35. Figuran

35.2K 3.6K 313
                                    

Part 34 kerasa ga, amarahnya Jevas. Kasian Alixa punya tunangan kaya Jevas. Tp kira2 Jevas sayang ga sih sama Alixa?

Happy 900k ❤️‍🔥
.
.
.

Peran senja sudah tergantikan oleh rembulan. Dari atas sana, lantai dua puluh nampak terlihat gemerlap lampu kota yang cantik.

Seorang pemuda berwajah rupawan dengan badan yang tinggi sedang berdiri bersedekap dada. Wajahnya terlihat datar dengan sorot mata dingin, menatap kosong pemandangan dari atas sana.

Jevas,

Pemuda itu memakai kemeja hitam dengan celana panjang hitam. Rambutnya yang biasanya berantakan kini terlihat rapi. Pemuda itu terlihat tenang namun percayalah jika dia begitu mematikan.

Meskipun tatapannya kosong, siapa sangka jika otaknya sedang ribut didalam sana.

Dia marah, marah karena tidak bisa menghilangkan bayangan Alixa saat menangis dan mengaku ketakutan dengan luapan amarahnya tadi.

Tadi, Jevas menyeret Alixa menuju apartemennya. Mengunci gadis itu didalam salah satu kamar disana. Karena tidak kedap suara, Jevas yang sedang berdiri tidak jauh dari kamar dimana Alixa dikurung, jelas mendengar isak tangis dan jeritan gadis itu.

Jevas benci mendengar dan melihat seorang perempuan menangis. Ada kejadian berat yang membuatnya memiliki trauma seperti itu.

(Akan diungkap lengkap saat cerita ini terbit, ✌︎ )

Dan, karena mendengar tangisan dan jeritan Alixa membuat perasaan Jevas resah dan kacau. Selalu seperti itu.

Tapi, ada satu hal yang membuat Jevas kebingungan. Sejak kapan dia memikirkan perasaannya? Dan sejak kapan dia mulai merasa jika Alixa akhir-akhir ini lebih sering menangis akibat perlakuannya?

Bukankah tunangannya itu sangat dingin dan hampir tidak pernah menangis selama ini? Bahkan, saat Jevas mebentaknya dan melukai tangan Alixa hingga patah, gadis itu tak menangis, hanya saja aura dinginnya semakin terasa. Tapi, tentu saja Jevas tak memperdulikan hal seperti itu.

Jevas dan kekuasannya membuatnya sangat percaya diri jika Alixa dan mereka yang berada dibawahnya akan tunduk dibawah kakinya.

Lalu... Apakah perbuatannya sudah terlalu jauh dalam menyakiti fisik dan hati gadis itu, sehingga gadis itu menjadi lebih sering menangis?

Jevas pintar dalam urusan bertarung, basket, dan kimia, tapi dia sangat goblok dalam masalah percintaan seperti ini.

Lamunan Jevas buyar saat mendengar suara deheman. Pemuda itu menoleh dan menegakkan tubuhnya. Menatap datar lima pegawai salon kota ternama yang dia suruh datang ke apartemennya untuk mendandani Alixa sebelum bertemu keluarganya.

"Permisi tu-- tuan.. pekerjaan kita sudah selesai. No--na..  sudah siap untuk pergi." Ucapnya terbata sambil menunduk dalam.

Jevas berdehem, "Kalian boleh pergi. Bayarannya sudah saya transfer." Setelah mendengar itu, mereka pamit pergi dari apartemen dengan perasaan lega.

Jevas menyugar rambut tebalnya kebelakang dengan jemarinya yang besar. Kaki panjangnya yang terbalut sepatu mahal melangkah menuju kamar dimana Alixa dia kurung disana.

Saat Jevas masuk, bisa dia lihat punggung Alixa yang sedang memunggunginya. Duduk di bibir kasur.

"Keluarlah, kita berangkat."

Tidak ada sahutan,

Jevas menarik napasnya sabar, dia menekan ego dan emosinya untuk saat ini. Jangan sampai malam ini menjadi kacau atau nyawanya akan terancam.

Dengan tegas Jevas berjalan mendekat dan berdiri menjulang didepan Alixa. Matanya menatap tajam Alixa yang menunduk dengan bahu merosot.

"Lo tuli?" Tanyanya dengan suara rendah dan berat. "Jangan merusak malam ini atau lo tau akibatnya."

Alixa masih menunduk,

"Alixa?!"

Dengan perlahan gadis itu mendongak, wajahnya sangat cantik dan anggun. Tapi sorot matanya jelas kosong. "Ya?"

"Jangan membuat gue marah!" Ancamnya, Jevas merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah cincin berlian yang sangat cantik. "Pakai sekarang juga lalu kita berangkat! Lo tau kan skenarionya seperti apa?"

Alixa menatap cincin yang Jevas sodorkan, cincin itu sangat cantik dan pastinya sangat mahal. Meskipun terpukau, Alixa enggan memakainya karena itu cincin yang menjadi bukti jika dirinya dan si antagonis Jevas terikat dalam sebuah hubungan.

Geram karena Alixa tak kunjung menerima cincinya, dengan kasar Jevas mengambil jemari Alixa lalu memasangkan cincin itu. Setelahnya, Jevas menarik gadis itu agar berdiri dan menyeretnya agar mengikuti langkahnya.

Alixa capek, dia tidak mau bersuara karena tenggorokannya terasa sakit habis berteriak memaki dan menyumpahi Jevas tadi.

Jadi.. untuk saat ini dia akan berperan menjadi Alixa, boneka Jevas. Dimana dia akan berperan sebagai tunangan yang merasa beruntung mendapat tumangan seperti Jevas. Berakting jika dirinya baik-baiknya dan dirinya bahagia dengan semua ini.

Karena tadi sewaktu wajahnya di makeup, sekelibat memory bagaimana perlakuan keluarga Jevas kepadanya membuat Alixa langsung mengerti apa perannya disini.

Peran dia disini hanya sebagai... figuran. Sekeras-kerasnya dia merubah alur, nyatanya semua tergantung oleh penulis. Tentang takdir dan semuanya, penulis lah yang paling berkuasa mengatur semua alur.

Menyakitkan, sungguh.

Menyakitkan, sungguh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TUNANGAN ANTAGONIST [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang