"Ngapain kamu bisa basah-basah begitu?"
Junior baru mau masuk ke kamarnya untuk ganti baju, tapi sudah dikagetkan dengan keberadaan Yugo. Bukannya menjawab pertanyaan sang kakak, dia malah bertanya balik.
"Nah, lo sendiri ngapain, Bang, ada di rumah? Tumben-tumbenan."
"Aku ada urusan dengan Papa, mau bahas project kerja, makanya pulang." Yugo memperhatikan Junior dari ujung kepala sampai ujung kaki, sampai akhirnya mau tidak mau harus dijelaskan.
"Gue iseng dorong Mahes ke kolam, nggak tahunya dia nggak bisa berenang."
"Kamu biarin dia pakai kolam renang kita?" Yugo memelotot.
"Ya, kenapa? Dia juga manusia kok, nggak ada penyakit kulit. Itu kolam setiap hari dibersihin, disteril, nggak ada yang pakai. Nggak ada salahnya kalau dia berenang di situ."
"Aku nggak pernah pusingin itu karena aku juga jarang di rumah. Tapi, yang jadi masalah adalah mama. Gimana kalau mama nggak senang?" tanya Yugo. "Jangan cari masalah, deh!"
"Gue juga setiap hari di rumah memang salah terus, Bang!"
Yugo memijat pangkal hidung. Junior susah sekali untuk dikasih tahu.
*
Besoknya lantaran merasa bersalah atas insiden yang terjadi kemarin, Junior pagi ini berbaik hati mau mengantarkan Mahes ke sekolah. Sebenarnya ada mobil dan juga sopir yang bisa mengantar Mahes setiap hari ke sekolah, tapi lantaran gadis itu tahu kalau Amarta tidak suka dengannya dia memilih untuk naik angkutan umum untuk berangkat sekolah.
Makanya, Junior harus bela-bela bangun lebih pagi cuma untuk menunggu di depan gang supaya tidak ketahuan ibunya. Karena kalau Amarta tahu, bisa-bisa dia malah mengomel.
"Woi, Mahes!"
Mahes yang ditegur tiba-tiba terkejut. Alisnya bertaut karena melihat junior sedang duduk di motornya di depan gang.
"Kak Jun?"
"Lo mau berangkat sekolah, 'kan?" Junior sudah menyiapkan helm di tangan. "Nih, pakai!" Dia mengulurkan pada Mahes. "Gue antar lo ke sekolah."
"Nggak usah, Kak. Aku sudah dikasih uang ongkos untuk naik angkot."
"Ya ampun, lo jangan nggak ngehargain gue banget, lah! Gue bela-belain nih nunggu di sini 15 menit, digodain sama bencong-bencong gang cuma buat mau nganterin lo ke sekolah."
"Itu bukan salahku. Aku nggak minta."
"Ya emang lo nggak minta dianterin. Tapi, gara-gara kemarin lo hampir masuk angin gara-gara jatuh di kolam, gue jadi merasa nggak enak. Anggap aja ini penebus rasa bersalah."
"Lupain aja, Kak. Aku sudah nggak permasalahkan itu lagi."
"Lo kebanyakan ngomong di sini, ntar telat sekolah." Junior mendengkus. "Naik, buruan!" Dia memajukan motornya memaksa agar Mahes mau diantar ke sekolah.
Dengan wajah sedikit bingung, akhirnya gadis itu mau juga. Disuruh pegangan, dia malah memegang ujung jaket Junior.
"Lo, nggak pernah ya digonceng cowok kayak gini?"
"Nggak, lagian ini aku mau karena terpaksa."
Junior tertawa. "Ya ampun, santai aja. Gue nggak bakal macam-macam.".
Mahes sulit percaya, dulu ibunya pernah bilang kalau dia tidak boleh sembarangan dekat dengan laki-laki. Apalagi pria di kota. Mereka bisa dengan mudah menggoda wanita kemudian meninggalkan begitu saja
Junior tancap gas ke sekolah Mahes. Ini sebagai bentuk penyesalannya untuk tindakan kemarin. Setibanya di sana beberapa siswa jadi memperhatikan mereka.
Setelah mengatakan terima kasih, Mahes langsung masuk ke sekolah.
Junior masih mengamatinya. Tumben ya, dia bisa merasa senang cuma karena bisa mengantarkan adik angkat ke sekolah. Mungkin ini yang dinamakan jiwa kebaikan dalam dirinya telah bangkit. Soalnya, selama ini Junior seperti mati rasa. Cuek dan masa bodoh dengan siapa pun.
Ya, baguslah. Berarti dia tergolong manusia yang sudah kaya raya, tampan, dan baik hati. Pasti tipe pria idaman dan banyak wanita yang mau.
Hemh, semakin bangga Junior pada dirinya sendiri.
Sementara itu, di kelas beberapa teman Mahes yang tadi sempat melihat dia diantar dengan Junior, jadi bertanya-tanya, siapa laki-laki itu.
Yang wanita penasaran karena dia kelihatan masih muda dan juga tampan, sementara yang laki-laki jadi takut kalau itu adalah kekasih Mahes sehingga mereka tidak punya kesempatan lagi. Setelah dijelaskan bahwa itu adalah kakak angkatnya, sebagian merasa lega.
Ada yang berniat untuk mendekati Junior melalui perantara Mahes, yang laki-laki masih punya harapan untuk mendekati gadis itu.
*
Pukul lima sore, Mahes baru pulang sekolah. Seperti biasa, dia harus buka sepatu lebih dulu, merapikan di rak sebelum masuk ke rumah.
Baru beberapa langkah dari pintu, Mahes menemukan sebuah kertas formulir yang terjatuh di lantai. Takut itu benda penting, dia pungut lalu memeriksanya. Tapi, belum selesai dibaca Amarta menegurnya.
"Apa yang kamu pegang?"
Sebetulnya Mahes juga tidak tahu apa yang dia temukan ini. Baru mau memberikan karena merasa bukan miliknya, tiba-tiba Junior dari atas tangga memberi tanda agar Mahes memegang formulir itu jangan sampai ibunya melihat.
Amarta sempat mencurigai tatapan mata Mahes hingga dia menoleh ke belakang. Untungnya Junior bisa bergerak cepat dengan bersembunyi hingga tidak ketahuan oleh ibunya.
"Kamu nggak tuli, 'kan, tadi aku tanya itu apa?"
Mahes kemudian melipat formulir tadi. "Ini punyaku, Bu. formulir untuk ikut kegiatan ekstrakurikuler." Jantung Mahes berdetak cepat karena ini untuk pertama kalinya dia berbohong tanpa tahu apa tujuannya.
Amarta ragu dengan apa yang dikatakan Mahes. Dia ingin memeriksa sendiri apa yang ada di tangan gadis itu. Tapi, asih malah mengingatkan kalau minuman herbal yang dimintanya sudah siap.
Merasa minuman herbalnya jauh lebih berharga daripada mengurus Mahes Amarta meninggalkan dia begitu saja.
Tinggal Mahes yang bergegas ke atas untuk memberikan formulir yang dia temukan kepada pemilik aslinya.
Di lantai dua, Junior tampak berkeringat dingin. Dia kelihatan sangat bersyukur ketika Mahes bisa mengembalikan formulir itu ke tangannya. Sungguh laki-laki itu mengakui kecerobohannya bisa menjatuhkan formulir di lantai, padahal sangat penting.
Itu adalah berkas untuk kesediaan dia selama satu minggu ke depan mengikuti agenda tim dancernya.
Ya, salah satu rahasia yang Junior sembunyikan selama ini adalah dia bekerja sebagai dancer dan kadang-kadang sering membuat pentas di jalanan hanya untuk bisa mencari penonton di YouTube.
Sebenarnya apa yang dia kerjakan ini belum menghasilkan sama sekali selain hanya sebatas hobi. Sementara orang tuanya sangat mengharapkan Junior bisa kuliah dengan benar, masuk jurusan bisnis untuk nanti menjalankan perusahaan di keluarga.
Itu bukan bidang Junior sama sekali. Dia merasa sudah ada Yugo yang bisa memimpin perusahaan. Berarti kesempatannya adalah untuk bebas mengikuti apa yang dia suka dan formulir ini kalau sampai ketahuan bisa-bisa mimpi Junior kandas di tengah jalan. Apalagi kesempatan untuk ikut perlombaan skala internasional ini sungguh langka.
"Makasih ya, udah balikin formulir gue." Junior menyimpan hati-hati. "Ini lebih berharga dari nyawa gue sendiri."
Mahes mengangguk, meskipun tidak paham dengan apa yang dimaksud Junior.
"Karena hari ini udah nolong gue, lo bisa pegang kata-kata ini. Suatu saat apa pun yang terjadi kalau lo butuh, gue bakalan tolong, sebagai balas budi."
"Bilang aja, jangan pernah sungkan," pungkas Junior.
Mahes menyimpulkan senyum. "Aku ikhlas. Jadi, Kak Junior nggak perlu balas budi apa-apa."
Junior cuma menipiskan bibir sembari mengangkat bahu. "Gue yakin kok, suatu saat lo pasti butuh bantuan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maheswari
Romance❤️ Dinodai kakak angkat membuat Maheswari disiksa dan terusir dari keluarga angkatnya dalam keadaan mengandung. Yugo sang pelaku memilih untuk bersembunyi, tidak mau mengakui kesalahannya. Sementara Amarta--ibu di rumah tersebut--menegaskan agar Mah...