• 018 •

1.5K 249 97
                                    

"Matamu seperti mau copot saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Matamu seperti mau copot saja. Kenapa? Terlalu tiba-tiba ya? Maaf... ku rasa aku salah bicara. Harusnya aku tidak melibatkanmu dan keluargamu untuk permasalahanku ini. Aku tidak boleh mencelakakan orang lain. Lupakan saja permintaanku tadi. Bagaimana kalau dessert-nya kau habiskan?"

Jeno menundukkan kepalanya sambil mempererat genggamannya pada sendok dessert-nya. Pria itu sudah berulang kali memikrikan ini, bahkan ketika Lee Hoejangnim memberitahu rencananya pun Jeno bilang akan memikirkannya dulu karena sekali lagi dia tidak ingin orang lain terluka dan celaka karenanya. Terlebih jika orang itu adalah Haechan karena sungguh Jeno sudah jatuh hati pada gadis itu. Lalu bagaimana bisa dia membiarkan Haechan berada dalam bahaya karenanya?

Haechan yang melihat perubahan ekspresi Jeno pun berdiri dari tempat duduknya. Sedikit kesulitan dengan gaun panjangnya tapi dia bisa mengatasinya. Jeno sendiri bingung melihat Haechan yang tiba-tiba berdiri berpikir gadis itu sudah berniat untuk pergi, namun dia dibuat terkejut saat Haechan berdiri di belakangnya, lalu memeluknya dari belakang. Menempelkan pipi mereka, Haechan tersenyum.

"Berterima kasihlah karena Tuhan mengirimkanku ke Elysian dan bertemu denganmu. Belasan tahun dan kau hanya menyimpan semua kesusahan ini seorang diri? Sampai saat ini kau masih bisa menahannya tapi untuk ke depannya, apa kau masih bisa kuat? Kau membutuhkanku, Jeno. Untuk itulah aku ada di sini. Mau kau nikahi aku sekarang pun aku mau! Kita bisa keluar dari situasi membahayakan ini bersama. Eoh? Jangan melakukan semuanya sendiri lagi. Kau mengerti kan? Aku sangat menyukaimu, Lee Jeno. Itu yang ingin ku katakan dari jauh-jauh hari padamu. Aku sangat menyukaimu."

Kalau boleh Jeno ingin menangis saja sekarang. Selama ini hanya bisa mengeluh dan menangis sendiri. Berusaha kuat sendiri di Elysian. Bahkan dia tidak pernah mengeluh pada Eomma-nya ataupun Lee Hoejangnim. Dia menahannya seorang diri. Lalu datang Haechan, menghancurkan seluruh pertahanannya dalam sekejap. Jeno pun memegangi tangan Haechan yang melingkar di lehernya, menciumi tangan gadis itu sambil berucap:

"Terima kasih, Haechan."

"Bagus, memang harusnya kau berterima kasih hehe dan lagi, selama ini kau tidak sendiri Jen... banyak orang yang membantumu meski mereka tidak pernah menunjukkan wujud mereka di hadapanmu. Jadi jangan khawatir. Kita akan lewati ini bersama-sama. Aku harus menghabiskan dessert-ku sekarang."

Haechan melepas pelukannya, hendak kembali ke tempat duduknya tapi tangannya kembali ditarik. Jeno sudah berdiri dan Haechan kini sudah berada dalam pelukan pria itu.

"Ada apa, Jen?"

"Tidak ada... aku hanya bersyukur kau tidak kenapa-kenapa. Untuk saat ini. Aku janji akan lebih memperhatikanmu lagi hingga hal-hal berbahaya seperti tadi tidak terulang kembali."

"Yahh! Aku bisa jaga diri kau tahu! Kau harus lihat bagaimana aku dengan cepat mengambil balok kayu yang ada di lantai, memutar tubuhku dengan cepat dan menghadang tongkat baseball yang hendak mengenai kepalaku!" Haechan mendorong tubuh Jeno, sengaja karena ingin memperagakan apa yang dia lakukan tadi pada orang yang hampir membunuhnya. "SET SAT SET!!! Lalu tangannya ku pukul dengan balok kayuku sampai tongkat baseball-nya terjatuh. Aku menarik tongkat tersebut dengan kakiku sambil aku berjalan mundur lalu—"

Ineffable • NoHyuck •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang