CATATAN PENULIS

111 9 15
                                    

Pertama-tama, Sang Pemanah Matahari yang saya upload di sini adalah versi terbaru, dengan plotting yang sangat berbeda dengan versi-versi yang dulu. Versi yang dulu pernah saya upload juga di platform menulis online. Jadi versi yang ini adalah yang beda dari yang dulu, sangat berbeda (sempat terpikir untuk ganti judul, tapi saya suka dengan judul Sang Pemanah Matahari).

Ide awal novel ini dan draf pertamanya kali saya tulis pada tahun 2018, saat saya berada di Perancis. Ada begitu banyak kastil-kastil batu yang begitu tua, begitu cantik, begitu kuat berdiri walau diamuk zaman demi zaman. Saya ingat waktu itu saya entah mengapa merasa begitu terpukau dengan kastil-kastil tua itu. Berapa banyak kisah yang sudah disaksikan dinding-dinding batu itu? Air mata? Tragedi? Pesta? Rahasia-rahasia yang tersimpan rapat di celah-celahnya, rahasia yang mungkin tak akan pernah terkuak. Dinding-dinding batu itu akan selalu hening, sampai ada orang-orang yang mencoba mendengar kisahnya, menggali, mempelajari, mengenal, dan mungkin, mencintai kisahnya. Ide awal SPM adalah menggunakan vaerrim, istana batu raja-raja Valezar, sebagai pilar kisah, bagaimana segala tragedi terjadi di balik dinding-dindingnya, dan bagaimana ratusan tahun setelahnya, ada orang yang mencoba mengenalnya. Alina, dalam SPM, adalah orang yag mencoba menggali, mengenal apa yang sudah lalu, dan dalam diri Varthan, ia menyadari kalau apa yang sudah lalu mungkin belum benar-benar berlalu.

Alina adalah seorang arkeolog dan penerjemah yang sedang berupaya menyusun kembali hidupnya yang hancur karena pengkhianatan, dan Varthan adalah seorang yang juga telah kehilangan begitu banyak karena pengkhianatan yang begitu keji. Keduanya adalah korban dalam permainan hidup yang terkadang begitu bengis, dan seringkali berada di luar kendali mereka.

Tahun 2019 awal, saya mengalami kecelakaan kecil yang menyebabkan kornea mata kiri saya terluka dan saya sempat 2 hari di RS. Mata kiri saya jadi kabur, bahkan sampai sekarang walau sudah jauh membaik. Tapi momen-momen itu sangat menakutkan bagi saya, bagaimana saya bisa menulis dengan mata kiri yang cepat lelah dan kabur? Saya memutuskan untuk menjadikan SPM sebagai proyek pembuktian diri saya, kalau saya bisa menulis dengan mata yang luka. Luka di mata saya menjadi semacam "cambuk" bagi saya untuk tetap berkarya. Draf selanjutnya dari SPM berhasil saya selesaikan walau mata masih dalam pengawasan ketat dokter mata. It made me braver, stronger, to know I could still do what I wanted no matter what the state of my left eye was.

Mengenai Valezar. Valezar adalah kerajaan fiktif, dan bahasa Valezar adalah bahasa fiktif (harus saya tekankan di sini karena beberapa pembaca pernah memberitahu saya kalau mereka benar-benar mencoba mencari di mana Valezar dan di mana belajar bahasa Valezar, mungkin supaya lebih asyik ya kalau mengobrol sama Varthan :)).

Bagaimana ada ketertarikan saya untuk menulis yang berhubungan dengan bahasa? Karena bahasa adalah topik disertasi S3 saya dulu. Saya meraih gelar S3 dari bidang psikologi kognitif/neurosains kognitif dari University of California, Riverside dengan Dr. Christine Chiarello sebagai profesor pembimbing. Saat itu saya menyelesaikan disertasi S3 dengan topik yang berkaitan dengan penguasaan bahasa dan fungsi otak kiri/kanan dalam mengenal kosakata baru. Dulu kerjaan saya pas persiapan riset disertasi selama kurang lebih 1 tahun adalah menciptakan kata-kata baru, dan juga makna-makna unik (Misal:"ANREL is an aged royal wine" – yang ini adalah stimulus asli yang saya gunakan dulu pas disertasi). Proses yang panjang dan ribet berjibaku dengan statistik, pilot study, dll – kata-kata baru tersebut dibentuk dari kata-kata bahasa Inggris dengan satu huruf diubah, dan harus memenuhi berbagai kriteria untuk terpilih sebagai stimuli dalam riset disertasi (Misal: seberapa banyak partisipan dalam pilot study yang mengira itu kata asli, berapa sering kata bahasa Inggrisnya muncul dalam kehidupan sehari-hari, dll). Tapi saya menikmatinya. Saya suka kata-kata, makna-makna, bahasa. Ketertarikan ini akhirnya saya tuangkan dalam Sang Pemanah Matahari dalam bentuk penggunaaan tema bahasa kuno (Kalimat-kalimat dari bahasa Valezar kuno yang digunakan di SPM saya ciptakan sendiri khusus untuk novel ini) dan penerjemah sebagai tokoh utamanya. Jadi SPM adalah karya tulis yang personal untuk saya, dan saya menikmati proses menulisnya.

Terima kasih sudah membaca, dan terima kasih sudah mampir di Sang Pemanah Matahari. Saya bukanlah penulis top, saya masih harus banyak, banyak sekali belajar, berlatih menulis, dan kalian tetap datang membaca tulisan saya, memberi dukungan, krisar, atau sekedar menyapa. Itu sangat, sangat, berarti bagi saya.

Terima kasih banyak sekali lagi, para pembaca yang baik hati.

Salam kenal,

Lia. 

🎉 Kamu telah selesai membaca SANG PEMANAH MATAHARI [SUDAH TERBIT CETAK] 🎉
SANG PEMANAH MATAHARI [SUDAH TERBIT CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang