Hari ini, Alixa kembali bersekolah. Dia sudah memakai seragam dengan rapi yang dibalut oleh sweater coklat.
Rambutnya yang mulai panjang dan dikuncir kuda terlihat bergoyang saat gadis itu melangkah. Meskipun wajahnya datar dan dingin, Alixa tampak begitu cantik.
"Darimana aja lo absen dua hari?"
Alixa mendongak, menatap Will yang berdiri didepannya dengan wajah penasaran.
"Kepo!" Acuh Alixa, bersandar pada bangkunya dengan kedua tangan yang terlipat didada.
"Dih! Sok, ditanya juga." Will merasa jengkel dengan gadis itu.
Alixa tak menggubris, kepalanya menoleh melihat Theo yang baru saja datang dengan tangan kanannya yang di gips. "Theo kenapa?"
"Kepo!" Sinis Will membalikkan ucapan Alixa tadi.
Alixa menatapnya sebal, kemudian lebih memilih menghampiri Theo karena penasaran. "Tangan lo kenapa? Kena karma ya?"
Mendapat pertanyaan mengejek seperti itu membuat wajah Theo semakin masam dengan bibir maju lima centi.
"Dia kecelakaan sepulang sekolah setelah jahilin lo, ya... mungkin itu karmanya dia. Ahahhaa!" Sahut Will yang kini duduk di sebelah Theo, sambil mengunyah permen karet.
"Rasain! Makannya jangan jahil, untung cuma patah gak putus tuh tangan." Nasehat Alixa santai dengan wajah menyebalkan.
"Alixa!!" Teriak Theo kesal, "Enyah sana lo, kesel gue sama lo." Theo membuang muka. Merasa malu karena habis menjahili Alixa dia langsung kena karma seperti ini.
Alixa terkekeh ringan, "Utututu ngambek nih ceritanya si babi?"
"Ututututututu~"
"Pergi sana!"
"Gamau! Gue mau remes tangan lo dulu, sini!"
Tangan Theo yang sehat mendorong tangan Alixa yang terulur ingin meremas tangan sakitnya. Matanya sudah melotot tajam, "Jangan ngadi-ngadi! Kalau udah sehat gue bales, liat aja!"
"Dih, baperan! Dasar." Umpat Alixa kemudian pergi menuju bangkunya.
"Apa lo!" Delik Theo saat Will terus menatapnya.
"Sensi banget sih lo, pms?"
"Y!"
"Sinting."
"Y!"
"Oh, bencong!"
"Matamu!"
--
Menarik napas, tahan, hembuskan...
Alixa keluar dari kelas dengan kedua tangan yang membawa duapuluh lima buku cukup tebal milik anak-anak kelasnya.
Sebenarnya Alixa bukan orang yang dengan senang hati dan tangan terbuka menolong orang lain. Tapi karena guru matematikanya yang dengan randomnya menyuruhnya membawa tumpukan buku tersebut menuju ruangan guru yang cukup jauh, jadilah gadis itu kini sedang berjalan dengan wajah datar yang masam, berat anying!
Mana ketua kelas pake acara gak masuk! Kan dia jadi kena getahnya, teman-teman kelasnya juga tidak ada inisatif untuk membantu, dan dia terlalu gengsi untuk meminta bantuan.
"Shit! Ruangnya dimana sih, perasaan gak nyampe-nyampe gue? Berasa tawaf!" Dumelnya sambil celingukan. Karena tumpukan buku yang tinggi membuatnya hampir tak bisa melihat arah depan.
"MINGGIR BEGO!" Bentak Alixa karena tubuhnya hampir saja terjungkal, "Kalau mau kejar-kejaran sana dipadang arofah!" Hardiknya, kemudian langsung melengos pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUNANGAN ANTAGONIST [ TERBIT ]
Fantasy17+ Banyak adegan kasar dan absurd. Bijaklah dalam membaca. -- Alexa tak akan pernah menyangka jika dia masuk kedalam novel itu. Apalagi perannya disini adalah sebagai tunangan sang Antagonist gila, Rejavas! Pemuda kejam, berengsek, dan paling sinti...