Junior pulang buru-buru, tidak tahu apa sebabnya saat ini dia kepikiran Mahes. Tadi saat ditinggal dia perutnya sedang sakit, bisa jadi sekarang tambah parah.
Tiba di rumah, Junior mengetuk pintu.
"Hes, lo belum tidur, kan?" Junior mengetuk pintu dulu perlahan. Lelaki itu mengintip di bagian jendela, tidak kelihatan.
"Hes?" Junior semakin panik karena belum juga ada jawaban.
Junior sedang mempertimbangkan untuk untuk menengok ke jendela kamarnya atau jangan, tiba-tiba sudah terdengar bunyi kunci pintu yang diputar.
Mahes muncul dengan wajah pucat.
"Lo nggak apa-apa, Hes?" Spontan Junior bertanya. Malu sebenarnya karena dia merasa tidak ada urusan dengan Mahes.
"Nggak kenapa-napa."
Meski dijawab dengan sikapnya yang dingin, Junior bisa merasa lega. Dia tahu, saat ini Mahes baik-baik saja. Tapi, sejurus kemudian kedatangan Junior membuat Mahes bingung.
"Kak Jun kenapa pulang tengah malam begini?"
Mau jawab apa lagi. Otomatis, Junior harus mengakui kalau tadi dia kepikiran Mahes bertindak macam-macam. Padahal, tadi sudah bilang mau pulang pagi sekalian. Semua berubah karena dia takut dengan pikirannya sendiri.
"Gue takut lo kenapa-napa. Habisnya lo nggak angkat telepon tadi."
"Aku tidur." Mahes kelihatan polos.
"Ya pokoknya tadi gue panik karena lo nggak angkat telepon dari gue." Titik. Junior hanya bisa menjelaskan begitu.
"Terus sekarang kayak mana?"
"Ya, nggak gimana-gimana." Sudah telanjur ada di sini susah juga kalau mau langsung pergi, apalagi ini sudah malam. Belum masalah Junior yang tidak yakin kalau Mahes bisa jaga diri sendiri. "Gue tidur di luar malam ini."
"Banyak nyamuk, Kak."
Junior mendengkus. "Ya iyalah banyak nyamuk. Kalau banyak cewek, bisa gue godain."
Terkejut Mahes mendengarnya.
"Bercanda." Junior menyeringai. "Ya pokoknya lo nggak usah mikirin gue bakal gimana. Yang penting malam ini gue jagain lo."
Mahes mengepal tangan. Mau menolak bantuan Junior nyatanya saat ini dia merasa takut untuk sendiri.
Gadis itu masuk ke kamar sebentar untuk mengambil selimut dan juga bantal.
"Lumayan, Kak. Biar badannya nggak sakit amat dan juga nggak direbungi nyamuk."
"Oke." Junior ambil selimut dan bantalnya kemudian menyuruh Mahes untuk segera tidur.
*
Satu hari berselang, Junior dapat telepon dari Yugo. Pria itu memintanya agar mau ditemui.
Junior mau saja, tidak ada yang dia takuti di sini. Tapi, yang jadi pikiran adalah Mahes yang dia khawatirkan belum bisa jaga diri sendiri.
"Gue mau pergi." Sebatas itu yang bisa Junior katakan karena tidak mau Mahes merasa tertekan apabila dia menyebut nama Yugo. "Lo bisa, 'kan, jaga diri?"
Mahes mengangguk. "Bisa."
"Gue perginya nggak lama."
"Lama juga nggak apa-apa."
Junior mencebik. "Ya, lo sih, enak bisa bilang nggak apa-apa lama. Gue yang nggak tenang."
"Aku nggak akan ngapa-ngapain."
"Yakin, lo?"
Mahes mengangguk polos.
Junior sudah siapkan makanan. Beberapa menit yang lalu dengan uang yang ada dia belikan makanan instan dan juga buah-buahan serta stok susu dan minuman nutrisi lainnya. Itu bisa dipakai Mahes sehari ini untuk mengisi perut. Ada beberapa macam makanan yang bisa langsung dimakan.
Junior ke dapur mengambil pisau, gunting, silet, dan semua benda tajam lainnya dari rumah itu kemudian menyimpan di dashboard motor.
"Kenapa dibawa semua, Kak?" Mahes yang memperhatikannya cuma bisa bengong melihat kelakuan Junior.
"Harus gue bawa soalnya takut lo macam-macam dengan benda-benda ini."
"A-ku bahkan nggak pernah kepikiran sampai situ."
Malu sih, Junior merasa dirinya paling sok tahu. Tapi, apa pun yang Mahes katakan tetap dia harus waspada setiap apa yang akan dilakukan oleh gadis tersebut.
"Gue pergi dulu, deh." Junior menyambar jaket dan memakai helm. "Lo kalau lapar ada mie cup yang udah tinggal seduh, sama roti, dan buah. Nggak perlu repot-repot masak."
"Iya."
Junior berbalik memunggungi Mahes untuk pergi. Dia membuang napas beberapa kali karena mendadak jadi gugup sendiri, sampai bingung mau bicara apa.
Menggunakan motornya, Junior menempuh perjalanan sekitar 1 jam untuk bisa bertemu dengan Yugo di tempat yang sudah dia tentukan.
Kakaknya itu datang lebih awal rupanya. Junior menaruh kunci motor, menimbulkan suara untuk memecah lamunan Yugo.
"Udah lama di sini?"
Yugo menurut alisnya. "Kamu ke mana aja dua hari ini dengan Mahes?"
Junior mendecih. "Lo nggak mungkin nggak tahu, gue ada di mana sekarang."
"Junior!" Yugo menggeram. "Kamu nggak bisa nekat kayak gini!"
Junior menatap Yugo. "Itu perbuatan lo, Bang, dan Lo nggak mau mengakui itu! Mama bakal usir Mahes dari rumah kemudian dia bakal gugurin anak yang dikandung."
Melihat ekspresi Yugo yang gugup, Junior yakin kalau kakaknya itu sudah tahu apa yang direncanakan Ibu mereka.
"Kalau mama tahu itu anak lo, apa iya dia masih ngotot bakal nyuruh Mahes untuk menggugurkan kandungannya?"
"Lo mikir, Bang!" Junior kesal. "Mahes bahkan masih di bawah umur, anak dia juga anak lo!"
Yugo meminta Junior untuk berhenti bicara. "Aku bakal minta ke kamu baik-baik. Biarkan Mahes ikut denganku. Urusan gimana nanti dan juga anak itu, aku janji dia bakalan aman."
"Lo mau apa ke dia?"
"Aku akan bawa Mahes ke luar negeri. Nggak ada satu orang pun yang bisa tahu di mana keberadaan dia, termasuk mama dan juga papa. Aku akan jaga sampai anak itu lahir."
Jeda beberapa saat ....
Yugo mendesah. "Aku akan ambil anak itu, kalau hasil tes DNA memang membuktikan dia darah dagingku."
"Terus, lo mau misahin mereka?"
Yugo marah dengan pertanyaan barusan. "Ya, terus aku mau gimana lagi? Cuma ini batasan tanggung jawab yang bisa aku lakukan. Aku nggak mungkin nikahin Mahes. Sampai kapan pun nggak akan pernah bisa."
"Aku cuma tanggung jawab dengan anak yang akan dilahirkannya nanti."
Junior menggeleng. "Lo nggak bisa berbuat semaunya kayak gini."
"Terus, kamu punya rencana yang lebih baik?" tantang Yugo. "Mahes hanya butuh waktu kurang lebih tujuh bulan lagi untuk dia bisa melahirkan. Setelah itu, aku bisa kasih tunjangan hidup dan tempat tinggal yang lebih layak dia bisa hidup mandiri dan lanjut sekolah lagi. Sekarang justru kamu pikirin kalau dia tinggal dengan kamu masa depannya malah berantakan."
"Lo nggak bisa kayak gini, Bang!"
Yugo tidak punya pilihan lain. Sejujurnya saja dia itu dia juga menyimpan perasaan bersalah pada Mahes. Inilah hal yang sudah dipertimbangkan untuk bisa bertanggung jawab.
"Jun, aku nggak butuh izin kamu karena kamu juga bukan siapa-siapanya dia." Yugo membuat wajah Junior memerah menahan marah. "Aku bilang ini supaya kamu nggak kaget kalau nanti aku bakal bawa Mahes pergi."
Junior beranjak. "Lo berurusan dengan gue kalau sampai berani ngelakuin itu!"
Yugo menyimpulkan senyum. "Kamu harus tanyakan ini ke Mahes. Aku yakin dia juga tahu kalau apa yang aku tawarin ini jauh lebih baik."
Junior tidak mau bicara lagi.
Yugo orang yang pandai mengintimidasi lawan bicaranya. "Pikirkan lagi, Jun. Juga, aku cuma mau mengingatkan kalau dalam sekejap mata, aku bisa buat apa yang kamu punya saat ini hilang."
Junior membeku.
Yugo terpaksa mengancam adiknya. "Kamu nggak akan punya apa-apa untuk menolong dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maheswari
Romance❤️ Dinodai kakak angkat membuat Maheswari disiksa dan terusir dari keluarga angkatnya dalam keadaan mengandung. Yugo sang pelaku memilih untuk bersembunyi, tidak mau mengakui kesalahannya. Sementara Amarta--ibu di rumah tersebut--menegaskan agar Mah...