AL-13

76 11 194
                                    

Emma duduk memandangi jennie yang memakan sarapan di depannya. Dirinya dan jennie berada di kamar dan di berikan sarapan oleh henry yang sedang berkutat dengan laptop di meja kamarnya.

"Kenapa tidak makan? Ayo makan emma, kau butuh makan untuk tetap hidup." ucap jennie pada emma yang sedari tadi diam memperhatikannya.

"Aku jadi berharap aku seorang arwah agar tak perlu makan atau minum dan juga bertelanjang di antara kalian berdua."

Seketika jennie berhenti mengunyah dan menoleh ke henry yang ternyata sudah lebih dulu memperhatikannya dan emma.

"Mati tidak akan menjamin diri mu bahagia di alam lain emma. Lebih baik terima nasib mu dan makan sarapan mu. Atau aku tidak akan memberikan obat selama kau tidak mau memakan makanan mu."

Ancam henry menunjukkan tabung obat milik emma, dan emma menyipitkan mata memandangi henry dan jennie secara bergantian.

"Aneh, tempo hari kau meyakinkan aku untuk percaya bahwa aku sudah mati dan hanya seorang arwah. Jadi sekarang kau sudah terang-terangan menunjukkan siapa diri mu dan cara pikir mu yang sebenarnya pada ku?"

Henry menghirup napas dalam-dalam lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri kedua wanita nya itu di ranjang.

"Selalu keras kepala. Itulah diri mu emma." dan emma terkekeh pelan.

"Penipu ulung seperti mu sebenarnya mudah ku tebak. Karena itulah aku mencurugai mu sejak awal. Hanya saja aku tidak cukup pintar untuk kabur dari mu pria sialan."

Henry tersenyum lalu meraih tengkuk emma dan meremasnya. Sehingga emma mendongak dan sebisanya menahan rasa sakit di lehernya.

"Kalau saja aku tidak punya rasa belas kasih terhadap mu. Aku pasti sudah menyuntik mati diri mu dan membuang jasad mu ke sungai."

"Oh aku bingung apakah aku harus beruntung karena aku kau kasihani atau aku harus bersedih. Karena ke keadaan ku kau jadi terobsesi pada ku, entah seberapa besar cinta mu pada ku hingga kau mau menduakan jennie untuk ku. Huh."

Seketika henry membelalak dan menoleh ke arah jennie yang juga membulatkan mata di sampingnya. Dia melepas emma dan memandang heran kala wanita itu tertawa mengejeknya. Sedangkan henry juga sadar bahwa ekspresi jennie cukup membuatnya tau bahwa wanita itu akan mempermasalahkan ucapan emma.

"Jennie, ikut aku." henry meraih tangan jennie.

"Kemana? Apa kau akan merayunya? Agar jennie tidak marah karena perkataan ku yang seharusnya membuatnya sadar bahwa kau hanya memanfaatkannya?"

"Diam kau emma!" emma kembali tertawa aneh. Dia sengaja memancing henry dan jennie agar berdebat sehingga hubungan dua sejoli itu rusak nantinya. Henry pun membawa jennie keluar kamar dan meninggalkan emma yang kini terdiam menunggu. Wanita itu tersenyum miring dan terlihat puas karena sudah berhasil mencari masalah. Kemudian dirinya melihat makanan di depannya dan tanpa ragu melahap makanan itu seraya memikirkan cara lain untuk merusak hubungan henry dan jennie secepatnya.

Waktu berlalu, emma memutuskan bersikap semaunya di rumah henry. Dia berusaha tenang dan santai seraya diam-diam merencanakan kabur dari sana. Kini dirinya melepas gaun hitam yang di pakai dan masuk ke bathtub untuk mandi sedangkan jennie dan henry sibuk di luar kamar.

Emma menyandarkan bahu di sisi bak mandi dan mulai memikirkan cara lain yang berkemungkinan besar untuk berhasil. Namun saat dirinya nyaman berendam, tiba-tiba pintu di buka dan masuklah henry dengan handuk yang melilit pinggangnya. Sejenak emma terkejut namun segera merubah raut wajah agar tetap terlihat tenang. Dia tak menghiraukan henry yang perlahan melepas handuk dari tubuhnya dan bergabung di bak mandi bersama dirinya. Keduanya saling bertukar tatap sebentar hingga kemudian henry tersenyum pada emma dan duduk menghadap emma. Pria berambut kriting itu meraih betis emma dan kemudian dia pijat secara pelan sehingga membuat emma menatap tajam padanya.

AFTER | LIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang