08. Cellin

57.6K 5.3K 27
                                    

Akhir-akhir ini cuaca begitu dingin. Hujan selalu mengguyur hingga membuat beberapa kawasan banjir.

Alixa menghirup udara dalam-dalam, aroma tanah yang basah dan dedaunan begitu terasa menyejukkan dalam rongga dada. Sesekali kedua tangannya yang memeluk dirinya sendiri mengusap kedua lengannya.

"Horor banget nih sekolah. Mana gue kepagian lagi." Monolognya menatap sekitar. "Ini semua gegara iblis sialan itu!"

Kaki jenjang Alixa menaiki tangga dengan pelan. Samar, dia mendengar percakapan di atas sana.

Alixa semakin memperlambat langkahnya, tubuhnya spontan berhenti saat melihat pemandangan di atas sana.

Cukup lama Alixa mematung, hingga gadis itu menyadari keberadaanya.

Cellin,

Gadis manis itu sempat menampilkan ekspresi terkejut lalu melepaskan pelukan pemuda di depannya.

Cellin buru-buru menuruni tangga, berdiri di hadapan Alixa dengan gugup. "Pa-- pagi, Alixa." Sapanya riang dengan mata yang menyipit.

"Iya, pagi."

"Lo... udah lama disini?"

"Nggak. Baru aja kok." Balas Alixa, melirik ke atas yang sudah tidak ada seorang pun.

"Oh.... untuk kejadian barusan... gue gak ngapa-ngapain kok serius. Lo jangan berpikir aneh-aneh, yah."

Penjelasan Cellin membuat Alixa terkekeh, "Apa? Santai aja, lagian gue juga gatau dia siapa dan apa yang kalian omongin kok." Alixa mengetuk telingannya yang tersumpal headphone berwarna putih.

Cellin langsung menghela lega.

"Gue mau ke kelas, Cellin."

"Oh. Silahkan, hati-hati, ya..." Cellin pun memberi Alixa jalan, Alixa pun kembali menaiki tangga setelah mengangguk dua kali.

***

Saat ini Alixa sedang menopang dagunya dengan telapak tangannya. Matanya menatap sosok antagonist girl yang baru saja datang setelah bel masuk berbunyi lima menit lalu gadis itu menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan.

Alixa baru tau... kalau Becca sekelas dengannya. Tidak seperti kebanyakan murid nakal yang akan memilih duduk di pojok belakang, Becca nampak duduk sendirian di bangku paling depan dekat pintu.

Rebecca....

Sebenarnya gadis itu gadis yang sempurna, hanya saja tekanan dari papa nya membuat gadis itu berambisi menjadi nomer satu.

Kasihan, entah mengapa sering kali menjadi anak orang berada membuat kita harus berada di posisi nomer satu dan paling terdepan.

Termasuk dirinya dikehidupan dulu.

Mengingat itu membuat mood Alixa memburuk. Sebelah tangannya menyentuh dadanya, sesak dan rasa sakit itu masih membekas. Dimana tubuhnya di tusuk berkali-kali hingga meninggal.

Saat dirinya mengalami hal yang sangat menyakitkan itu, papa nya malah bahagia dengan perniakahan keduanya dengan pelacur itu. Melupakan dirinya yang menghilang setelah pria itu mengucapkan janji suci.

"Lo nangis?"

"Hm?" Alixa terkejut, meraba matanya yang ternyata basah! "Astaga!" Alixa dengan cepat mengusap kedua matanya agar air hangat itu menghilang.

"Kesambet?" Tanya Jevas datar.

"Apasih? Gak jelas!" Kesal Alixa, memandang pemuda itu dengan mata menyipit.

Jevas berdecak, melemparian sebuah kotak makan berwarna pink dengan cukup kasar. "Dasar ngerepotin, cih!" Setelah mengejek seperti itu, Jevas langsung melengos pergi dengan kedua tangan yang berada di kedua saku celana. Wajahnya datar dan dingin, dengan dagu yang terangkat tinggi.

TUNANGAN ANTAGONIST [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang