11

3.4K 279 3
                                    

Hari ini renjun ditemani oleh jaemin, yang lain melakukan aktivitasnya di kantor masing-masing. Jaemin tidak ada jadwal bertemu pasien hari ini jadi dia bisa menemani renjun seharian penuh. Hari ini juga psikiater yang akan menerapi renjun datang. Jeno sudah menceritakan kejadia semalam kepada mark dan tanpa pikir panjang mark langsung memanggil psikiater untuk menerapi renjun sebelum semuanya terlambat.

Pukul 10 psikiater yang akan menerapi renjun sampai di kediaman lee. Ia membungkuk hormat saat berhadapan dengan jaemin. Semua kalangan dokter pasti mengenal lee jaemin sang dokter muda spesialis bedah yang namanya disebutkan di berbagai berita kota.

"Selamat pagi dokter lee"

"Selamat Pagi"

Mereka berjabat tangan dan duduk di sofa ruang tamu. Disana mereka banyak membicarakan kondisi renjun dan kejadian yang membuatnya seperti ini. Saat sedang berbincang tiba-tiba sang pembantu rumah datang menghampiri jaemin dan psikiater itu.

"Maaf tuan, tuan renjun terbangun dan menangis"

Jaemin pamit untuk menghampiri renjun dan berlari ke kamar renjun. Sampai di kamar renjun, jaemin langsung membuka pintu dan terlihat renjun tengan terduduk diatas kasur dan menangis memeluk moominnya.

"Ssstt sayang"

"H-hiks nana"

"Maafkan nana karena meninggalkan njun"

Jaemin membawa renjun pada gendongannya. Renjun memeluk leher jaemin dengan erat, ia sesenggukan setelah menangis, mata dan hidung memerah. Lucu sekali jika sedang seperti ini. Jaemin membawa renjun ke ruang tamu untuk mempertemukan renjun dengan psikiaternya.

Sampai di ruang tamu renjun melihat adanya orang yang tidak ia kenal, membuatnya ketakutan dan kembali menyembunyikan wajahnya di leher jaemin.

"Halo renjun" psikiater itu tersenyum ramah menyapa renjun. Namun renjun masih enggan melihat ke arahnya.

"Hey njun dipanggil" jaemin mencoba ikut membujuk renjun agar mau melihat kearah psikiater itu namun renjun menggeleng dan menyembunyikan wajahnya semakin dalam di leher jaemin.

"Lihat hyung ada moomin untuk renjun" disini sang psikiater memakai hyung agar renjun bisa lebih dekat dengannya.

"Moomin ?" Renjun mengangkat sedikit kepalanya saat mendengar psikiater itu menyebut moomin kesukaannya.

Moomin itu sudah jaemin siapkan untuk bahan bujukan renjun yang dia berikan kepada psikiater itu, karena jaemin tahu hanya moomin yang bisa menarik perhatian renjun.

"Iya moomin. Renjun mau ?" Psikiater itu tersenyum melihat reaksi baik dari renjun. "Ayo kita bermain moomin. Renjun mau bermain dengan hyung ?"

Renjun beralih menatap jaemin meminta jawaban atas tawaran 'hyung' itu.

Jaemin tersenyum dan mengangguk mengiyakan pertanyaan tersirat renjun. "Mainnya di ruang keluarga saja ya ?" Renjun mengangguk untuk pertanyaan jaemin. Selanjutnya jaemin membawa renjun ke ruang keluarga diikuti oleh psikiater itu dari belakang.

Sampai di ruang keluarga, jaemin mendudukkan renjun di atas karpet, ia dan sang psikiater juga ikut duduk. Jaemin menemani renjun 'bermain' dengan psikiater itu sampai ia rasa aman untuk ia tinggal renjun berdua dengan psikiater itu.

"Nana boleh ke dapur untuk mengambil minum ?" Jaemin mencoba izin kepada renjun saat ia rasa suasana semakin mencair. Renjun mengangguk mengiyakan dan jaemin langsung pergi dari sana. Sebenarnya jaemin bukan pergi untuk mengambil air namun ia ingin terapi renjun ini benar-benar maksimal. Ia mengawasi renjun dan psikiater itu dari meja makan. Dari sana ia bisa melihat renjun enjoy dengan 'bermainnya'. Sebenarnya yang dilakukan renjun bersama psikiater itu bukan hanya bermain saja, namun itu termasuk kedalam metode terapi trauma pada anak. Disela-sela bermainnya psikiater akan sedikit demi sedikit memberikan hal yang mampu membuat anak melupakan traumanya. Itu tidak hanya dilakukan satu kali namun bisa sampai berbulan-bulan tergantung pada si anak.

Satu setengah jam renjun 'bermain' dengan sang psikiater dan waktu itu sudah cukup untuk hari ini. Jaemin menghampiri renjun dan psikiater itu.

"Lelah ?" Jaemin bertanya kepada renjun yang terlihat sudah tidak semangat bermain. Matanya sayu dengan bibir dilengkungkan kebawah. Jaemin membawa renjun pada pangkuannya dan memberikan dot berisi susu yang tadi ia buat. Disini ia sedikit berbincang dengan psikiater itu membahas tentang perkembangan renjun dengan renjun yang tak acuh dengan obrolan orang dewasa tersebut. Ia sibuk dengan susunya. Jujur saja ia lelah setelah 'bermain" dengan 'hyung' itu.

Tak lama sang psikiater itu pulang dan akan kembali lagi besok dijam yang sama untuk 'bermain' bersama renjun lagi. Setelah mengantar sang psikiater jaemin kembali masuk kedalam rumah, renjun masih digendongannya dengan mata yang sedikit tertutup. Namun saat ia ingin tidur tiba-tiba ia mendengar suara mobil. Matanya langsung terbuka tidak jadi tidur. Ia rindu dengan hyung-hyung yang sedang bekerja. Mendengar suara mobil ia dapat pastikan bahwa itu salah satu diantara mereka.

"Salam" Itu haechan, ia pulang lebih awal hari ini yang pasti karena satu alasan yaitu renjun.

"Echann" renjun turun dari gendingan jaemin dan berlari menghampiri haechan yang masih berada di ruang tamu.

"Halo sayang" haechan merentangkan tangannya saat melihat renjun berlari kearahnya. Ia bawa renjun kedalam pelukannya.

"Echan, njun punya moomin baru"

"Moomin baru ? Siapa yang belikan ?"

"Hyung teman nana"

"Teman nana ?"

Renjun mengangguk semangat sambil menunjukkan moomin baru pemberian psikiater tadi.

"Psikiaternya" jaemin memberikan jawaban atas kebingungan haechan. Haechan hanya ber-o menanggapinya.

"Bagaimana ?" Haechan bertanya kepada jaemin tentang renjun.

"Baik, semuanya baik. Renjun bisa mengikuti terapinya dengan baik"

"Syukurlah"

Sisa hari mereka gunakan untuk bermain bersama renjun. Ditambah mark dan jeno yang juga pulang dari kantor masing-masing membuat renjun bahagia sekali. Dia senang jika semua hyungnya ada didekatnya hal itu membuatnya merasa aman tanpa khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.

Malam hari renjun tidur bersama jeno. Renjun berada dalam pelukan jeno. Sepanjang malam itu ia banyak bertanya hal-hal random kepada jeno, jeno menanggapi setiap pertanyaan renjun dengan jawaban yang mudah dimengerti renjun. Hal ini membuat renjun senang dan tak berhenti bertanya.

"Sudah sayang, besok lagi bertanyanya. Sekarang kita tidur"

Renjun menatap mata jeno, bibirnya ia lengkungkan kebawah. Ia masih ingin bertanya tapi mengapa jeno menyuruhnya berhenti. Jeno gelagapan melihat renjun yang seperti ingin menangis, dengan cepat ia memikirkan alasan apa yang bisa ia berikan.

"Ini sudah malam nanti jika mark hyung tau njun belum tidur nanti nono akan dimarahi mark hyung. Njun ingin nono dimarahi mark hyung ?" Penjelasan yang semoga bisa renjun terima sembari jeno usap lembut pipi renjun. Renjun menggeleng dengan pertanyaan jeno diakhir penjelasannya. Ia tidak ingin melihat hyungnya dimarahi oleh hyung yang lain karenanya.

Jeno tersenyum lembut saat melihat renjun menggeleng itu tandanya renjun bisa menerima alasan yang jeno berikan.

Selanjutnya renjun mulai menyamankan diri dalam pelukan jeno dirinya mulai mengantuk ditambah usapan lembut jeno di punggungnya. Renjun benar-benar menyukai usapan-usapan lembut hyungnya pada punggungnya. Itu benar-benar membuatnya nyaman.

Tak lama renjun sudah tertidur bibirnya sedikit terbuka karena pipinya tertekan dada jeno, hal ini membuat dengkuran halus keluar dari bibir renjun. Benar-benar menggemaskan. Siapapun yang melihatnya pasti akan tersenyum (seperti readers ini, cuma bayangin aja senyum2. Autor mah udah nyengir dari tadi). Jeno turut memejamkan matanya menyusul renjun ke alam mimpi.

-----


Kritik dan sarannya kakakak🤗

Baby LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang