32. Lips

48.1K 5.2K 936
                                    

Setelah menelan beberapa butir obat dan meminum air putih hangat, pemuda dengan tubuh yang semakin kurus itu menyandarkan tubuhnya disofa coklat yang sangat empuk.

Matanya terpejam dengan napas yah teratur. Dia tidak tidur, hanya menutup mata dan menenangkan diri.

Tap tap tap

Terdengar langkah kaki mendekat, tapi Jio masih tetap memilih menutup matanya. Hingga sebuah benturan badan dan pelukan cukup erat mampu membuat matanya terbuka dengan sayu.

"Kak?" Gumamnya bingung. Melihat Alixa yang sedang memeluknya erat dengan tubuh yang sangat dingin. "Kenapa?"

Alixa menggeleng saat Jio ingin melepaskan pelukannya, "Gapapa, gue cuma mau peluk." Jawabannya terdengar samar karena muka Alixa yang terbenam didada Jio.

Tak lama seseorang duduk di sebrang sofa, Jio menoleh dan sontak terkejut melihat penampilan Jevas yang sangat berantakan. "Rambut lo kenapa?" Jio menahan tawanya melihat rambut Jevas seperti habis diserang badai dan wajahnya yang seram sedang kesal.

Jevas menendang meja pelan, "Dijambak kucing garong." Ketusnya sambil menatap Alixa yang masih memeluk Jio, lebih tepatnya mencari perlindungan Jio agar Jevas tak balas dendam.

Jio mengangguk paham, tangannya menepuk-nepuk pelan punggung Alixa.

Saat mata Alixa akan terpejam dia tiba-tiba teringat sesuatu, dia melepaskan pelukannya dan menatap Jevas dengan raut kesal. "Ikan gue mana? Sama makanan gue?"

Jevas balas menatap malas, tubuhnya semakin merosot mencari kenyamanan. Tak menjawab pertanyaan Alixa.

"Dimana?"

"Gatau."

"Jevas!"

"Cari aja di tempat sampah."

Kedua tangan Alixa terkepal, matanya bergetar marah.

Serius? Setelah perjuangannya... dan kini semua apa yang akan dia dapatkan dibuang ke tempat sampah?

Jevas terkekeh, tertarik dengan apa yang akan Alixa lalukan. Menangis? Marah? Atau....

"BANGSAT!" Teriak Jevas saat Alixa tiba-tiba melompat keatas tubuhnya, memukuli dan menjambaki rambutnya kuat untuk kedua kalinya.

"Berhenti! Gue bilang berhenti bego, sakit!" Teriak Jevas meronta-ronta. Tapi tubuh Alixa sangat sulit untuk disingkirkan. Tubuhnya sangat berat seperti babon sapi!

"GAK MAU! KENAPA SIH LO JADI SETAN TUH NYEBELIN BANGET HAH?! KENAPA LO SUKA BANGET BIKIN GUE MARAH?!" Teriak Alixa dengan gerakan semakin brutal, bahkan kini tangannya aktif mencakar wajah tampan Jevas.

"Wajah gue?!" Teriak Jevas kencang, wajahnya adalah asset berharga! Dengan sekuat tenaga dia mencekal tubuh Alixa lalu membalik keadaan dengan sekali gerakan.

Kini, Alixa dibawah dengan Jevas diatasnya. Napas keduanya memburu dengan jantung yang berdegup kencang.

"Lo!" Alixa mengantung kata-katanya, tenggorokannya kering dan gersang. Menelan ludah pun terasa sulit, apalagi dalam situasi seperti ini.

"Apa? Masih mau siksa gue?" Geram Jevas dengan suara serak. Matanya menajam dengan rahang mengeras.

Alixa tak membalas, dia dengan berani membalas tatapan mata Jevas. Alixa berkedip, matanya sedikit membola melihat goresan luka cakar di wajah Jevas, cukup banyak.

Kedua telapak tangan Alixa yang bebas sontak langsung menangkup kedua rahang keras Jevas. Menelisik luka-luka akibat perbuatannya, bahkan... sampai berdarah.

"Wajah lo.." gumamnya,

Jevas mendengus, semakin memajukan wajahnya. "Lihat! Lihat ulah bar-bar lo ini. Kalau sampai gue gak bisa cegah lo, gimana nasip wajah gue, hm?" Ujarnya dengan suara rendah.

TUNANGAN ANTAGONIST [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang