😇 ditunggu, loh komen penyemangatnya
🍒
Junior menemui Mahes yang masih lelap. Kelihatannya, apa yang Yugo bilang soal keadaan Mahes saat ini, benar juga. Kalau dia memaksakan supaya Mahes tetap ikut dengannya, itu bisa membahayakan. Belum lagi, soal Amarta yang terus meminta Junior untuk pulang.
Satu hari setelahnya, dengan kondisi Junior setia menemani Mahes di rumah sakit, perempuan itu mengajak bicara.
"Kak Jun, nggak ada jam kuliah?"
Junior membawakan obat dan juga vitamin untuk Mahes. Setelah membanytu gadis muda yang sedang mengandung tersebut, dia baru menjawab pertanyaan yang tadi.
"Gue nggak ada jam kuliah kebetulan."
Mahes hanya mengangguk perlahan. Jeda beberapa saat, Junior kembali mengajaknya bicara. Ini soal yang dari kemarin ingin dia tanyakan tentang Yugo.
"Kakak gue, ngapain aja waktu dia ke rumah lo?"
Mahes butuh waktu cukup lama untuk bisa menjelaskan. Dia masih merasa terancam meski saat ini YUgo tidak ada di dekatnya.
"Lo nggak usah takut, apalagi merasa cemas klaau dia bakal nyakitin lagi."
Mahes mengangguk. Keberadaan Junior membuatnya sedikit tenang. Pada akhirnya membuat perempuan itu mau bicara. "Dia nggak bilang apa-apa."
"Terus, apa dia nyakitin lo?"
Soal itu juga Mahes menyangkal
Walaupun dia tidak suka dengan keberadaan Yugo, tapi dia tidak mau banyak bicara apalagi sampai menyebutkan segala sesuatu secara berlebihan. Takutnya, nanti malah dia yang disalahkan."Lo kalau dia memang macam-macam atau nyakitin lo, bilang ke gue jangan diem aja."
Mahes hanya menarik selimut ingin tidur. Melihatnya begitu, Junior tidak mau mengganggu. Dia pilih keluar untuk cari angin. Baru beberapa langkah di koridor, seseorang menarik Junior untuk ikut dengannya. Dia bukan orang asing, melainkan asisten ayahnya yang meminta Junior untuk pulang.
Berhubung kalau berdebat di rumah sakit hanya akan menambah keributan, terpaksa Junior ikut pulang. Sebelumnya dia titip pada suster dan dokter bahwa selain dia yang izin membawa pulang atau memindahkan pasien, tidak ada siapa pun yang diizinkan.
Mahes masih tidur. Junior janji hanya pergi sebentar, jadi tidak mau membangunkannya.
Di rumah keluarganya, Amarta sudah menunggu dengan raut wajah cemas. Tapi, begitu dia melihat anaknya yang dilontarkan malah kata-kata kasar.
"Pulang juga kamu!"
"Kalau Mama nggak mengharapkan aku untuk pulang, aku bisa pergi lagi."
"Jun!" Amarta memelotot. "Kamu ini semakin dewasa kenapa semakin berani menentang Mama?"
Junior tidak menjawab, dia langsung pergi ke kamar untuk menengok papanya. Dia kelihatan pucat, sakit jantung membuatnya menjadi manusia lemah. Apalagi, masalah Maheswari ini tidak bisa dianggap sepele.
"Di mana Mahes?" Sudibja yang merasa memiliki amanat untuk menjaga anak itu langsung tanyakan tentang dia.
"Mahes baik-baik aja, Pa."
Sudibja tidak bisa merasa lega sepenuhnya. Dia meminta Junior agar membawa Mahes pulang ke rumah ini karena gadis itu masih terlalu muda belum mengerti apa-apa.
Tapi, sepertinya Junior belum bisa memenuhi apa yang jadi keinginan ayahnya. Dia tidak bisa menjanjikan apa-apa, hanya menyuruh Sudibja untuk istirahat.
Amarta menunggunya di luar, begitu Junior muncul dari kamar Sudibja, Amarta mengajaknya bicara
Junior menghela napas. "Apa ini saran Yugo?"
Amarta yang masuk mendengar Junior bicara. Dia yang selalu membela anak sulungnya tersebut, merasa tidak terima kalau Junior bicara dengan nada seperti itu pada kakaknya.
"Yugo sudah mau berbaik hati mengurus gadis nggak benar itu. Kamu nggak usah bersikap kayak gitu ke kakak kamu."
Junior tersenyum miring. Kalau tahu kepulangannya cuma untuk dapat omongan seperti ini, lebih baik dia tidak usah datang. Dan yang paling menyebalkan di sini adalah masih soal ibunya yang terlalu membela Yugo hingga tidak menyadari perbuatan putra sulungnya tersebut.
"Mama selama ini selalu anggap Yugo yang paling benarm Coba deh Mama pikir, ada nggak orang yang dari awal selalu cuek dan nggak peduli tiba-tiba bersikap baik di depan Mama. Apa itu namanya kalau dia bukan punya modus!"
Amarta bisa saja menampar Junior saat ini. Tapi, itu urung dilakukan karena hanya akan membuang-buang waktunya. "Mama nggak mau berdebat. Kalau kamu nggak bisa terima apa yang harus kita lakukan ke Mahes, kamu jangan salahin kalau Mama akan tetap pada rencana awal!"
"Ma?" Junior memelotot pada Amarta. "Dalam kondisi kayak gini Mama masih berpikir memaksa Mahes untuk menggugurkan kandungannya? Mama bisa kira-kira nggak, seumpama itu memang benar calon cucu Mama, berarti Mama secara langsung memutus garis keturunan kita."
"Mama nggak akan pernah mau mengakui kalau anak yang dilahirkan gadis itu nantinya sebagai cucu Mama!" Kemudian Amarta menunjuk Junior. "Kamu jangan menyalahkan kalau sampai Mama harus nekat bertindak seperti ini karena Mama nggak mau masa depan kamu rusak!"
Jeda beberapa detik, Amarta kembali bicara. "Anak itu pasti sudah punya rencana. Dia tahu kalau kamu tetap akan memiliki hak waris di rumah ini. Makanya, sengaja bikin ulah dengan fitnah kamu!"
Sedikitnya Junior merasa tersentuh karena Anarta percaya bahwa dia tidak melakukan hal yang tercela tersebut pada Mahes. Masalahnya, Yugo sama sekali tidak mau bicara juga Mahes yang merasa takut dengannya.
"Aku nggak mau banyak omong. Pokoknya, di sini aku tahu Mahes cuma korban. Biar aku yang bertanggung jawab untuk apa yang sudah menimpanya."
"Kamu nggak perlu tanggung jawab apa-apa, Jun! Kamu nggak salah. Anak itu pasti pacaran dengan laki-laki nggak jelas dan kamu cuma jadi tameng!"
Sampai di sini Junior tidak bisa bicara apa-apa lagi. Padahal, dari dalam hatinya sudah tidak tahan ingin mengatakan kalau Amarta juga harusnya mencecar Yugo.
Merasa perdebatan mereka semakin sengit, Amarta memegang tangan Junior.
"Dengerin Mama," ujar Amarta. "Mama tahu kamu sudah dewasa tapi kamu nggak bisa pilih keputusan yang tepat. Kamu masih kekanak-kanakan dan gampang dipengaruhi. Yugo punya saran yang bagus atau kamu lebih memilih ikuti apa kata Mama."
Tatapan ibunya sangat penuh harap, Junior tetap tidak luluh hatinya. "Yugo bilang apa?" Junior penasaran karena takutnya apa yang disampaikan dengan dirinya beda dengan apa yang dia katakan pada ibu mereka.
"Yugo mau Mahes tinggal di salah satu rumah asisten rumah tangga kita."
"Bu Asih maksudnya?"
"Kita semua tahu kalau Asih dekat dengan dia. Semua biaya hidup dan juga keperluan Mahes akan ditanggung. Sampai anak itu lahir, Mahes bisa lanjut hidup sendiri tanpa perlu mengusik kehidupan kita."
Junior mengepalkan tangan. Ternyata, apa yang disampaikan Yugo berbeda dengan apa yang dia katakan sebelumnya. Ini berarti ada rencana tersembunyi yang sedang disiapkan kakaknya.
Junior tahu, hubungan mereka sebagai adik dan kakak cukup baik. Dia merasa mengenal betul bagaimana karakter Yugo. Tapi, kejadian ini membuat Junior jadi ragu bahwa dia benar-benar tahu sosok kakaknya.
"Kalau kamu masih keras kepala, Mama akan suruh orang untuk paksa menjemput Mahes. Tinggal nanti anak itu sendiri yang pilih, dia mau menggugurkan kandungannya atau ikutin apa yang Mama bilang!"
Junior keberatan dengan semua pilihan itu. Apalagi, dia juga yakin Mahes tidak akan pernah mau mengambil salah satunya.
"Gimana kalau aku punya opsi ketiga yang nggak bisa mama tolak?"
🍒
Kira-kira Junior punya rencana apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Maheswari
Romance❤️ Dinodai kakak angkat membuat Maheswari disiksa dan terusir dari keluarga angkatnya dalam keadaan mengandung. Yugo sang pelaku memilih untuk bersembunyi, tidak mau mengakui kesalahannya. Sementara Amarta--ibu di rumah tersebut--menegaskan agar Mah...