Tidak semua orang di dunia ini dikarunai kehidupan yang bergelimang harta dan penuh kebahagian. Bersyukurlah bagi mereka yang terpilih untuk menjalani kehidupan semacam itu bahkan dari sejak mereka sadar akan dunia ini. Beberapa bahkan kalau boleh dibilang sebagian besar dari manusia di bumi ini mengusahakan sendiri apa yang disebut kebahagiaan dan harta tersebut.
Masa depan yang cerah pun nampaknya terlihat jelas bagi mereka yang berduit. Semua bisa didapatkan dengan sangat mudah meski yang dilakukan hanyalah duduk dan memangku kaki saja. Apa yang tidak bisa dilakukan orang kalau punya harta yang berlimpah? Tapi sekali lagi tidak semua anak diberkahi dengan keistimewaan itu. Maka mereka harus berjuang mati-matian untuk masa depan menjanjikan dan kebahagiaan mereka itu.
Seperti dia, gadis yang tinggal di area pesisir pantai sebelah timur dengan keluarganya. Langkah pertama telah dia buat dan hari itu adalah penentuannya. Meski dia tidak banyak berharap karena rasanya tidak mungkin dia bisa mendapatkan kesempatan itu sementara yang mendaftar, memasukkan berkas, yang tentunya bernasib sama dengannya itu bukan hanya dia saja.
Grand Valley itu sangatlah luas. Terdiri dari 5 area penting: North Valley, South Valley, Center Valley, West Valley dan East Valley.
Masing-masing daerah tentunya punya area atau kawasan dimana anak-anak sepertinya, yang berasal dari kalangan menengah ke bawah memperjuangkan kesempatan yang sama seperti dirinya. Ditopang dengan doa harusnya dan tentu saja, keberuntungan.
Panas terik siang itu membuat dia tidak semangat bekerja. Ditambah kabar baik yang harusnya dia terima sekitar dua minggu yang lalu belum ada titik terangnya sama sekali. Tiap hari dia bolak-balik memeriksa kotak posnya kali-kali ada surat yang dia tunggu muncul, tapi tak ada satupun selain surat dari bank yang mengingatkan tentang pinjaman yang belum dibayarkan.
Semakin tidak bersemangat karena tidak banyak yang bisa dia panen pada hari itu. Dari pagi hingga siang, keadaan seperti menuntutnya untuk mengeluh dan mengumpat, walau tidak dia lakukan meski dia sudah sangat ingin. Itu semua tidak berlangsung lama. Semakin terik panasnya, semakin menipis kesabaran gadis itu. Hingga seseorang berteriak dengan sangat kencang, membuat dia terlonjak di tempatnya.
"NOONA! HAECHAN NOONA!!"
"Kaget aku kaget! Lee Junghwan! Sudah berapa kali Noona katakan, jangan mengagetkan Noona seperti itu! Tidak perlu berteriak, Noona tidak tuli! Untung telur-telurnya tidak jatuh. Kau tahu seberapa berharganya telur-telur ini bagi keluarga kita, anak nakal?! Kenapa?"
Gadis itu memperbaiki posisi telur-telur di dalam baki yang tadinya sudah bergeser ke pinggiran bakul karena diteriaki adiknya. Kalau telur-telur itu sampai pecah, penghasilan mereka hari itu akan berkurang. Mereka butuh uang sementara sayur-sayuran dan buah-buahan di ladang mereka tidak menghasilkan apa-apa karena terserang hama. Sudah disarankan para tetangga untuk menggunakan pestisida tapi menurut orang tua mereka itu tidaklah baik, tapi dibiarkan juga tanpa ada perawatan lebih karena keterbatasan biaya membuat sayur dan buah mereka banyak yang mati karena diserang hama. Yang tersisa hanyalah beberapa ekor ayam mereka yang menghasilkan telur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable • NoHyuck •
FanfictionBeasiswa penuh yang Lee Haechan dapat memang terlihat menjanjikan, masa depan yang cerah rasanya sudah di depan mata, akan tetapi memang tidak ada ya gratis di dunia ini. Ancaman dikeluarkan dari sekolah pun menanti jika gadis itu tidak bisa lulus d...