kapitulua 46

30.5K 2K 37
                                    

Jam menunjukkan pukul 12 siang, Feudo kembali ke rumah untuk makan bersama anak dan istrinya karena itu sudah menjadi kebiasaan baginya.

Di meja makan sudah ada Feudo, Zeline, dan juga Kenan, sedangkan Kenzo dan Allena mereka sedang bermain bersama Ryba.

"Emm Fe, setelah ini apa kau akan kembali ke kantor lagi?" Tanya Zeline sambil meminum jus buah naga nya dengan perlahan.

"Iya, memang nya kenapa Maitea(panggilan sayang)"

"Sudah ku bilang jangan panggil aku seperti itu, apakah kau ingin menyumpahi ku cepat mati hah" hardik Zeline dengan kesal.

"Hey,,, siapa yang ingin menyumpahimu mati itu adalah panggilan sayang untukmu dariku bodo" ucap Feudo lembut, tapi bagi Zeline itu sangat menyebalkan bukan sangat lagi tapi sangat sangat sangat sangat sangat sangat menyebalkan.

"Sudah menyumpahi orang mati mengatai orang bodoh pula" ucap Kesal Zeline sinis

"dasar ubanan" sambung Zeline lagi.

Baru saja Feudo ingin membalas perkataan istrinya tapi suara tangisan Kenzo mengurungkan niatnya dan ia pun menoleh ke sumber suara.

"MOMMY" teriak Kenzo yang 'datang dari arah Pintu bahkan Kenan sambil menutup telinganya karena tak tahan dengan suara cempreng milik sang adik.

"Sayang ada apa ha" ucap Zeline khawatir seraya menghampiri Kenzo dan menggendong anaknya itu.

"Mommy, tadi Ken main sama Allen terus Ken cari Wortel, tapi wortelnya gak ada terus kata Allen, mommy masak Wortel HUAAAA" ucap bocah itu lalu kembali menangis.

"Cup cup sayang, iya mommy memang masak wortel, sayur wortel kan kesukaan Deddy jadi mommy masak wortel" ucap Zeline, bukannya mereda tangisan Kenzo semakin kencang.

"Uuhh sayang udah ya, nanti kita Beli lagi wortel nya" bujuk Feudo sambil Mengambil alih Kenzo dari Zeline.

Zeline dibuat kebingungan dengan sikap Kenzo padahal biasanya Kenzo juga menyukai sayur wortel tapi sekarang Kenzo malah menangis saat tahu ia memasak sayur wortel.

Lalu tak berselang lama datanglah Ryba dan Allena, Ryba Nampak membawa Dua cacing Yang ukuran lumayan besar bewarna oranye di ke dua tangan nya.

Mata Feudo membulat, ia seketika Mengenali cacing itu, yang ia yakini pasti itu adalah cacing hasil penelitian dari ayahnya, dan mengapa ayahnya memberikan cacing itu kepada Kenzo lihatlah cacing itu mengeluarkan lendir-lendir dari sekujur kulitnya tapi mengapa Kenzo tidak merasa jijik, bahkan Ryba yang membawa cacing itu menggunakan sarung tangan dengan ekspresi yang sangat jijik terhadap cacing itu.

"Tuan muda saya sudah menemukan wortel si kembar, mereka sedang bermain di dalam tanah" ucap Ryba menjelaskan, sambil menunjukkan kedua cacing yang berada di tangan kiri dan kanannya.

Tangis Kenzo mulai mereda saat melihat dua cacing berukuran lumayan besar itu berada di tangan Ryba.

Sedangkan Allena, dia sudah ditarik Kenan untuk menjauh, bahkan anak itu terlihat ingin muntah saat melihat dua cacing itu.

"Benarkah bibi, mereka nakal ya, Kenapa mainnya harus di dalam tanah Kenapa tidak di dalam rumah yang sudah ken belikan untuk mereka" ucap Kenzo kesal.

"Mommy, tapi kata Allen tadi, mommy masak wortelnya Ken" ucap Kenzo sambil menoleh ke arah Zeline, lalu menunjuk ke arah dua cacing itu.

"Emmm,, sayang untuk apa mom memasak cacing itu, Daddy kalian tak akan suka, tapi kalau di coba boleh juga" ujar Zeline tanpa melihat ekspresi Feudo yang sudah berubah.

"Baiklah, Ken mau main sama Wortel dulu" ucap Kenzo, Feudo menurunkan Kenzo dari gendongannya lalu Kenzo pun pergi diikuti Ryba di belakangnya.

"Cacing apa itu?, mirip seperti wortel" ucap Zeline penasaran.

"Entahlah, tapi itu pasti salah satu hasil penelitian dari si tua itu"  ucap Feudo sinis.

"Tua bilang tua" batik Zeline sambil melirik malas ke arah suaminya itu.

"Allen ayo ikut Abang" ucap Kenan sambil menarik tangan adiknya lalu pergi dari ruang makan, nafsu makan nya telah hilang saat melihat cacing-cacing itu.

Feudo kembali ke meja makan ia pun duduk, saat ingin melanjutkan makannya ia menatap wortel yang ada di piringnya, seketika itu ia pun teringat dengan cacing yang dibawa Ryba, detik itu juga nafsunya menghilang.

"Uhh dasar" kesal Feudo.

"Ini semua karena tua bangka itu" sambung nya.

"Apa kau ingin menjadi anak durhaka"ucap Zeline sinis karena kurang suka dengan ucapan Feudo terhadap orang tuanya, seolah Zeline lupa dengan sikap anak nya kenapa Papa nya, Arles dan ke dua saudaranya.

"Maaf Maitea-"

"sekali lagi kau memanggilku seperti itu malam ini aku tak akan tidur bersamamu" ancam Zeline sukses membuat Feudo terdiam.

"Huh Kenapa jadi begini, mengapa pula peliharaan menjijikan itu harus diberi nama wortel Kenapa tidak diberi Kacang saja, aku tidak suka Kacang" batik Feudo kesal.

...

Sementara di sisi lain seorang pria Tenga menatap Ke arah layar di mana di sana terdapat foto sepasang suami istri yang diambil secara diam-diam.

"Once, masuk lah ke dalam rumah itu dan jadi lah salah satu pelayan di sana"

"Baik tuan" seorang yang bernama Once tersebut.

.....

MY GREAT MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang