36. Tragedi

388 25 13
                                    

“Kasa, kenapa kamu pulang nggak nunggu jemputan dari Ayah dulu?”

Kasa yang ditegur ayahnya hanya menatap sembari menggigit bibir. Bocah itu pikir tidak ada salahnya karena dia tadi pulang bukan dengan orang asing. “Aku, kan, pergi dengan Om Yugo. Soalnya, tadi dia bilang mau sekalian antar pulang.”

Junior memijat pangkal hidung. Dia berjongkok di depan putranya tersebut, sembari pelan-pelan merengkuh lengan Kasa. Dia ingatkan tentang kesepakatan mereka. “Kamu nggak boleh pulang selain pakai jemputan dari Ayah.”

“Memangnya, kenapa kalau pakai jemputan dari Om Yugo?”

Junior hanya tidak mau Kasa dekat dengan Yugo itu saja. Apalagi, kelihatannya laki-laki itu sayang pada Kasa. Sebagai ayah, Junior malah merasa ketakutan.

“Pokoknya nggak boleh ulangi, oke?”

Kasa berjanji.

Jujur, tadi Junior sampai buru-buru dari kantor ketika sopir ditugaskannya mengatakan bahwa Kasa sudah pulang dengan Yugo. Dia sampai harus nekat memastikan bahwa kakaknya itu tidak akan membawa anaknya ke mana-mana.

Junior mendapat telepon dari kantor. Satu jam lagi, dia ada meeting dengan salah satu klien bisnis dari Jepang. Laki-laki itu tidak bisa datang karena setelah pikirannya kacau karena mengira bahwa Kasa akan diapa-apakan oleh Yugo, dia tidak bisa berkonsentrasi.

Sosok ayah bagi Kasa tersebut konfirmasi pada sekretarisnya untuk mengutus perwakilan. Kalau mereka keberatan, pihak perusahaan akan segera mengatur jadwal kembali.

“Ayah nggak berangkat kerja lagi?” tanya Kasa saat ayahnya mulai tenang.

“Nggak.” Junior menarik sudut bibirnya. Berikutnya, dia punya ide yang bagus. “Gimana kalau kita ke tempat ibu sekarang? Ajak dia makan siang terus, kita bisa jalan-jalan.”

Kasa tentu mau. “Ayah tahu nggak, tadi aku cerita ke semua teman. Mereka nggak percaya kalau aku ini punya ibu. Mereka bilang, kapan-kapan ibu harus ke sekolah. Nanti, kita ajak ya?”

Junior mengangguk. Dia masih bahagia saja pada mulanya mendengar cerita Kasa, menganggap bahwa itu adalah kesenangan bocah. Wajar. Karena setelah bertahun-tahu dia tanyakan ibunya, baru kali ini mendapat jawaban.

Hanya saja, yang mengejutkan adalah omongan Kasa berikutnya. “Om Yugo juga tahu kalau aku sudah bertemu dengan ibu.”

“Apa!”  Junior tersentak. “Apa maksudnya, Kasa?” Saking terkejutnya dia dengan berita ini, sampai refleks mencengkeram kedua lengan Kasa cukup keras membuat putranya agak ketakutan.

“Kasa, bilang ke ayah apa yang kamu bilang ke Om Yugo barusan!”

“A-ku bilang kalau sudah bertemu dengan ibu.” Kasa sampai terbata-bata menjawabnya. Wajahnya juga mulai pucat. Dia tidak tahu apa yang salah dari cerita ini, sampai ayahnya marah.

“Terus, apa lagi yang kamu bilang?”

Kasa tidak bisa menjawab dengan gamblang ketika ditanya. Itu terlalu mendesak membuatnya sulit berpikir.

“Kasa, jawab!” Junior menyentak lagi.

“Om Yugo tanya di mana rumah ibu.” Junior hampir saja jantungan mendengar ini.

Tidak menunda lagi, dia memanggil Asih.

“Jaga Kasa di rumah, nggak ada yang boleh temuin dia dulu sebelum aku pulang!”

Asih mengangguk saja, menerima perintah dari tuannya. Malah, Kasa yang tanya, “Ayah mau ke mana?”

Junior tidak menjelaskan. “Tunggu di rumah. Jangan ke mana-mana!”

MaheswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang