Joshua menatap nanar pintu berwarna putih di seberangnya. Walau terkesan buru-buru, dia enggan menarik kenop pintu, apalagi mencapai sesuatu berharga di balik sana dan nantinya mengantarkan kepada masa depan yang cerah.
Selangkah menuju kehidupan baru.
Selangkah pula dia menapaki jenjang yang disebut orang-orang sebagai masa peralihan remaja menuju dewasa.
Kalbu segera berbisik, membuat kedua tungkai melangkah ke arah pintu, lalu menarik kenopnya hingga Joshua meresapi sensasi ketika hendak melewatinya.
Kedua sudut bibir lekas terangkat tinggi, menampakkan jejeran gigi putihnya begitu merotasi ke sekeliling ruangan dengan langit-langit plafon yang menjulang ke atas.
Ruangan itu melebar dari ujung ke ujung sehingga dapat menampung seluruh kalangan di dalamnya.
Sesaat, Joshua terkesima melihat orang-orang itu berlalu lalang dengan gerakan yang cukup cepat seolah mereka semua tidak ingin melewatkan atau meninggalkan sesuatu sedikitpun dari pekerjaan mereka.
Jarang kali, Joshua melihat orang-orang sibuk seperti itu secara langsung.
Ada beberapa dari mereka, wanita hingga pria mengenakan pakaian jas yang sangat rapi, berjalan sambil menenteng masing-masing koper kotak kecoklatan.
Uniknya ada pula sebagian dari mereka yang mengenakan celemek sambil membawa nampan lalu berjalan menyusuri di antara orang-orang tersebut.
Tidak hanya itu, bahkan Joshua juga melihat dua sampai lima orang berjas putih panjang yang dikalungi stetoskop berjalan berlawanan arah darinya. Disusuli dua orang berbaju hijau di belakang.
Kedua tungkai semakin membawanya ke dalam.
Joshua langsung menyadari bahwa ruangan besar dan luas yang penampakannya menyerupai bandara ini, ternyata diisi oleh orang-orang dari berbagai lintas profesi. Berbagai bentuk dan model pakaian yang mereka kenakan, semuanya Joshua kenali.
Yang paling mencolok di matanya adalah sekelompok orang berhelm kuning dan mengenakan rompi hijau terang berjalan mendahului langkahnya.
Dia bergumam-gumam takjub.
Lalu dia bertanya-tanya sebenarnya tempat apa yang dia datangi ini?
***
***
Ketika Joshua asik menelisik interior ruangan dan orang-orang berada di dalamnya.
Dari arah belakang, ada seseorang yang berlarian seperti tengah mengejar sesuatu hingga tak sengaja menyenggol lengan Joshua sampai tubuh orang itu nyaris terhuyung sampai menjatuhkan setumpuk kertas di tangannya.
Orang itu langsung membungkuk untuk mengambil kertas-kertas yang berceceran di lantai.
Setelah berkata maaf, orang itu lantas berlari meninggalkannya jauh di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Joshua (End)
General FictionDi saat orang-orang di luar sana sudah bisa menentukan tujuan hidup dan kemana arah untuk pergi, berbeda cerita dengan pemuda yang satu ini. Joshua cenderung labil, tidak tahu harus kemana dia membawa harapan dan impian yang digantungkan sejak keci...