"Apa lo bener bener mau ngelakuin ini semua?"
"Ini keputusan gua."
"Lo tau sendiri, dengan perilaku lo, (Name) bisa aja kecewa sama lo."
Ucapan dalam telpon itu terhenti ketika menyebut nama seorang perempuan. Perempuan yang memegang handphone itu berdecih dan berkata, "jangan urusin gua."
"Gua ga ngatur lo. cuman mau bilang," Perempuan dari sebrang menjawabnya. Dia menggantungkan kalimatnya hingga akhirnya, "kita pernah hampir kehilangan dia. Kesempatan gak dateng dua kali, Medeia."
"Lo harus berhati-hati."
Tuuuut
Telpon di matikan. Medeia, perempuan itu menghela nafas dan mengusap poninya kesal. "Dia pikir dia siapa? Dasar Roxana Agriche sialan."
"Kesempatan gak dateng dua kali, Medeia."
Medeia mengacak-acak surai ungunya kasar, "lagipula, ada satu hal yang harus ku lakukan."
"Kita pernah hampir kehilangan dia."
Ucapan itu kembali membuat Medeia terdiam. Tidak, bukan itu lah titik fokusnya.
Medeia harus melakukan itu semua.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Kau menatap kearah bagian bawah murid baru itu berbicara dengan Medeia, sahabatmu, yang tengah berbincang dengan anak baru itu.
Rasa sesak di dada membuatmu tak bisa berhenti membayangkannya. Kau hanya bisa memandang dari jauh lagi pada akhirnya.
"Dia memberikan semua yang Medeia berikan. Jadi maklum saja." Kau terjengit ketika suara seorang laki-laki mengintrupsi. Kau menoleh dengan muka kesalmu dan mendapatkan seorang laki-laki bersurai hitam yang tengah menatap kearah pandangan yang sama dengan dirimu.
Mengetahuinya, kau hanya terkekeh miris. "Hahaha. Benar. Apa yang telah ku berikan padanya sejauh ini ya?"
Ucapanmu membuat laki-laki itu menatapmu, dengan tatapannya yang bingung, dia bersuara. "Kau tidak tau?"
"Sama sekali tidak." Dengan bentuk chibi kau menjawab. Laki-laki itu menatapmu aneh sejenak lalu kembali memandang kearah perempuan dan Medeia berada.
"Namaku (Name) Carna. Kau?"
"Aku- Damian." Kau menatap bingung kearah Damian, laki-laki itu dengan tatapan anehnya menjawab. Kau menjulurkan tanganmu dan itu tidak di balas oleh laki-laki tersebut, membuat tanganmu pegal.
Jadi, kau menarik kembali tanganmu dan menghela nafas.
"Hey, ayolah. Yang ceria dong! Kau hanya kehilangan satu. Kenapa begitu sedih? Bukannya masih ada yang lain?" Ucapan Damian membuatmu menoleh menatapnya kembali. Namun untuk beberapa saat, kau kembali menatap kearah Medeia yang terlihat kesal dengan sikap perempuan di depannya.
"Tetap saja." Kau berucap, dengan senyuman mu kau menjawab, "ini menyebalkan."
"Eh?" Damian menatapmu aneh. Menyadari tatapannya, kau hanya tertawa kecil lalu menyibakkan rambutmu.
"Orang datang dan pergi. Itu kehidupan. Tapi terkadang," Kau menatap kearah Damian sembari tersenyum lembut, "rasanya memuakkan."
"Saking memuakkan nya, aku sampai ingin muntah."
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Damian menatap layar handphonenya dengan pandangan tak tertarik. Di depannya, kakaknya Yerin tengah mengotak-atik handphonenya dengan raut senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAVAGE FRIEND!
Фанфикшн❝𝗞𝗔𝗧𝗔 𝗦𝗜𝗔𝗣𝗔 𝗝𝗔𝗗𝗜 𝗔𝗡𝗔𝗞 𝗧𝗘𝗥𝗔𝗞𝗛𝗜𝗥 𝗘𝗡𝗔𝗞?❞ 𝗞𝗜𝗦𝗔𝗛 ini menceritakan tentang seorang perempuan yang bisa membuatmu iri sampai ke ulu hati...
