34. Karena Kamu

322 33 6
                                    

"Kamu ibuku, 'kan?"

Kasa bertanya ketika Mahes mengusap kening bocah tersebut. Perempuan itu sedang mengagumi betapa elok wajah putranya. Tidak pernah dia menyangka anaknya akan tumbuh setampan ini. Meskipun ... dia harus menderita karena ibunya wanita yang lemah dan ayahnya bejat.

"Kenapa tanya begitu?" Mahes menarik sudut bibirnya mendengar omongan Kasa.

"Aku nggak pernah ketemu kamu

sebelumnya. Ayah nggak pernah tunjukkan fotomu."

Mahes menarik Kasa untuk lebih dekat dengannya. Sekarang putranya itu bisa mendengar detak jantung Mahes yang lebih teratur. Putranya telah berada di sini membuat perasaannya lebih tenang. "Suka nggak dekat Ibu kayak gini?"

Kasa mendongak memperhatikan Mahes. Dia menyeringai. "Suka."

"Berarti aku ibumu."

"Beneran?"

Mahes mengangguk yang kemudian dia merasakan gangan kecil itu membungkus tubuhnya. "Ibu, aku senang punya Ibu. Dulu aku iri dengan Siena yang punya ibu dan teman yang lain. Sekarang aku aku punya ibu ...."

"Aku mau panggil ibu ibu terus." Lasa berceloteh bahagia sampai dia tidur.

*

Mahes keluar dari kamarnya. Ada Junior yang menunggu di teras depan. Perempuan itu yang mau karena dia tidak mau orang sibuk menghinanya nanti sebagai jalang kecil saat mengizinkan lelaki masuk rumah.

"Kasa tidur." Mahes tidak basa-basi saat bicara.

Junior hanya bergumam, bibirnya melengkung memperhatikan Mahes. Seketika salah tingkah dia diperhatikan.

"Kenapa lihatin aku?"

Junior menggeleng. "Senang aja lihat kamu." Ini jujur. Sudah lama dia tidak merasakan perasaan senang seperti ini. Bertahun-tahun dia berusaha untuk melupakan apa yang dia lewati bersama Mahes, mencoba untuk menguburkan perasaannya. Sekarang, mereka malah bertemu lagi.

"Mau aku bikinin minum atau gimana?"

"Nggak." Junior masih terus menatap Mahes mengabaikan perempuan itu yang sekarang menggaruk tengkuk.

Junior beranjak dari tempatnya, sekarang dia sudah berdiri sejajar di depan Mahes. "Kak Jun nggak boleh masuk?"

Mahes menelan saliva. Titik romantis dalam dirinya seakan bangkit saat ini. Ketika dia melihat wajah Junior jelas di depan mata.

Sayangnya, Mahes merasa trauma dengan omongan semua orang di sini. Para pria yang menggodanya tapi dia yang dituduh murahan. Mahes hanya bisa menolak, tanpa bisa melawan.

"Di dalam cuma ada kamar satu, nggak ada tempat duduk." Alasan yang Mahes ungkapkan Junior bisa menerima itu.

"Kasa ... tidur." Mahes menunjuk bagian kamarnya.

Junior melengkungkan bibir. "Kamu nggak mau dia tidur di sini?" tanyanya. "Biarin Kasa di sini. Dia pasti mau tidur dengan ibunya. Buktinya dari tadi sudah semangat bilang mau menginap di tempat kamu."

Mahes senang dengan pertemuan mereka hari ini. Seharian mereka bisa pergi bersama seolah pasangan keluarga yang harmonis. Mimpi yang selama bertahun tahun hampir tidak pernah terwujud, sekarang menjadi kenyataan.

Walaupun cuma sehari ini saja, Mahesh bahagia.

Tapi, memang kamar ini terlalu jelek untuk kasa. Sempit, pengap dan panas. Dia bisa mendapatkan pengasuhan yang baik dari Junior. Mahes tidak mau membuat anaknya tersiksa.

MaheswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang