46

41.6K 2.6K 345
                                    

"Lo yakin?" Pertanyaan Alixa dan reaksi Jevas yang diam membuat suasana malam itu semakin dingin.

Alixa tentu saja terkekeh sinis, kedua tangannya terlipat didepan dada. Dengan kepala yang mendongak, menatap datar beberapa bintang yang menghiasi langit malam. "Lo aja gak yakin untuk kedepannya, gimana lo bisa melanjutkan tunangan ini, Jev? Lo egois."

Jevas yang mempunyai ego setinggi langit tentu saja tak terima. Pemuda itu menatap tajam Alixa seakan siap menerkam. "Jangan sok tau!"

Alixa menoleh, tak kalah menatap Jevas dengan tajam. "Apa? Apa yang gue gak tau, huh?" Alixa menantang, pandangannya semakin menusuk dan hal itu cukup mampu membuat Jevas terganggu. "Hubungan ini palsu! Dan lo engga cinta sama Alixa! Lo cintanya sama Cellin! Hubungan ini pun terjalin karena hubungan bisnis!"

Jevas terdiam, itu semua benar.

"Disini lo jangan sok merasa jadi korban." Alixa tertawa sumbang, "Karena.... yang menjadi korban keegoisaan kalian semua itu, Alixa! Alixa itu manusia bukan boneka."

Alixa mendorong dada Jevas dengan telunjuknya sebanyak dua kali. "Dan lo.... adalah manusia paling mengerikan! Lo hancurin hati Alixa, lo permainin hidupnya, dan lo lukai fisik serta mentalnya. Lo tau, Jev? Lo adalah manusia paling mengerikan dan menjijikkan yang pernah gue temui!"

"ALIXA!"

"APA?"

"Jaga ucapan lo!" Jevas menggeram marah, masih berusaha menahan diri untuk tidak membunuh gadis ini saat ini juga. Karena kedua keluarga sedang berada tak jauh dari mereka.

Jadi Jevas harus lebih ekstra untuk menahan diri.

"Gue capek dan gue benci semua ini! Tolong lepasin gue karena gue gak mau hidup sama manusia kayak lo! Tolong lepasin gue, Jev! Karena gue tahu gue gak bakal bahagia dan tenang dalam hubungan ini." Mata Alixa memerah, satu bulan lagi bukan waktu yang lama.

Dan dia akan menikah dengan Jevas. Dangan antagonis.

Alixa tidak bisa...

"Lebih baik lo mengejar Cellin daripada lo nikah sama gue, Jev. Yang ada kalau kita menikah, kita akan saling menyakiti setiap hari. Kita gak bisa bersatu."

"Gue gak bisa."

"Kenapa? Kenapa lo gak bisa?!"

Jevas mengacak-acak rambutnya frustasi. Pemuda itu membasahi bibirnya yang terasa kering.

Melihat Jevas yang tak kunjung menjawab membuat Alixa berang. "Kenapa lo gak bisa batalin pernikahan ini, Rejavas?!!!"

"Karena gue gak bisa ngelawan nyokap! Gue gak boleh bikin nyokap gue gila lagi karena kehilangan lo!"

"Kehilangan gue gak bakal bikin nyokap lo gila. Nyokap lo pasti akan suka dengan sosok Cellin daripada gue."

"Lo gak tau, Alixa... lo gak tau!"

"Apa yang gak gue tahu!"

Jevas enggan menatap mata Alixa, membuat Alixa geram.

Alixa menarik bahu Jevas hingga keduanya bersitatap. "Jawab, apa yang engga gue tahu!"

Jevas tampak gusar dalam duduknya, dan pemuda itu tak berhasil menyembunyikan keresahannya.

"Kalau lo gak jawab, maka gue bakal batali--"

"Karena lo sangat mirip dengan Deluna! Puas lo!" Tekan Jevas menjawab, dadanya naik turun karena bergemuruh.

"Deluna?" Gumamnya merasa tak asing, "Siapa Deluna?"

Jevas menghempaskan tangan Alixa dari bahunya, "Almarhum adik gue. Lo tahu? Entah Tuhan sedang bercanda atau apalah itu, lo dan Deluna itu bagai kembar identik."

Alixa masih diam mencerna,

"Deluna adalah anak kesayangan nyokap, tapi sayang dia meninggal karena leukimia. Nyokap gue stress, frustasi, sakit, dan gila sampai sempat dirawat di rsj bahkan hampir mati karena ingin ikut Deluna. Semuanya kacau, hingga nyokap yang sedang kabur ketemu lo waktu itu. Lo lupa?"

Alixa masih membisu, jujur saja ini fakta yang mengejutkan. Dan tak ada memory tentang ini semua.

Jevas terkekeh sinis, "Dan karena muka lo yang sangat mirip dengan, Deluna... nyokap menganggap lo Deluna. Gue dan papa berhasil membujuk nyokap untuk berobat agar bisa bertemu sama lo dan pada akhirnya lo menjadi tunangan gue."

"Lo tau, Alixa... lo itu gak tau semuanya. Lo gak tau perasaan gue yang hancur karena Tuhan yang mengambil adik gue, mama gue yang gila dan hampir mati, dan kejamnya bokap gue. Lo gak tau rasanya jadi gue, Lix.. jadi tolong jangan egois. Disini bukan lo doang yang tersiksa tapi gue juga."

"Jadi, gue gak akan biarin lo rusak semua ini. Jadi, biarin gue egosis untuk sekali lagi."

Setelah mengatakan itu, Jevas pergi dari sana. Meninggalkan Alixa yang terdiam dengan beribu pertanyaan di otak.

Alixa ingin berteriak kencang, menyumpahi takdirnya yang buruk. Tetapi itu hal mustahil. Dan pada akhirnya, gadis itu lebih memilih untuk menutup wajahnya dengan telapak tangan dan terisak dalam dingginnya malam.

"Lebih baik gue mati!"

--

Main tebak-tebakan,

TUNANGAN ANTAGONIST [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang