O.2

2.8K 316 18
                                    


"NIKAH!?"

"PAPA! PAPA! PAPAA!!"

Hyunjin berjalan tergesa, ia mencoba menyesuaikan langkahnya dengan Jinyoung. Papa'nya tiba tiba datang menjemputnya dengan Minho dan berkata dengan entengnya akan membawa Hyunjin serta Minho menemui Mama baru mereka.

Tentu saja itu di tentang keras oleh Hyunjin. "Papa gak ada bilang apa apa sama Hyunjin!"

"Papa udah bilang sama Kakak kamu."

"Kak Minho? Terus kenapa Papa gak bilang sama Hyunjin? Apa cuman Kak Minho doang anak Papa sampe sampe gak butuh persetujuan Hyunjin?"

Jinyoung berhenti didepan pintu mobil. Manik matanya mengisyaratkan pada Minho untuk masuk dahulu. Minho hanya menurut tak ikut campur atas perdebatan Jinyoung dan Hyunjin.

"Biasanya Papa yang ngertiin kamu, sekarang Papa mohon giliran kamu yang ngertiin perasaan Papa."

"Kapan Papa ngerti perasaan Hyunjin?" Tanpa sadar Hyunjin mengatakannya dengan air mata yang mengalir. Baginya, Mama'nya hanya satu, dan hanya Mama Nayeon seorang.

"Hyunjin!"

"Kapan Pa? Hyunjin udah ngerasain ini dari lama, perlakuan Papa ke Minho sama Hyunjin itu sedikit beda!"

"Minho Kakak kamu Hyunjin! Panggil Kakakmu dengan benar!" Bentak Jinyoung.

"Sebegitu gak pentingnya Hyunjin sampe Papa gak bilang apa apa sama Hyunjin? Suatu hal yang serius kayak gini? Dan Papa nyuruh Hyunjin ngertiin Papa?" Hyunjin makin terisak, bahunya naik turun.

"PAPA AJA NGGA NGERTIIN HYUNJIN BUAT APA HYUNJIN NGERTIIN PAPA!"

"HYUNJIN!!"

Minho yang ada didalam mobil memejamkan mata'nya setelah menyaksikan pertengkaran adiknya dan Papa'nya.

Jinyoung menekan pelipisnya, ia merasa sedikit bersalah karena telah membentak Hyunjin. Bagaimanapun Hyunjin itu anak yang mudah sekali menangis akan hal hal kecil dan sangat sepele.

"Papa nggak mau tau, masuk ke mobil sekarang sebelum batas kesabaran Papa habis." Tanpa menoleh kearah Hyunjin, Jinyoung segera masuk kedalam mobil dan menunggu Hyunjin untuk sesaat.

–o0o–

Setelah pertengkaran Ayah dan Anak tadi. Mereka akhirnya tiba di sebuah restoran. Hyunjin dengan tatapan matanya yang kosong dan sedikit sembab, dan Jinyoung yang seolah berpura pura tak peduli.

"Papa bakal hubungin mereka dulu, kamu duduk disini."


"Hyunjin mau ke toilet ..." Izin Hyunjin pelan, namun masih bisa didengar.

Minho hanya menoleh sekilas dan menuruti kata Papa. Sementara Papa fokus pada ponselnya.

Hyunjin melangkah pelan mencari toilet. Orang–orang yang berpapasan dengannya menatap Hyunjin aneh, mungkin karena wajah Hyunjin yang sedikit ... pucat.

Hyunjin membasuh wajahnya pelan di wastafel, ia menatap pantulan dirinya di cermin.

"Perhatian apanya, bahkan hal hal kaya ginipun Papa gak mau bilang apa lagi hal kecil." Gumamnya kembali membasuh wajahnya kembali.

Namun ada yang aneh, ada sesuatu berwarna merah di tangan Hyunjin. Hyunjin segera mengangkat dagunya dan menemukan dirinya tengah mimisan.

Hyunjin membelalakkan matanya, ia terus mengusap hidungnya dengan air berharap cairan warna merah kental berbau anyir itu segera berhenti keluar dari hidungnya.

Namun tiba tiba Hyunjin seolah kehilangan keseimbangannya, ia memegang kepalanya merasakan pening yang teramat sangat.

Ia berpikir mungkin efek menangis tadi.

Untungnya Hyunjin masih bertahan, sudah lebih dari sepuluh menit ia berada disana hingga akhirnya mimisan'nya benar benar berhenti.

Ia keluar dari toilet dan menemukan Papa dan Kakaknya yang tengah bercengkrama ria dengan seseorang.

Kenapa dia terlihat jahat disini?

Minho sepertinya juga setuju dengan permintaan Papa.

Dan Papa mungkin kesepian dan membutuhkan seorang pendamping.

Sejujurnya Hyunjin agak canggung saat ingin bergabung, ia merasa sudah terlalu lama berada di toilet.

"Lama banget, udah di tungguin." Celetuk Minho saat Hyunjin datang.

"Hyunjin sapa Mama kamu. Dia Mama Irene."

Hyunjin menarik senyum tipis. "Saya Hyunjin Tan ... Eh, M–Mama."

Mama Irene tertawa ringan, kemudian menatap Papa Jinyoung.

"Eh? Bukannya lo Hwang Hyunjin?"

Jujur saja Hyunjin ingin segera mengakhiri ini. Namun dirinya tidak ingin membuat Papa lebih marah lagi padanya. Ia tidak suka pertengkaran tadi. Meskipun sebenarnya Hyunjin juga kecewa dan sakit hati.

"Lo ... Bae Jisung?"

"Kalian sekelas?" Antusias Minho menatap Jisung.

Jisung mengangguk cepat, dari raut wajahnya ia terlihat cukup senang. Dan di sampingnya– sosok yang benar benar tak asing di mata Hyunjin.

Bae Felix, benar ... Marga mereka sama. Tapi kenapa tidak pernah ada yang membahas Jisung dan Felix di sekolah?

"Ini Felix, dia di kelas 11–3. Emang sih banyak yang lebih kenal gue ketimbang Felix. Plus jarang ada yang tahu kalo gue sama Felix ini kembar, atau bahkan gak ada yang tahu."

"Gak usah sok seleb, di lihat lihat Felix lebih cocok jadi Selebgram ketimbang lo," ledek Minho. Minho juga cukup mengenal Jisung, mereka pernah bertemu dan menurut Minho Jisung cukup menyenangkan saat diajak ngobrol.

"Dih, paan. Gue emang seleb ya!"

Mereka tertawa ringan bersama terkecuali Hyunjin. Oh tolong, bawa Hyunjin menghilang saja dari sini.

"Hyunjin? Kamu gak papa?" Tanya Mama Irene, otomatis semua yang ada disana menatap Hyunjin.

"Ngantuk lo?" Tanya Minho dengan nada yang sedikit sarkasme.

Hyunjin berdiri dari duduknya. "Pa ... Gimana kalo kita pulang ..." Pinta Hyunjin lemas. Bahkan untuk bicara pun rasanya Hyunjin sudah tidak mampu lagi.

Jinyoung mengangkat pergelangan tangannya. "Kita baru–"

BRUK!

"HYUNJINN!"




– TBC –

Mama Irene hwhwhw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mama Irene hwhwhw

AOML | HYUNJIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang