Empat lee bersaudara berjalan tergesa menuju ruangan yang mark ketahui dari si penelfon tadi. Ruang operasi, ya tuan lee dan nyonya lee berada di dalam ruang operasi. Keempat saudara itu saling bungkam satu sama lain, bergelut dengan pikiran masing-masing. Genggaman tangan lee jaemin tak lepas dari tangan si bungsu, berusaha menguatkan dan memberikan kepercayaan bahwa semua akan baik-baik saja. Sang bungsu sudah mati-matian menahan teriaknya, menyisakan isakan teredam yang membuat genggaman jaemin semakin erat. Hingga terbukalah pintu ruangan tersebut dan menampakkan seorang dokter serta beberapa asistennya dengan wajah yang sulit mereka artikan. Tidak ada yang berani bertanya, mereka menunggu sampai sang dokter menyampaikan sesuatu.
"Tuhan lebih sayang orang tua kalian. Kalian harus ikhlas"
Kalimat yang berhasil membuat keempat lee itu lemas seketika. Mark yang hanya bisa menangis dalam diam begitu pula dengan jeno dan jaemin. Namun tidak dengan haechan, dia sudah berteriak meluapkan segala emosinya didalam dekapan jaemin, meremas kuat baju jaemin.
"Apakah kami boleh melihatnya ?" Mark ingin melihat orang tuanya untuk terakhir kalinya.
"Silahkan masuk" sang dokter dan asistennya memberi jalan kepada keempat lee itu untuk masuk ke dalam setelahnya dokter tersebut pergi menuju ruangannya.
Di dalam ruangan tersebut terlihat dua tubuh yang sudah ditutup oleh kain, menandakan bahwa ini benar-benar nyata. Haechan memeluk jasad ibu nya sambil meracau tak jelas. Mark, jeno, dan jaemin hanya menatap kedua jasad itu sambil menangis.
"Kenapa hyung ?" Tanya haechan kepada ketiga hyungnya.
"Semua sudah takdir Tuhan chan, mama dan papa sudah tenang. Kita harus ikhlas" kalimat penenang dari kakak keduanya. Sebenarnya mereka sama-sama rapuh tapi mengingat haechan yang membutuhkan mereka, memberikan sedikit semangat untuk bangkit.
Tak lama dari sesi menangisi kedua orang tua mereka, datanglah seorang perawat dengan box bayi yang didorongnya. Keempat lee itu bingung, siapa bayi didalam box itu, mengapa perawat itu membawanya ke ruangan orang tua mereka.
"Permisi tuan, kami berhasil menyelamatkan bayi nyonya lee" kata sang perawat sambil mendekatkan box berisi bayi tersebut. Box tersebut berhasil menarik seluruh atensi keempat lee itu. Mereka mendekat ke arah box tersebut dan memperhatikan bayi di dalam box tersebut yang pastinya bayi ini adik mereka, adik haechan yang selama ini haechan nanti-nantikan. Bayi tersebut dalam keadaan mata terbuka dan memandang kearah empat hyungnya sambil menampakkan senyum manisnya, seolah memberikan semangat pada keempat lee. Haechan tersenyum memandang wajah merah adiknya, dia merasa senang karena adik yang selama ini ia nantikan sudah ada dihadapannya. Melihat haechan tersenyum membuat ketiga kakaknya juga ikut tersenyum. Tandanya haechan bisa menerima adiknya dan diharapkan sang adik mampu membawa haechan jauh dari rasa sedih dan terpuruknya. Sang perawat meninggalkan ruangan tersebut setelah memastikan semuanya aman.
"Ini adik haechan ?" Tanya haechan pada ketiga hyungnya dengan senyum lebarnya.
"Iya ini adik haechan, haechan jaga ya, haechan harus jadi hyung yang baik untuk adik" jaemin membalas pertanyaan haechan sambil tersenyum.
"Iya haechan janji akan merawat dan menyayangi adik" haechan tersenyum sambil membelai pipi adik kecilnya.
Semangat haechan dan ketiga hyungnya kembali datang. Mereka sama-sama akan saling menguatkan, saling menjaga, dan saling menyayangi.
"Sudah kita pulang sekarang, kasihan adik jika harus berlama-lama di ruangan ini. Haechan sudah ikhlaskan mama papa kan ?" Mark memastikan bahwa haechan sudah baik-baik saja untuk pulang.
"Iya haechan sudah ikhlas" ucap haechan yakin.
Keempat lee ditambah baby lee itu meninggalkan rumah sakit. Mark sudah menelfon orang suruhannya untuk membawa orang tua mereka ke kediamannya dan akan dimakamkan hari ini juga. Kelima lee itu sudah berada di dalam mobil dengan mark yang memegang kemudi, jeno disamping mark, haechan dan jaemin yang juga tengah menggendong baby lee itu duduk di kursi penumpang. Haechan tak henti-hentinya memandang wajah adik kecilnya. Menurutnya wajah sang adik sangat mirip dengan ibunya. Itu membuat rasa sedih haechan berkurang.
Setelah acara pemakaman tuan dan nyonya lee, keempat lee itu tengah bingung melihat adiknya yang menangis, mereka tidak tahu harus berbuat apa sambil menunggu suster yang akan membantu mereka merawat bayi tersebut mereka mencoba menenangkan bayi itu. Mereka tahu adiknya ini lapar, tapi mereka tidak tahu cara membuat susu untuk bayi. Tak lama dari kepanikan lee bersaudara itu, akhirnya suster yang mereka nantikan datang, suster tersebut langsung membuatkan susu untuk baby lee, tak lama setelah baby lee menerima susunya, tangisnyapun mereda dengan sendirinya. Mereka memperhatikan bagaimana suster itu membuat susu dan bagaimana adiknya itu bisa tenang. Mereka mempelajari itu agar sewaktu-waktu adiknya menangis dan tidak ada suster, mereka bisa menenangkan bayi itu. Tak hanya belajar membuat susu, lee bersaudara juga belajar bagaimana cara menggantikan popok adiknya, bagaimana cara memandikan adiknya, dan masih banyak lagi.
Sudah beberapa bulan semenjak kehadiran bungsu lee yang mereka beri nama lee renjun, semua kegiatan yang ada dirumah lee berubah menjadi semakin sibuk. Mereka harus membagi waktu untuk menjaga baby lee walaupun sudah ada suster tetapi mereka tidak ingin meninggalkan baby lee sendirian. Jika haechan sekolah jeno dan jaemin kuliah maka mark akan meninggalkan kantornya untuk menjaga renjun. Tetapi mark tidak sepenuhnya meninggalkan pekerjaannya, karena dia bisa mengerjakannya di rumah.
Hari minggu, yang artinya semua lee libur dari aktivitasnya. Mereka memilih bersantai dirumah sambil menjaga sang bayi lee dan menikmati waktu istirahat mereka. Suster baby lee pun libur pada hari minggu. Mark yang memintanya, agar mereka memiliki waktu penuh bersama baby lee, toh mereka sudah bisa mengurus baby lee jika hanya untuk 1 hari.
"Hyung!!! Adik menangis" suara melengking yang bersumber dari kamar baby lee itu sontak membuat gempar seluruh isi rumah.
"Kenapa chan ?" Sang sulung yang pertama kali datang setelah mendengar teriakan haechan.
"Sudah kamu beri susu ?"
"Sudah, tapi tidak mau"
"Popoknya ?"
"Masih kering"
Mark akhirnya mendekat kearah ranjang renjun mengecek kembali popok renjun dan benar saja masih kering. Mark mencoba menggendong renjun dan tak lama setelahnya bayi tersebut berhenti menangis digantikan dengan senyum manis.
"Capek ya seharian di dalam box ? Minta digendong ya" mark berbicara kepada bayi renjun mengajaknya berinteraksi dan mendapatkan respon yang sangat baik. Renjun tertawa menanggapi kakaknya.
"Anak bayi kenapa menangis ?" Jaemin berjalan menghampiri ketiga saudaranya di kamar renjun. Jaemin mengusap lembut pipi renjun yang sudah terlihat tembam.
"Ayo sarapan" ajak jaemin kepada mark dan haecha.
"Kalian sarapan saja dulu, nanti hyung menyusul. Renjun tidak mau diturunkan" mark memerintahkan adik-adiknya untuk sarapan terlebih dahulu, dia akan menggendong renjun sampai salah satu diantara mereka menyelesaikan sarapan. Jaemin dan haechan pun menuruti perintah mark. Mereka turun menuju ruang makan sedangkan mark tetap berada di kamar renjun.
Mark menyusul dengan menggendong renjun sesaat setelah mereka mulai menyantap sarapan mereka.
"Renjun biar sama jeno, hyung sarapan dulu" tak lama setelah mark duduk dikursinya, jeno mengambil alih renjun dari gendongan mark. Renjun sudah tertidur tetapi jika diletakkan dia akan menangis. Jeno menggendong renjun sambil sesekali mencium gemas pipi bayi tersebut, rasanya dia ingin memakan bayi gembul itu saking gemasnya.
"Renjunie kapan besar ? Hyung ingin mengajakmu berkelahi" jeno sambil menoel-noel pipi renjun yang masih tertidur.
"Tidak boleh hyung, nanti renjun terluka" haechan yang protes dengan apa yang disampaikan jeno barusan. Haechan memang yang paling protektif jika bersangkutan dengan renjun.
"Laki-laki itu harus kuat chan, biar kuat kita harus berkelahi"
"No no no nanti haechan yang akan melindungi renjun"
"Nanti kita duel 2 lawan 1. Berani ?"
"Oke siapa takut"
Mark dan jaemin hanya tersenyum mendengarkan percakapan keduanya. Mereka merasa bangga dengan sikap haechan yang protektif kepada renjun. Haechan sudah dewasa, sudah bisa menjadi kakak yang baik untuk renjun, yang siap melindungi renjun dimana saja.
-----
Kritik dan sarannya kakak 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Lee
Short StoryLee renjun yang hadir memberikan kebahagiaan untuk keempat hyungnya. ini book pertama jadi ya gitu lah ya. mohon bijak dalam membaca