Junior tiba di rumah sakit. Mahes yang sempat tidur kini terjaga dan langsung tanya dari mana dia.
"Lo nanya gitu, udah kayak istri gue aja." Junior bercanda. Dia tarik sebuah kursi lalu duduk di dekat Mahes yang sudah memerah wajahnya karena candaan Junior tadi.
"Aku tanya karena Kak Jun baik denganku belakangan ini."
"Ah, gue memang baik terus. Lo aja yang belum sadar." Junior masih bisa bercanda walau saat ini hatinya sedang getir.
Hening untuk beberapa saat, Junior mulai mengalihkan dengan pembicaraan lain.
"Gimana keadaan lo?"
"Udah mendingan. Ini kakinya udah nggak bengkak lagi."
Junior mengangguk perlahan. "Gue udah cek ke dokter. Katanya kalau gejala kayak gini wajar, nggak akan jadi masalah besar."
Mahes hanya mendengarkan. Tidak lama setelahnya dia menggerakkan telapak kakinya seakan sedang melenturkan otot.
Junior memperhatikan lalu terceplos begitu saja sebuah pertanyaan.
"Hes, Lo beneran mau pertahankan anak ini?"
Mahes menatap Junior cukup lama. Dia mengerutkan alis. "Kenapa Kak Jun tanya kayak gitu?"
Junior mengangkat bahu. "Nggak apa-apa. Gue cuma mau tanya aja. Please, jawab."
"Aku mau pertahanin anak ini." Mahes memberi jawaban. Dia tidak tahu ada alasan apa Junior harus tanya tentang bayinya, tapi Mahes mengatakan hal yang sejujurnya.
Memang, gadis itu tidak pernah merencanakan akan memiliki anak dengan cara seperti ini di usia yang masih sangat muda pula. Tapi, membunuh atau menyingkirkan bayinya juga bukan pilihan bijak.
Mahes akan usaha untuk membesarkannya. Dia akan ingat bagaimana cara ibunya dulu mendidik dan menjaga Mahes semasa kecil. Dia akan belajar dari banyak hal untuk bisa jadi ibu yang baik.
"Kenapa Kak Jun tanya kayak gini?"
Junior menggeleng pelan. "Gue nggak yakin mau bilangnya."
"Bilang aja, Kak. Aku nggak apa-apa."
Tatapan Junior dan Mahes terkunci untuk beberapa detik. Helaan napas pria itu menyiratkan ada hal Besta yang harus disampaikan.
"Mama masih kukuh dengan rencana lamanya. Lo harus gugurin bayi ini."
Baru dengar begitu saja, bola mata Mahes sudah nyaris melompat keluar. Tidak berselang lama perutnya terasa berdenyut, hingga membuatnya meringis.
"Lo jangan tegang. Nggak usah dipikirin. Gue bakal bantu Lo untuk jaga anak ini." Junior membujuk Mahes. "Gimanapun juga, ini anak Yugo. Kalau Mama tahu ini cucu dari anak kesayangannya, dia nggak akan bersikap kayak gini."
Mahes meraih tangan Junior menggenggamnya erat. "Tolong, bantu aku untuk lari dari sini, Kak. Aku nggak mau mereka apa-apakan anak ini. Aku nggak akan tega kalau harus membunuhnya."
Junior meremas lembut genggaman Mahes. "Lo masih punya dua pilihan, Hes."
"Dia pilihan?"
"Lo bisa tetap pertahankan bayi ini dengan cara lo ikut Yugo. Dia bakal bawa lo ke suatu tempat yang nggak banyak orang tahu, lo bakal dihidupi dengan baik sampai anak ini lahir."
"Nggak. Aku nggak mau." Mahes mengendurkan genggamannya. Tapi, Junior menarik lagi. Tidak tahu sejak kapan, dia merasa dengan cara begini mereka bisa berbagi kesedihan.
"Lo ada pilihan ketiga."
"Pilihan ketiga?"
Junior mengangguk. "Nikah dengan gue."
"Kak Jun!" Mahes kaget dengan rencana ini.
Bagaimana mungkin mereka akan menikah? Ini sungguh tidak masuk akal. Junior sudah cukup baik, Mahes tidak akan mau menghancurkan masa depannya. Dia juga tidak ingin membuat Junior punya masalah lagi. Terutama dengan Amarta.
"Lo dengerin gue dulu." Junior memohon. "Pernikahan gue dengan lo ini cuma formalitas. Meskipun kita nanti bakal cari penghulu dan saksi secara sah, gue nggak akan pernah benar-benar jadi suami lo."
"Tujuan gue nekat nikah dengan lo adalah untuk menjaga anak ini, minimal sampai nanti dia lahir. Juga, untuk menjaga lo tanpa harus membuat kita merasa takut itu dituduh orang sebagai pasangan kumpul kebo."
Mahes menolak. Apa pun alasan yang dikemukakan Junior tidak akan membuatnya setuju dengan tawaran itu. "Aku nggak mau merusak masa depan Kak Jun. Udah cukup sampai di sini. Setelah keadaanku baik, aku bakal pergi."
"Lo mau ke mana?" Junior bertanya dengan tegas. "Lo nggak punya siapa-siapa lagi dan mungkin juga orang-orang di sekitar lo nggak bakal percaya mau gimana mengadu. Yugo punya banyak cara untuk menutupi ini, dia itu pinter. Makanya, dia jadi kesayangan mama."
"Apa pun risikonya. Aku nggak akan pernah mau menyusahkan orang lagi."
"Lo nggak nyusahin gue." Junior meyakinkan. "Please, jangan lagi merasa kalau gue ngelakuin ini buat lo. Gue sampai nekat begini karena mama."
Jeda sejenak untuk keduanya merasa tenang, Junior kembali menjelaskan, "Mama sekarang mungkin bisa marah dan merasa benci karena dia enggak tahu kalau anak yang dalam kandungan lo adalah anak Yugo."
"Suatu saat kalau dia tahu faktanya, nggak mungkin kalau dia enggak nyesel. Yugo anak kesayangan nyokap gue. Apa aja yang dia punya itu akan jadi kesayangan nyokap gue juga" tambah Junior di saat Mahes masih berpikir. "Gue juga tahu gimana kakak gue itu. Sekarang dia masih nolak nggak mau ngakuin. Tapi, nanti kalau dia sudah sadar, sudah buang semua gengsinya dia bakal akuin perbuatannya."
"Apa aku nggak punya pilihan?" Mahes menyeka air mata. "Bukannya aku nggak mau menerima kebaikan ini tapi kalau sampai harus menyusahkan Kak Junior lagi aku nggak akan sanggup."
"Lo nggak nyusahin gue, gue lakuin ini demi mama dan kakak gue."
"Tapi, aku pasti bakal nyusahin Kak Jun."
"Gue, 'kan, nggak perlu nyuapin lo makan, nggak harus juga bawa lo jalan-jalan kalau sore."
Mahes tertawa kecil setelah mendengar pernyataan Junior barusan. "Kak Jun kira aku hewan peliharaan?"
Junior mengekeh. "Nah, itu Lo tahu kalau lo bukan hewan peliharaan. Buat gue lo nggak nyusahin. Gue bakal tetap bisa jalannya aktivitas kayak biasa asalkan elu janji untuk sehat."
Tatapan mereka terkunci untuk waktu yang cukup lama. "Kalau lo menolak tawaran gue karena punya pilihan lebih bagus, nggak masalah. Tapi, kalau nolak karena takut nyusahin, baiknya lo pikir-pikir lagi. Gimanapun juga, baik Mama atau Yugo itu nggak akan berhenti dengan rencana mereka. Lo pilih mana yang lebih bagus untuk lo ikutin."
Mahes rasa semua pilihan yang ditawarkan tidak ada yang membuat hidupnya tenang ke depan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maheswari
Romance❤️ Dinodai kakak angkat membuat Maheswari disiksa dan terusir dari keluarga angkatnya dalam keadaan mengandung. Yugo sang pelaku memilih untuk bersembunyi, tidak mau mengakui kesalahannya. Sementara Amarta--ibu di rumah tersebut--menegaskan agar Mah...