"Gue mau jadi tokoh ajaib dalam hidupnya"
•
•
•
•
•Semalamnya di kamar Renjun membuatnya sadar dan yakin dia benar-benar merindu. Bedanya sungguh kentara: hari yang dulu sering dilewati berdekatan, kini berjarak. Ruangan penuh kaleng cat. Tumpukan CPU tak terpakai. Meja di pojok ruangan—sering dijadikan tempatnya menumpu wajah untuk mengamati wajah sang pelukis kelewat fokus. Ranjang tempat saling bertukar segalanya. Bahkan lantai beralas karpet itu ikut andil sebagai saksi bisu banyaknya hal mereka lewati berdua, entah dalam keadaan saling mengasihi ataupun beradu pendapat.
Lucu memang, rindu kok menuju tempat, bukan orang yang dirindu. Namun, begitulah Haechan dengan segala keteguhannya dalam bersikap: menahan hasratnya demi andil sebuah peran. Tak apa sedikit menyiksa, asalkan tetap sama arti dirinya di mata orang itu.
Alarm paginya berupa panggilan video call, dan dia abaikan karena tidak ingin ketahuan sedang di mana.
renjun
💬 You reject my call?Haechan mengusap kasar wajarnya. Bukan dosa namanya saat berbohong demi kebaikan, bukan?
Gue udah bangun 💬
Lagi di jakarta 💬
Lagi ngopi bareng bokap 💬
Tidur sana 💬
Nanti gue telepon balik 💬renjun
💬 Lo lagi ngehindar kan?Ngehindar dari apa? 💬
renjun
💬 Biar gue ga tau lo mimpi buruk
💬 LagiCuma sekali gue ketauan mimpi buruk 💬
Lo se-annoying ini 💬renjun
💬 Artinya banyak mimpi buruk lo yang ga gue tau?Salah ngomong gue 💬
renjun
💬 Dude
💬 Lo bukan menghindar, tapi nyembunyiin sesuatu dari gueJangan berantem please 💬
renjun
💬 Kan tinggal gue blok terus pengawas lo nyeret gue balik ke indoNjun 💬
Ga gitu 💬renjun
💬 Atau gue ga ada kabar, bukan masalah lagi buat loNjun! 💬
renjun
💬 Lo dimana?Haechan menjauhkan handphone. Perlu baginya mengambil jeda untuk menghela napas. Entah sebuah anugerah atau kutukan, Renjun mempunyai berfirasat kuat akan dirinya.
renjun
💬 Chan!!!Rumah lo 💬
renjun
💬 Buat apa boongin gue?Ga ada maksud apa-apa 💬
renjun
💬 Ngapain lo ke rumah gue?Rindu lo...
renjun
💬 NGAPAIN GILA??!Ketemu Willim 💬
renjun
💬 Fuck
💬 Lo freakHei 💬
renjun
💬 Ada willim mulu diantara kita