17. Honeymoon

159 6 0
                                    

"... Argh~."

Erangan penuh kepuasan keluar dari dalam mulutku, masih dengan kelopaknya yang tertutup rapat. Kenapa lagi kalau bukan karena nyenyaknya tidur yang berhasil kuraih setelah berhari-hari lamanya kesulitan untuk beristirahat.

Pikiranku saat ini sudah sepenuhnya sadar namun aku tetap enggan untuk bangun. Sebentar lagi, beberapa menit saja, aku ingin tetap seperti ini, berbaring nyaman diiringi suara kicauan burung yang saling bersahut-sahutan dengan nyanyiannya yang merdu. Hahhh~, begitu tenang, begitu damai ... bagaikan di surga—

Grok ... grok ...

Euh ... suara jelek apa itu? Merusak suasana saja! Bahkan mereka pun seketika berhenti dan kepakan sayapnya kali ini terdengar jelas, memutuskan untuk segera terbang pergi akibat munculnya bunyi tadi yang mengganggu dan cukup mengerikan.

Grok ... grok ... ngok!

Duh! Suara rombeng apa itu?! Berisik sekali! ... Hm? Kenapa ini? Kenapa kedua lenganku tidak dapat kugerakkan?

Walaupun awalnya enggan, akhirnya kuputuskan juga untuk membuka kedua mata. Hah? Apa ini? Kain berwarna putih muncul tepat di hadapanku, teksturnya yang berbulu terasa begitu geli ketika tidak sengaja menyentuh batang hidungku. Namun hmmm~, wangi rose.

Arah pandanganku bergerak sedikit ke atas dan netraku terhenti tepat di sana, di pertemuan kerahnya yang saat ini posisinya terlalu rendah, dan hanya tinggal sedikit lagi saja akan segera memperlihatkan buah dadanya dengan jelas. Oh, wow~! ... Hah? Tunggu, tunggu. No bra?!

... Cukup, Nicholas! Baru juga sekali bisa tidur pulas, langsung ngelunjak?! Hentikan melihat ke sana!

Wajahku semakin menengadah ke atas dan akhirnya tiba juga pada ... ah, bah! Ternyata si Kingkong. Duh, kirain siapa! ... Ya, ampun! Nicholas! Apa katamu tadi? 'Kirain siapa'? Baru juga menikah, ya siapa lagi kalau bukan dia?! Masa cewek lain? Parah!

Ya, ya, tidak sepantasnya aku mengejeknya karena ternyata aku memeluk erat pinggangnya dan perutnya tepat berada di depan mukaku! Gah! Apalagi aku yang berbaring semalaman di atas kedua pahanya mengakibatkannya tidak bisa bangkit sehingga terpaksa ia tidur dengan posisi yang tidak nyaman—tetap duduk dengan punggung yang menyandar, sedangkan belakang kepalanya berlabuh pada puncak sofa sehingga wajahnya mengarah ke plafon. Maaf!

NGOK!

Gah! Kali ini dengkurannya keluar paling keras hingga tubuhnya sendiri pun tanpa sadar melompat kaget. Akibatnya? Ia berubah menunduk dan kali ini menghadap ke arahku yang berada di bawahnya.

Di jarak sedekat ini aku bahkan bisa melihat jelas bulu-bulu halus pada permukaan kulit wajahnya. Sedikit titik-titik komedo pada bagian ujung hidungnya, sedangkan mukanya mulus tanpa jerawat. Alisnya dipenuhi rambut hitam yang lebat namun pada sisi ujung yang kanan sedikit gundul akibat kehadiran satu garis bekas luka. Apa yang terjadi padanya?

Grok ... ngok ... grok ... ngok!

Duh! Kuakui cewek ini memang cantik, sempurna dari atas ke bawah, tapi ... bisa diam tidak?! Gah! ... Hm? Apa itu?

Aku sepenuhnya fokus menatap sisi mulutnya yang sedikit terbuka, embusan napasnya keluar teratur dari dalamnya juga ditambah hadirnya euh ... ew, ew! Jijik!

Tubuhnya semakin membungkuk dan kepalanya kian condong. Dampaknya? Air liurnya turun berjuntai dan terombang-ambing, saat ini jaraknya hanya berkisar dua puluh sentimeter dari mukaku.

"Hiii!!!" Jeritan kerasku keluar di saat cairan kental tersebut menetes jatuh juga pada akhirnya. "Awww!!!" erangku kesakitan setelahnya.

Awalnya yang kupikir telah beruntung berhasil menghindari air liur menjijikkan yang berasal dari dalam mulutnya, namun lututku yang kemudian buntung karena membentur keras kaki meja setelah jatuh menyedihkan dari atas sofa. Aw, aw, aw!

Be with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang