"Kok idupnya kaya ga ada beban gitu"
•
•
•
•
•SINGGAH: berhenti sebentar di suatu tempat ketika dalam perjalanan; mampir.
; / titik koma: adalah tanda baca dengan beberapa penggunaan, terutama untuk jeda pada kalimat. Simbol yang menggambarkan sebuah kalimat memiliki kelanjutan. Sebagai pengganti atau pemisah kata penghubung di bagian kalimat sejenis. Tanda baca untuk menunjukkan adanya keterkaitan terhadap dua klausa.
Semicolon (;): sebuah simbol yang dijadikan interpretasi dari mental health awareness. Sebuah proyek yang menunjukkan bahwa masih ada harapan bagi mereka yang berjuang.
____________________
Kafe dengan nama SINGGAH ditambah simbol titik koma itu tak sekedar wadah nongkrong dengan menu berbagai kopi dan hidangan manis, biasa. Meri, Kun, Tata, dan Haechan sebagai pendiri adalah orang-orang yang pergi jauh dari rumah dan hidup singgah di kota orang. Harapnya adalah rasa nyaman, walau sementara. Mengambil jeda, tak tahu kapan berpindah atau kembali ke tempat asal.
Mereka ingin menyediakan tempat singgah untuk orang-orang lelah akan berjuang, penat dari rutinitas. Memberi tempat nyaman untuk singgah sejenak sebelum berjuang pada kesibukan hidup mereka kembali.
Di kiri-kanan terdapat berbagai macam kantor dan beberapa sekolah. Patokan harga tak boleh mahal dari kopi kedai sekitar agar para siswa tak perlu takut mampir sebentar.
Selain berbagai macam olahan kopi, kafe mereka juga menyediakan burger dan sandwich untuk menu pagi—tentu dengan harga terjangkau. Buka dari pukul 07.30 pagi, kafe mereka berniat memberi kemudahan bagi orang-orang terburu di pagi hari tak sempat menyiapkan sesuap nasi.
Kafe itu adalah renovasi dari rumah adat dengan halaman luas di kawasan jalan Ahmad Yani—dulunya dijadikan tempat Ekspedisi. Pemilik sebelumnya menjual tanah dengan bonus bangunan rumah ada itu. Hubungan relasi antara Meri dan mantan pemilik tanah berbuah harga miring.
Tetap mempertahankan bentuk lama dari bangunan, rumah adat itu cukup diperbarui dengan mempercantik semua sisi—hampir seluruh material bangunan terdiri dari kayu besi sehingga tak banyak yang harus diganti. Beberapa bagian ruangan lama dihancur dan dibangun kembali menjadi ruangan baru. Dinding bagian sayap kiri dan depannya diganti dinding kaca agar hemat energi penerangan.
Berdiri di tengah tanah luas, halaman depan dari bangunan mampu menjadi tempat tampung berbagai bazar atau acara lainnya—Meri mengusulkan rencana itu dari awal dia menyerahkan proposal kepada Haechan—tujuan membangun kafe itu tak sekedar menjual kopi, tapi juga menyewakan tempat atau halaman untuk berbagai kebutuhan.
Halaman belakang sama yang luasnya dijadikan lahan parkir dan di pojok kanan tanah dibangun tiga rumah mess berjajar untuk Meri, Kun dan Haechan—Tata tak perlu rumah mess, dia punya rumah sendiri meski berasal dari provinsi sebelah—rumah itu sengaja dibeli untuk Tata tinggal selama dia kuliah di sana dan untuk tempat menginap orang tuanya yang sering berkunjung
Terdapat sisa ruang jalan di sisi kiri bangunan dan itu dijadikan jalan untuk menuju parkiran, juga menuju rumah mess di belakang.
Haechan bangun dari tidurnya cukup jauh dari kata pagi. Bangun dari mimpi buruknya, menimbulkan rasa pening sehingga dia tidur kembali. Terseok-seok kakinya menghampiri anak tangga menuju pintu belakang kafe, mendatangi Meri yang terlihat dari luar sedang berada di ruangan baking.
"Lo udah briefing karyawan baru?" tanya Haechan sesampai di sebelah Meri, wanita itu sedang makan dengan posisi berdiri sambil menonton acara komedi di handphonenya.