karena suara Jisung tidak enak menurutnya! Tapi Hyunjin itu butuh ketenangan kau tahu!

Hyunjin akhirnya memilih mengalah saja. Jadi dia pergi keluar, lagipula ini jam istirahat.

Selama melewati koridor sekolah, Hyunjin tak sengaja berpapasan dengan Minho dan kawan kawannya. Minho terlihat senang sekali, terbukti dia sejak tadi tersenyum dan tertawa kecil bersama teman temannya.

"Dia gak pernah ketawa gitu kalo ada dirumah," Gumam Hyunjin melirik Minho sinis. Minho perlahan melunturkan senyumnya dan sama sama melemparkan tatapan nyalang pada Hyunjin.

"Minho Anak setan, awas aja kalo dirumah! Ku aduin Papa sekalian. Gitu amat ngeliat gue, emang gue salah apaan sampe dia ngeliat kayak gitu! Seolah olah gue punya dosa seluas langit segede matahari–"

AOML | HYUNJIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang