"Kau punya tempat seperti ini juga di tengah-tengah ladang anggurmu? Wahh... orang kaya jelas bisa melakukan apapun yang mereka suka kan?"
"Orang tuaku hampir setiap hari menerima tamu dari luar, makan-makan bersama, berpesta menikmati wine. Aku tidak bisa mentolerir tempat yang ramai seperti itu setiap hari jadi ku bangun tempatku sendiri, jauh dari rumah. Di sini aku bisa tenang, tidak diganggu siapapun. Aku bisa belajar, bersantai, memainkan game, menikmati wine sambil melihat pemandangan."
"Pemandangan kebun anggur maksudmu?"
"Intinya aku hanya butuh tempat untuk menyendiri jadi ku bangunlah istana kecilku ini. Kau beruntung bisa jadi orang pertama yang ku ajak ke sini."
"Maka dari itu sudah ku bilang aku tidak ingin ikut. Kau memaksa! Tidak seperti aku akan melaporkanmu pada Tuan Besar karena telah mencuri wine mahalnya."
"Bukan karena itu aku mengajakmu ke sini. Jadi... bagaimana Elysian? Apa kau sudah bisa beradaptasi?"
"Untuk dua kelas penentu? Ku rasa tidak. Tapi keadaan di sekelilingku, ku rasa ya."
Pria itu tersenyum sebelum membuka penutup botol wine dan menuangkannya sedikit ke gelas miliknya juga Haechan. Haechan bisa melihat bagaimana lihainya pria itu menuangkan wine. Wajar, menikmati wine sudah seperti santapan sehari-hari adalah hal yang normal bagi orang kaya. Meski begtu, Haechan masih saja terpukau melihatnya.
"Kau minum sedikit saja jangan sampai mabuk. Silahkan. Tidak ada wine sebaik punya keluarga Na."
"Terima kasih." Balas Haechan sambil menyeruput sedikit wine yang dituangkan oleh pria itu. Kedua matanya melebar karena ternyata rasanya seenak itu sampai Haechan meneguk habis wine dalam gelas tersebut hingga tidak bersisa. Sampai pada tetes terakhirnya. "Enaaakk! Tuangkan lagi ya?? Ini wine terenak yang pernah ku minum... meski aku tidak pernah minum wine sebelumnya hahahaha"
"Akan ku ajak kau minum wine terlezat sejagat raya Grand Valley nanti. Tenang saja."
Haechan memicingkan matanya menatap pria yang duduk di sampingnya saat ini. Mencurigakan. Kenapa kalimat dan nadanya seperti mengisyaratkan sesuatu. Seperti ingin mengatakan bahwa dia akan memberi Haechan apa yang dia mau tapi dengan imbalan. Pria itu sepertinya menginginkan sesuatu maka dari itu daritadi saat mereka bertemu dalam keadaan tidak terduga, pria itu menarik Haechan untuk ikut dengannya.
"Aku miskin. Aku tidak punya apa-apa sebagai imbalan."
Pria itu menggelengkan kepalanya lalu tertawa. Haechan mengerti maksudnya tapi tidak tahu apa yang diinginkan. Yang pasti bukan materi. Dia punya segalanya.
"Lalu? Apa maumu, Na Jaemin?"
"Kau sekamar dengan Jungwoo kan sekarang?"
"Jungwoo? Oh iya. Lalu kenapa dengan Jungwoo? TUNGGU DULU! JANGAN BILANG KAU─" Saking terkejutnya Haechan sampai berdiri dari tempat duduknya, memasang tampang tidak percaya dengan kedua tangannya menutupi mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable • NoHyuck •
FanficBeasiswa penuh yang Lee Haechan dapat memang terlihat menjanjikan, masa depan yang cerah rasanya sudah di depan mata, akan tetapi memang tidak ada ya gratis di dunia ini. Ancaman dikeluarkan dari sekolah pun menanti jika gadis itu tidak bisa lulus d...