3. Tamparan untuk Junior

1.2K 71 2
                                    

"Nggak gimana-gimana. Gue cuma ketemu sebentar, nggak sempat ngobrol."

Junior lanjut melangkah, dia duduk di sofa mengeluarkan ponselnya asyik bermain game. Beberapa menit kemudian Asih sudah selesai masak mie, dia bisa nikmati. Untungnya Yugo tidak mengusik ketenangannya kali ini.

Tadinya Asih mau langsung pergi, tapi Junior malah memintanya untuk duduk. Berhubung Asih sadar kalau dia cuma pembantu, tidak mungkin duduk di kursi. Makanya hanya menempelkan bokong di lantai.

Terpaksa Junior juga harus duduk di lantai supaya bisa lebih enak ngobrolnya.

"Den Junior ngapain ikut-ikutan duduk di bawah begini?"

"Ya habisnya kalau Bibi di bawah, Junior nunduk banget!" Junior menggunakan alasan tinggi badannya yang membuat dia tidak nyaman untuk bicara ketika Asih berada di bawah. Padahal, dia hanya bersikap lebih sopan pada pembantunya tersebut.

"Bi, cewek yang diangkat papa jadi anak itu emang orangnya diem kayak gitu, ya?"

"Den Junior ngapain tanya-tanya? Asih curiga. "Jangan iseng ya, Den."

"Ya ampun, Bi." Sembari menancapkan garpu ke mie goreng kesukaannya, Junior menyangkal tuduhan tersebut. "Aku cuma tanya aja udah dituduh mau isengin dia."

"Den Junior mencurigakan, soalnya."

"Habisnya, aku penasaran. Soalnya tadi pas ketemu aku udah ngomong panjang kali lebar, itu anak cuma bengang-bengong."

Asih tertawa kecil. "Wajar, Den. Kalau banyak diam. Ibunya baru meninggal, dia juga masih syok tinggal di sini, ketemu dengan Den Yugo yang kemarin diam sajadisapa,a terus ketemu lagi sama Den Junior yang kelakuannya aneh-aneh."

"Junior nggak aneh-aneh ya, Bi," protesnya dengan mulut penuh mie instan. "Memangnya, kemarin Bang Yugo diem aja ditanya sama dia?"

Asih tidak mau menjelaskan secara mendetail karena takut menjelek-jelekan majikan. Tapi, untuk urusan yang satu itu Junior juga sudah bisa menebak kalau Yugo paling anti dekat-dekat dengan orang yang tidak sekelas dengannya.

"Pokoknya, Bibi ingetin ya, jangan gangguin Non Mahes anaknya polos banget loh, dia juga masih pemalu."

"Tenang." Junior melingkar jari pertanda dia sudah berjanji tidak akan mengganggu Mahes.

"Ya sudah, makan dulu Den. Bibi masih banyak pekerjaan yang lain."

*

Sekian lama Mahes ada, keadaan di rumah mulai sedikit berbeda. Junior yang tadinya tidak betah pulang sama sekali sekarang paling tidak beberapa hari sekali dia sudah pulang hanya untuk mengobrol dengan gadis itu. Dia merasa keberadaan Mahes membuatnya sedikit selamat karena Amarta ibunya lagi sering menatap sinis pada gadis itu ketimbang dirinya.

Kolam renang yang biasanya tidak pernah ditengok sekarang ada orang yang bermain-main di dekatnya. Kucing anggora peliharaan Junior hadiah dari saudara sepupunya sekitar 1 tahun lalu yang tidak pernah diajak bermain, sekarang kucing itu kelihatan lebih segar dengan adanya Mahes.

Dia banyak mengubah suasana di rumah ini hingga terasa lebih menyenangkan.

Bukan cuma Junior yang merasa lebih nyaman berada di rumah dengan keberadaan Mahes. Gadis itu juga senang tinggal di sini karena Sudibja memperlakukan dia benar-benar seperti seorang anak.

Selain diberi tempat tinggal, makanan yang layak, pakaian yang bagus, Mahes juga disekolahkan di salah satu sekolah favorit di kota ini. Sudibja juga sudah mengurus berkas-berkas milik Mahes agar masuk sebagai anggota keluarga, sebagai anak bungsunya di rumah ini, dengan status anak angkat hingga teman-teman di sekolahnya yang notaben mahasiswa kaya raya tidak ada yang mengucilkan ataupun meremehkan Mahes.

MaheswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang