Bab 34 - Dorongan

63 21 2
                                    

     "Eomma! Sejak kapan surat ini dikirimkan?" pekik Joshua sambil mengangkat lembaran kertas itu tepat di depan wajah ibunya.

     Seo Mi yang tengah santai menonton televisi di ruang keluarga, memelotot ngeri begitu sang anak tiba-tiba datang dengan wajah berang.

     Seo Mi lantas merampas kasar kertas itu dan menoleh ke arah Joshua dengan dahi yang berlipat-lipat.

     "Berani-beraninya kamu menggeledah barang orang tuamu, Joohwa!"

     "Aku tak peduli, Eomma. Aku ingin tahu, sejak kapan surat ini dikirimkan?" tekan Joshua.

     "Kalau Appa setiap bulan selalu mengirimkan surat, kenapa Eomma diam saja? Kenapa Eomma selama ini tidak memberitahuku?"

     Seo Mi terkesiap.

     Seakan dirinya tak berdaya untuk membantah kebenaran itu.

     Terlihat kedua sorot matanya menatap televisi di depan dengan lunglai. Tak berselera untuk menonton program acara yang sedang ditayangkan.

     Joshua langsung menggoyang-goyangkan kedua bahu sang ibu.

     "Eomma! Tolong jawab pertanyaanku!"

     Seo Mi masih tak berkutik.

     Joshua kembali bertanya, "Apakah hal penting yang ingin Eomma beritahu itu ada kaitannya dengan ini?"

     Seo Mi menghela napas panjang, menatap mata sang anak lekat.

     "Iya!" sarkasnya.

     "Eomma sengaja tidak memberitahumu selama ini supaya kamu menurutiku tanpa perlu memikirkan ayahmu itu, Joohwa!"

     Joshua terlonjak yang nyaris saja membuatnya terjatuh. Dia mengambil langkah mundur, sedikit menjauh dari sang ibu.

    Seo Mi mengibaskan kertas di genggaman.

     "Lalu surat ini, dikirim beberapa hari setelah kamu menelepon."

     "Eomma muak mendengar kamu menanyakan kabarnya seakan-akan orang tuamu hanya dia seorang. Memangnya apa yang istimewa darinya, Nak?!? Eomma sudah berusaha keras mendidikmu selama ini tapi kamu malah berpaling dan lebih memilih ayahmu!"

     Akhirnya Seo Mi berhasil melepas semua kegundahan hati yang telah lama dia pendam. Urat-urat terlihat sangat jelas begitu dia mengamuk, sembari mendemontrasikan hal itu melalui gerakan tangan seperti menghunuskan sebuah pedang ke arah anaknya.

     Joshua lekas mundur beberapa langkah ke belakang, menghindari tebasan amarah itu.

     "Asal kamu tahu, Joohwa. Kenapa Eomma tidak suka kamu menjadi penulis, karena Eomma tak ingin apa yang terjadi pada ayahmu dulu terulang kembali pada dirimu."

     "Evans dulu sempat dipecat dari perusahaan lantaran dia tidak pernah beres dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dia terobsesi dengan kumpulan naskah-naskah sampah itu sampai dia menjadi pengangguran selama beberapa tahun. Sampai hati Eomma terpaksa banting tulang seorang diri untuk menghidupi kalian berdua, saat itu usiamu baru menginjak satu tahun."

     "Setelah penantian besar selama beberapa tahun, barulah bukunya berhasil terbit. Tapi itu tidak membuat hati Eomma senang. Padahal dia pernah berjanji sebelumnya untuk menafkahi istri dan anaknya dari royalti penjualan buku tersebut. Namun, sampai sekarang Eomma masih belum mendapati tanda-tanda janji itu terpenuhi."

     Mata Joshua tampak berkaca-kaca.

     "Eomma pasti berbohong kan?"

     "Tidak, Joohwa! Eomma bersumpah apa yang Eomma katakan adalah kebenaran!" elak Seo Mi beringas.

Jendela Joshua (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang