2.9

3.1K 228 37
                                    


Minho terdiam mematung. "M,Maksud lo apa Ji? Lo dimana sekarang?"

"Hyunjin ngga ada Kak ..."

Minho mencoba tetap realistis, ia tersenyum getir. "Gue beberapa hari yang lalu ketemu dia Ji, nggak mungkin. Ini dia juga ada nelpon gue, jadi ngga usah ngelantur." Sudut mata Minho mulai berair.

"Gue udah ngga sanggup Kak, mending lo kesini."

Sambungan telepon diputuskan. Minho menelusuri riwayat panggilan telepon dan ya, ada nama Hyunjin disana. Bahkan baru beberapa menit yang lalu.

| Kak, Hyunjin pengen ketemu
| Kakak dimana

📞 Panggilan suara tak terjawab pukul 17.34
📞 Panggilan suara tak terjawab pukul 17.36

| Kakak
| 😄😄

"Pa, Hyunjin ada nelpon Papa?"

"Eh iya tadi, Papa lupa. Tadi telpon terus ngirim pesan mau ketemu. Belum sempet Papa bales soalnya lagi nyetir tadi, emangnya kenapa?"

Minho mengusap lehernya, arah matanya tak beraturan seperti orang linglung.

Felix merotasikan bola matanya malas. "Jisung juga ngga ada, dia kemana?"

"Kak! Kak mau kemana?" Jinyoung berteriak memanggil Minho yang berlari pergi begitu saja.

"Padahal Felix baru aja sembuh, tapi semua orang pergi." Felix berdecak, merasa tidak ada satupun yang peduli padanya.

-o0o-


Jisung duduk dengan tatapan kosongnya didepan ruangan Hyunjin bak orang gila, tangannya memegang sebuah amplop besar berwarna coklat.

Sejak awal Jisung tidak terlalu dekat dengan Hyunjin, ia bahkan tak segan menunjukkan ketidaksukaannya pada Hyunjin, tapi saat anak itu pergi kenapa rasanya sesak sekali? Seolah Jisung baru saja melakukan kesalahan yang sangat besar.

Siluet langkah kaki terlihat di pandangan Jisung yang terasa buram. Namun ia hanya acuh.

"Ji,"

Itu Minho yang baru saja datang, ia berjongkok menghadap Jisung. Jisung sendiri malah menundukkan kepalanya sembari memejamkan mata, tangannya yang membawa amplop seolah menyuruh Minho untuk mengambilnya.

Minho menerimanya ragu, kemudian membukanya dengan dada berdebar.

Kini Minho merasa dadanya penuh, mulutnya seolah berteriak namun tak ada suara yang keluar. Tangannya meremat kuat kertas di tangannya dan rambutnya.

Minho segera berdiri dan memutar knop pintu ruangan Hyunjin berada, ada seorang perawat yang masih ada disana, hendak menutupkan kain putih dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Hyunjin."

Minho menatap wajah sang adik yang sudah menutup matanya rapat. Mata yang tak akan pernah bisa terbuka kembali, mata yang tak akan pernah lagi bisa Minho tatap, mata yang tak akan pernah bisa Minho lihat lagi saat anak itu sedang merengek, marah, sedih atau bahkan saat senang. Minho tidak akan pernah bisa melihatnya lagi.

"Hyun, gue disini. Kakak disini, lo bilang lo mau ketemu. Gue sekarang udah dateng Hyun, jadi bangun ..."

Sepertinya Minho harus benar-benar menerima kenyataan pahit ini. Kenyataan pahit jika Hyunjin- Adiknya sudah tiada, ia tidak akan pernah bisa menemukannya dimana pun ia berada, Minho tidak akan bisa lagi menemuinya, Minho tidak akan bisa lagi mendengarkan suara anak itu lagi, yang tersisa hanya raga tanpa jiwa dengan bibir yang hampir membiru.

AOML | HYUNJIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang