"Mempertanggungjawabkan kalimat, 'it's not really hurt. I'm fine'."
•
•
•
•
•Bournemouth Beach.
Keluar dari kafe, lima sekawan itu pergi menyewa sepeda. Tujuan mereka ke pantai bukan untuk berjemur di pinggiran laut seperti kebanyakan turis lainnya. Berbelok ke kanan pantai, masing-masing dari mereka mengayuh pedal sepeda menyusuri jalan kecil dengan berbagai macam tempat hiburan dan restoran di sisi jalan. Melewati dermaga Victoria dan orang-orang di sekitarnya yang asik berjemur.
Matahari terik siang ini, sebagaimana beach human: orang-orang pergi ke pantai untuk menjemur kulit mereka hingga kemerahan, Haven dan Arreta hanya mengenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Jaket mereka sudah dilipat dan dimasukkan ke dalam keranjang sepeda setelah keluar dari kafe.Tidak seperti dua bule itu—meskipun Kayla sudah cukup lama tinggal di Inggris, dia tetap pada kebiasaannya berpakaian tertutup dan serba hitam. Hari ini dia mengenakan hoodie kebesaran dan celana jeans. Kepalanya dilindungi topi, takut matahari akan membakar kulit putihnya. Benar-benar seperti vampir.
"Do Asian people hate the sun?" sindir Haven kepada Kayla. Juga, kepada Daiki yang mengenakan jaket di siang bolong sedangkan Renjun melapisi kaosnya dengan planel kotak-kotak, kepalanya ditutupi topi seperti Kayla.
"Racist!" desis Kayla. Sepedanya mengayuh bersebelahan dengan Haven. Di dekatinya lelaki itu untuk melayangkan tinju dengan kekuatan tak seberapa.
"Oh! Are you Asian?" balas Haven. "Aren't you a vampire?!" Lelaki itu meledek sambil menunjuk. Kayla memutar bola matanya, menarik topinya semakin menutupi wajahnya dan mengayuh lebih cepat menghampiri sepeda Arreta di depan.
Buk! Daiki melanjutkan tamparan di lengan Haven. Matanya melayangkan tatapan marah.
"What th—" protes Haven, hampir memaki. Dia hanya mendengus kesal saat Daiki semakin menatapnya tajam sebelum berlalu melewatinya. "What's wrong? I'm just ask!" gerutunya, kali ini Renjun menggantikan posisi Daiki di sebelah Haven. "When it's hot why are you'll still wearing jackets? isn't it like in a sauna?"
"Daripada gosong mending kepanasan dan pakai jaket," jawab Renjun, tanpa menoleh dan terus mengayuh santai sepedanya.
"I can't understand," ujar Haven.
Renjun mengedikkan bahunya, tidak menyahut dan kemudian memilih melewati Haven seperti yang lain.
Terus dan terus mengayuh, mendekati Beach Lodges: deretan huts warna-warni di pinggiran pantai, melewati jalan di belakang penginapan unik itu yang adalah sebuah bukit dan ke sanalah tujuan mereka.
Tiba di sana tikar kecil digelar di atas rerumputan. Arreta membagikan SPF dari ranselnya. Mereka duduk berjejer menghadap pantai dan dalam posisi mereka, SPF yang tadi dibagikan mereka oleskan ke tangan, kaki dan leher mereka secara bersamaan.
"Vampires need sun protection, huh?" kata Haven mengejek Kayla.
"Please, Haven, stop!" seru Arreta.
Haven memajukan bibirnya dan tangannya merogoh isi ransel, mengeluarkan kamera dari sana. Kayla sudah terbiasa dengan sikap menyebalkan Haven, dia mengabaikan lelaki itu dan dirinya mulai sibuk mengeluarkan peralatan penggambarnya satu per satu dari ransel. Daiki melakukan yang sama. Sementara Arreta, dia mengeluarkan laptopnya dan mengerjakan sisa tugas kemarin yang belum selesai.
Liburan lokal mereka tidak jauh-jauh dari dunia yang mereka gemari. Tugas kuliah. Melukis atau menggambar di tablet pintar mereka. Atau mengabadikan pemandangan landscape menakjubkan.