Bagian 13

24.6K 5.5K 1.2K
                                    

"Kak, sorry. Kayaknya ini jaringan aku yang bermasalah, tadi soalnya gimana?"

Aku mendongak, hanya untuk terkekeh karena dari seberang panggilan video, Rebecca terlihat menggoyang-goyangkan ponselnya seakan dengan begitu sinyal providernya bisa penuh kembali. Dia anak yang cerdas, tapi kenapa dia tidak paham bahwa hal seperti itu sebenarnya tidak berguna. Di luar mendung terlihat pekat dan beberapa kali suara  guntur terdengar menggelegar cukup keras. Cuaca sedang buruk, bisa jadi itu adalah penyebab kenapa jaringan providernya terganggu.

Entah mendapat ide dari mana, sore harinya aku mencoba untuk menghubungi Rebecca melalui sambungan video call. Karena aku tidak tahu harus bicara apa, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya mengajariku latihan soal untuk ujian sekolah minggu depan. Awalnya aku sempat skeptis kalau-kalau dia tidak mengerti penyelesaian soal kelas 11, tapi di luar dugaan dia berkata, "Mau kelas berapa pun soal matematika tuh sebenernya diulang-ulang tahu, Kak. Rumusnya kan tetap, jadi ya penyelesainnya pasti gitu-gitu aja."

Aku benar-benar kicep. Memang rumus matematika bersifat tetap, masalahnya kan aku sedikit oon kalau menyangkut hitung-hitungan kayak gini. Jadi tidak peduli mau diulang-ulang sampai kapan pun, agaknya aku tidak akan pernah menyelesaikan rumusnya sampai akhir.

"Anna melempar 3 buah mata uang logam sekaligus sebanyak 640 kali. Munculnya 2 angka (A, A) dan 1 gambar (G) adalah...kali?" aku mengulangi pertanyaan yang sebelumnya belum sempat dia dengar sampai selesai karena jaringan kami sempat putus-putus.

Di seberang panggilan video, aku melihat Rebecca begitu fokus dengan buku coretan di hadapannya. Ia sempat menghapus tulisannya beberapa kali sebelum akhirnya tersenyum dan menoleh ke arahku.

"Udah nemu, buruan catet." katanya.

"Oke, gimana?" aku bersiap dengan pensil dan buku catatan di hadapanku.

"Misalkan M adalah perumpamaan atas kejadian munculnya 2 angka (A) dan 1 gambar (G), sehingga: M = {(A, A, G), (A, G, A), (G, A, A)}, sehingga n(M) = 3. Banyaknya anggota ruang sampel untuk 3 koin, yang masing-masing memiliki dua sisi (A, G) adalah n(S) = 2 x 2 x 2 = 8. Sehingga peluangnya adalah p(M) = n(M)/n(S) = 3/8. Frekuensi harapan munculnya 2 angka dan 1  gambar adalah: p(M) x n = 3/8 x 640 kali = 240 kali."

Sudah pernah aku bilang bahwa aku banar-benar tidak mengerti dengan urusan matematika, tapi ketika Rebecca menjelaskannya dengan perlahan-lahan, susunan rumus itu tiba-tiba saja muncul dalam kepalaku. Seolah sudah ada sistematis yang melekat di sana.

"Ohh, kenapa aku baru ngeh sekarang ya?" tuturku, cukup bangga karena untuk pertama kalinya aku tidak lemot saat berurusan dengan matematika.

"Ada soal yang kakak nggak ngerti lagi nggak, Kak?"

Ini sudah hampir 1 jam kami melakukan panggilan video seperti ini dan yang kami bahas hanya soal matematika, tidak ada pembahasan lain selain itu. Aku agak takjub saat Rebecca tidak berubah menjadi reog ketika mengajari manusia super lemot sepertiku. Ada beberapa soal yang memang aku tidak mengerti sama sekali sampai-sampai dia harus menjelaskannya berkali-kali. Jika yang mengajariku adalah Mas Nana, mungkin dia sudah menggigit meja dari tadi. Tapi karena ini Rebecca dan caranya mengajariku benar-benar penuh kehati-hatian, aku merasa terselamatkan.

"Ada nih, terakhir. Aku bener-bener nggak paham."

"Oke, terakhir ya, Kak? kebetulan aku mau bantuin Bapak buat jualan habis ini." ia berkata dengan nada sungkan. Lalu saat aku beralih pada layar ponselku, aku menemukan Rebecca menggaruk lehernya dengan pangkal pensil. "Soalnya gimana?"

"Dari 7 kartu, diberi huruf R,E,B,E,C,C,A, lalu diambil 1 kartu secara acak. Jika pengambilan dilakukan sebanyak 70 kali dengan pengembalian, berapa frekuensi harapan kita bisa jalan bareng?" tanyaku.

Extraordinary Kin: The Journey to Growing Up✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang