Entah bagaimana ceritanya yang pasti Haechan kini sudah berada di salah satu villa terpencil, jauh dari sekolah, jauh dari tempatnya tinggal. Bersama dengan Jeanne Lee, Kakak Jullian.
"Kau tahu saya membenci tatapanmu itu."
"Maksud anda?"
"Tatapan yang tidak kenal rasa takut itu. Kau merasa dilindungi sepenuhnya oleh Kakek dan keluarga Na kan makanya kau bertingkah seperti ini sekarang?"
"Tidak. Saya diajarkan orang tua saya kalau saya harus hidup takut akan Tuhan bukan pada manusia, jika saya mati karena manusia maka mati saya adalah keuntungan."
Jeanne tertawa mendengar perkataan Haechan yang dirasa adalah perkataan yang hanya dikatakan oleh orang-orang miskin dan bodoh. Orang miskin lain ketika dihadapkan dengannya pasti akan menundukkan kepala mereka, ketakutan, Memohon pengampunan, tapi tidak dengan Haechan, gadis berusia 18 tahun itu mengangkat dagunya dengan penuh percaya diri menatap Jeanne tanpa ada rasa takut sedikit pun. Walau sejujurnya Haechan sudah sangat ketakutan tapi dia tidak mengijinkan rasa takut itu menguasainya. Haechan lah yang memegang kontrol atas tubuh, perasaan dan pemikirannya. Dia tidak boleh lemah, terlebih di depan orang-orang seperti Jeanne.
"Saya sudah sangat ingin membunuhmu sejak terlibat kasus Jullian tapi saya sadari Jeno tidaklah seperti Jullian. Meski terlihat pasrah, diam-diam dia mengambil hati Kakek, menemani Kakek setiap saat, tidak membiarkan Kakek melupakannya. Lalu ada Asisten Kim yang berjaga 24/7 untuk Kakek, mempersulit jalannya rencana saya untuk menghabisi pria tua itu. Kemudian, datanglah kau... yang menjadi titik balik kehancuran seluruh rencana saya. Kau membuat Kakek berpihak 100% pada kalian, bahkan mengambil tindakan sejauh itu dengan mentunangkanmu dengan Jeno. Tidak hanya itu, kau bahkan mendapat perlindungan dari kelompok mafia terbesar di Grand Valley? Sebenarnya siapa kau ini?"
"Saya Lee Haechan, Nyonya. Menjadi miskin memang bukanlah suatu keuntungan, bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Saya dan keluarga saya tidak pernah berdoa agar kami menjadi miskin, kami tidak pernah mau hidup kesusahan seperti itu bahkan di kehidupan-kehidupan kami yang selanjutnya. Tapi menjadi 'manusia' yang sebenarnya adalah kewajiban, itu yang selalu diajarkan orang tua saya pada saya dan adik saya. Kami memang miskin, tapi kami bisa berusaha untuk setidaknya hidup berkecukupan. Tapi saya pikir anda tidak akan pernah memahami bagaimana berada di posisi kami, mensyukuri apa yang sudah dimiliki hingga detik ini."
"Justru kau tidak pernah berada di posisi saya sekarang maka kau mengatakan hal seperti itu. Coba rasakan bagaimana rasanya menjadi orang kaya, kau akan tahu kau yang kau miliki sekarang tidaklah cukup untukmu."
Haechan tersenyum lalu menggelenkan pelan kepalanya.
"Dulu aku berpikir orang-orang kaya punya sifat yang sama. Sombong dan serakah, tapi setelah masuk Elysian saya sadar ternyata tidak semua orang kaya seperti itu. Saya berteman dengan orang-orang kaya yang berinteraksi baik dengan orang-orang dari kalangan bawah seperti saya. Jadi saya tidak akan bisa dan tidak akan mau membayangkan bagaimana menjadi orang kaya yang sombong dan serakah seperti anda dan saudara-saudara Jullian yang lain. Padahal Lee Hoejangnim, kedua orang tua dan Jullian berkepribadian baik, kenapa anda tidak? Sepertinya memang tidak ada keluarga yang sempurna di dunia ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable • NoHyuck •
FanfictionBeasiswa penuh yang Lee Haechan dapat memang terlihat menjanjikan, masa depan yang cerah rasanya sudah di depan mata, akan tetapi memang tidak ada ya gratis di dunia ini. Ancaman dikeluarkan dari sekolah pun menanti jika gadis itu tidak bisa lulus d...