"Bukannya yang duduk diam cuma penonton, bukan pemeran?"
•
•
•
•
•Tempat pembuatan video animasi dilakukan di rumah Kayla. Pulang dari kampus, Renjun pergi ke sana lebih dulu menumpang di mobil wanita itu, sedangkan Haven, Arreta dan Daiki akan menyusul.
"Ka, mau hot chocolate seperti biasa?" Mereka berdua mampir ke kafe di dekat kampus terlebih dahulu.
"Yes, but ice not hot," jawab Renjun, memasuki kafe menyusul Kayla.
"Kartu debit lo masih sama gue," beritahu Kayla, sambil merogoh isi tas mencari dompet.
"Bayar pesanan lo dan gue hari ini pakai itu aja," ujar Renjun, menahan tangan Kayla di depannya.
Wanita itu menatap heran. "Gue makin curiga kalau lo beneran anak orang kaya."
"Ini yang terakhir deh gue yang traktir. Hari ini aja," paksa Renjun. Mengibaskan tangannya menyuruh Kayla pergi memesan dan dia duduk di salah satu kursi.
Selesai memesan, Kayla menghampiri Renjun dan duduk di meja yang sama. Menyodorkan kartu debit kepada pemiliknya. Sembari menunggu pesanan, Renjun asik menggulir layar tablet membaca webtoon buatan Kayla dari versi di akun Instagram.
"Kila si Kunti ini lo?" hardik Renjun kepada Kayla yang baru menaruh pantatnya di kursi seberang, matanya mengamati wanita itu. "Pucat, rambut item. Lo banget."
Kayla tersenyum. "Malas banget mikirin karakter, jadi gue bikin karakter mirip gue aja," ujarnya menanggapi. "Karakter komik konyol kan udah banyak. Dari bentuk binatang. Gadis tanpa wajah. Atau bentuk konyol lainnya. Kepikiran aja karakter hantu yang ngawasin kesibukan manusia, itu belum ada."
Komik daring milik Kayla awalnya hanya sebuah gambar strip yang diposting di akun Instagram. Ilustrasinya sederhana, berisi keseharian seorang hantu perawan: Kuntilanak, mengawasi keseharian manusia dari tempat nangkringnya. Secara umum dialognya banyak menyindir aktivitas manusia dalam berbagai bidang dan berbagai umur. Dibuat lucu dialognya agar sindiran terkesan jenaka, tapi menohok pada fakta nyata. Pengikut akun itu puluhan ribu, berhasil memaksa kedua bola mata Renjun membulat. "Sejak kapan lo nulis komik daring?"
"Dua tahun ke belakang," Kayla memberi jeda, dia sendiri lupa tepatnya mulai membuat komik itu sejak kapan. "Mungkin," tambahnya. "Gue cuma suka gambar, tapi bingung mau dibawa ke mana hobi itu."
"Akhirnya hobi jadi duit?" sela Renjun.
"Ga bermaksud nyari duit, Ka," bantah Kayla pelan. "Pernah gue ceritain kan gue beneran kayak zombie. Ga bisa menempatkan perasaan dalam suatu kejadian. That's a theraphy of me. Gue belajar ngelucu. Biar asik kayak remaja lainnya seumuran gue. Belajar banyak ekspresi dan gue tuang ke dalam gambar."
Renjun menatap Kayla. "Are you fine?"
"Truly fine, now," sahut Kayla, tersenyum.
"Lo besar di Inggris? Pernah balik ke Indo ga?" tanya Renjun.
"Kemarin sempat SMA di sana, setahun doang."
"Keluarga lo?"
"Mama di Indo. Ada tante di London. Di Bournemouth gue sendiri." Kayla memberitahu.
Renjun mengangguk dan matanya kembali ke layar.
"Excuse me." Mendengar kalimat sopan itu Renjun dan Kayla menoleh. Kaget pesanan mereka diantar ke meja oleh seorang karyawan, bukan dipanggil seperti biasa.
"Sorry," ucap Renjun. Mungkin keduanya terlalu asik bicara hingga tuli akan panggilan sudah siap pesanan mereka.
"It's oke," kata karyawan itu sembari menyodorkan dua gelas plastik berisi jenis minuman berbeda. Tak lupa dia tersenyum. Renjun menyambut minumannya dan menikmat isinya.