Bab 27 - Kedatangan Tamu Penganggur

66 21 0
                                    

"Joshua? Kamu nggak jadi nginap di rumah ayahmu?"

Joshua menggeleng lesu begitu disambut heran Budiman yang berdiri tepat di ambang pintu rumah.

Wajah pemuda itu muram bagai tak diberi asupan hingga punggungnya terbungkuk-bungkuk selama perjalanan.

Joshua melepas ransel kemudian melemparnya ke sofa ruang tamu diikuti dirinya yang melemparkan diri ke sofa. Menangkup wajah dengan kedua telapak tangan sambil merutuki keputusannya menjumpai sang ayah.

Budiman yang melihat itu urung pergi ke toko, lekas menghampiri ragu-ragu sambil menggaruk tengkuk. Merasa tidak enak.

Hening kian merayapi keduanya.

Budiman duduk di samping kanan Joshua dengan tidak karuan.

Tidak tahu harus berbuat apa yang bisa meringankan suasana hati pemuda tersebut. Hingga dia mencoba memecah kesunyian.

"Joshua, tadi temanmu ... Siapa namanya ...."

Budiman menjeda sejenak, berpikir keras, lalu meneruskan.

"Hendra, datang kemari buat ketemu kamu katanya."

Joshua mengernyit, menoleh ke arah Budiman penuh tanda tanya.

Ada gerangan apa yang membuat Hendra jauh-jauh datang dari Kedai Sejahtera untuk menemuinya?

Setelah apa yang menimpa Joshua di sana, dia pikir bahwa urusannya dengan mereka sudah selesai. Tak ada lagi bayang-bayang pekerjaan, rekan kerja apalagi boss pemilik kedai itu.

"Saya bilang ke dia kalau kamu pergi keluar ada urusan."

"Terus, Pak. Dia bilang apa?" tanya Joshua.

Budiman menghela napas pelan. "Hendra bilang, dia bakal balik lagi, Joshua."

Pria renta itu mengingat jelas bagaimana raut wajah Hendra yang muram usai mengetahui Joshua tidak berada di tempat.

Joshua membalas dengan ber-oh rendah. Padahal dia sudah membayangkan Henda akan menitipkan kata-kata terakhir atau mengirimkan salam kepadanya. Ternyata yang Hendra inginkan adalah bertemu empat mata.

Jujur saja, Joshua belum siap apabila menghadapi pemuda berkulit cokelat itu usai perseteruan yang terjadi di antara mereka berdua. Akan tetapi sisi lain hati Joshua berkata sebaliknya. Dia sangat ingin bertemu dan memperbaiki hubungan mereka seperti dulu.

"Permisi."

Joshua dan Budiman menoleh ke sumber suara di balik pintu yang dibiarkan terbuka.

Pria renta itu lantas bangkit dari sofa menuju ke ambang pintu, menyambut tiga orang untuk masuk.

Sedangkan pemuda tersebut ternganga begitu mengetahui bahwa ketiga orang itu adalah rekan kerjanya dulu.

Dodit Prasetya, Umar Fattih, dan Hendra Gunawan.

Budiman menuntun mereka ke sofa, ruang tamu, tempat dimana Joshua berada.

Jendela Joshua (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang