BAB 28

105 13 12
                                    

Khor mengerang-erang di atas lantai dan Varthan mengencangkan busurnya, siap menembak pamannya itu. Akar-akar hitam seolah mengerti ada perundingan yang sedang terjadi, mereka sontak berhenti bergerak dan berdesis, para targpun menjadi sunyi. Ruangan bangsal itu kini senyap.

"Varthan! Baik. Dengarkan aku, berbaliklah, dan tatap ayahmu ini," Kaal mengangkat dagunya, berusaha mempertahankan wibawa sebagai raja langit.

Varthan menyeringai dan menggeleng. "Panahku akan tetap kuarahkan ke kening Khor sampai perundingan kita selesai. Dan kau tidak akan pernah menjadi ayah bagiku, Kaal. Aku tidak punya ayah. Satu ayah adalah pengkhianat cinta ibundaku, penyebab kekacauan dan kejatuhan Valezar, dan kau ... kau tidak pernah ada untukku. Jangan mencoba menjadi ayah saat kau butuh aku untuk mengamankan tahtamu." Dingin beku menghunjam suara Varthan, semua diucapkannya tanpa banyak emosi sama sekali.

"Varthan, aku sudah menjelaskan padamu mengapa aku harus tetap bertahta, mengapa Khor harus ada dalam kendaliku. Semua demi keselamatan dunia manusia, dunia Alina. Kau pasti mengerti itu. Baik. Mungkin aku tidak seharusnya mencoba membunuhmu melalui Khor, mengirimmu ke mari ..."

"Mengirimku ke mari dengan satu tujuan: Menjebakku, supaya Khor bisa membunuhku di sini, dalam sunyi, dalam gelap bangsal ini, tanpa ketahuan para dewa. Kau gagal. Rencanamu gagal, Kaal. Aku membuat begitu banyak kegemparan dan cahaya kembang api dari xandkaradedi bawah sini, para dewa di langit sekarang menjadi sangat curiga dan bertanya-tanya, karena itu kau ke mari. Untuk menyelesaikan apa yang gagal diselesaikan Khor!"

"Varthan! Ini tawaranku. Jangan kau celakai Khor. Kalau kau bersumpah akan menyimpan rahasia siapa dirimu sebenarnya, aku akan memberimu kesempatan mengulang sejarah ... " desis Kaal lirih dengan tatapan lurus ke Varthan.

"Mengulang sejarah?" ulang Varthan.

"Valezar akan mengalahkan Nankara sekali ini. Valezar tidak akan runtuh, Nankara yang akan habis. Kau tidak akan menjadi raja terakhir Valezar, kau tidak akan menjadi raja yang bertanggungjawab akan keruntuhan Valezar. Sejarah akan berubah, kali ini berpihak pada Valezar. Tawaran yang luar biasa menarik, bukan?" Kaal menyeringai.

Varthan terpaku. "Varthan? Varthan? Kau mau menerima itu?" bisik Alina dari daorraghdengan kekuatiran yang tak dapat ia sembunyikan di suaranya. Varthan terdiam dengan napas memburu menahan gejolak luar biasa di dalam benaknya.

"Kaal, kalau sejarah berubah, akankah korban-korban perang, korban-korban dari rakyat tak bersalah, juga akan berkurang?"

Kaal terkekeh dingin."Tentu tidak! Yang mati tentu masih banyak, sama banyak, atau bahkan lebih banyak! Kalau bukan Valezar, rakyat Nankara yang mati! Mana mungkin perang tanpa korban!"

Varthan tercenung, sebelum akhirnya berkata,"Tidak pernah akan ada pemenang dalam perang, Kaal. Yang mati tidak akan bisa bangkit lagi. Aku menolak tawaranmu. Biarlah sejarah tetap seperti yang telah terjadi. Mengulang perang, tak peduli siapa yang akan menang sekali ini, adalah sama dengan mengulang kehancuran," Varthan menjawab lirih.

"Kau lembek, Varthan!" kekehan Kaal mengejek.

"Kau tahu apa mauku?" Varthan tidak memedulikan ejekan Kaal, melangkah mendekat ke Khor yang kini berkelojotan di atas lantai bangsal seperti hewan buas yang terkena panah pemburu dan hampir mati.

"Apa?" bentak Kaal tak sabaran.

Varthan menghela napas, dan akhirnya memutar xandkarade-nya, dan senjata keramat itu kini hanya ia genggam, tidak ia bidikkan ke Khor lagi. Ia berbalik, menatap Kaal tajam. "Aku tidak berniat menghancurkan Khor, aku tahu itu akan mengakibatkan keguncangan tahta dunia bawah dan itu tidak akan berakibat baik bagi dunia manusia. Aku juga bersumpah aku tidak akan mencoba membahayakan tahtamu di langit, atau mencoba mendapatkan keuntungan apapun darimu kelak dengan membocorkan rahasia kalau kau adalah ayah kandungku. Tapi ada dua permintaanku: Satu, Alina dan aku harus kembali ke dunia manusia. Dan dua, Dir harus kembali ke istana langit, kembali sebagai dewa pembawa pesanmu, ajudanmu ... dan ... xandkarade-ku, setelah aku gunakan untuk menyembuhkan Alina, akan kuserahkan pada Dir. Senjata sekuat itu butuh pengendali yang masih memiliki setitik hati nurani, yang masih bisa merasa bersalah ..." Varthan perlahan menyelipkan tangannya ke balik jubahnya, meremas bungkusan kain pemberian Dir padanya. "Dir akan berada di sisi tahtamu seperti dulu, ia akan mengawasimu, ia akan menjadi semacam mataku di istana langit."

SANG PEMANAH MATAHARI [SUDAH TERBIT CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang