Pagi ini Alixa berangkat bersama Jio. Adik satu-satunya ini nampak keren saat mengendarai motor trail berwarna hijau. Gagah dan mempesona.
Alixa turun dari motor tinggi itu saat sampai di parkiran sekolah. Ya, mereka satu sekolah dan baru pertama kali ini lah keduanya nampak berangkat bersama. Bahkan tak ada yang tahu jika keduanya adalah saudara kandung.
"Bekalnya tadi jangan lupa di makan. Jangan bolos. Jangan kebanyakan ngerokok. Ja--"
Jio yang kesal segera mencubit bibir Alixa, "Iya, bawel! Pergi sana."
"Heh! Gak sopan lo." Amuknya sambil mengusap bibir nya pelan. "Bau dosa banget tangan lo."
"Lix." Tegur Jio melotot karena gadis itu tak kunjung pergi. Dia risih karena banyak pasang mata yang kini memperhatikan mereka secara terang-terangan.
"Lix lix, kakak! Durhaka lo, jadi soang nanti mampus lo. Awas aja bolos." Ancamnya tegas kemudian pergi dari sana dengan dagu yang terangkat tinggi.
Jio hanya bisa menghela pelan, mengelus dadanya yang sedikit sesak. Padahal obatnya sudah dia minum sebelum berangkat tadi.
🦖
Sebelum masuk ke kelas, Alixa berniat menuju kantin. Dia tiba-tiba ingin minum susu rasa jeruk. Melirik jam tangan, ternyata masih ada lima belas menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.
Alixa lantas melangkah santai menuju kantin.
Tangan putih itu mengambil satu kotak susu dan biskuit coklat. Setelah membayar Alixa pun lantas langsung berbalik dan saat hendak melangkah, tubuhnya langsung termundur karena menabrak sesuatu.
"Eh? Sstt!" Ringisnya, mengusap kening dan hidungnya yang nyeri. Gadis itu mendongak, melotot saat melihat seragam siswa didepannya basah. "Ma-- maaf... gara-gara gue, ya? Ya ampun, maaf gue teledor."
Alixa dengan cepat mengambil tisu dari dalam tas, lalu mengusap seragam yang basah itu. Berharap agar cepat kering.
Bego banget lo lix, mana masih pagi udah bikin ulah aja! Batinnya menggerutu.
Alixa menelan ludah susah payah, karena saat mendongak dia baru menyadari jika pemuda didepannya ini menatapnya dingin dan datar. Seakan ingin memakannya bulat-bulat saat ini juga.
"Sejak kapan lo mau minta maaf?" Serunya heran dengan suara serak dan raut datar yang masih bertahan.
Alixa sendiri mengerjab bingung, mereka saling kenal? Tapi... tak ada memory satupun yang dia ingat dari sosok pemuda jakung di depannya ini.
Wajahnya tampan dan nampak familiar, sih, tapi sayangnya Alixa tak ingat.
Pemuda itu mendengus melihat Alixa yang malah melamun. Kakinya melangkah mundur, "Masih sama, ceroboh." Setelah mengatakan itu, ia berbalik pergi meninggalkan Alixa yang mematung.
"Dia siapa?"
"Bisa minggir?" Teguran sinis itu membuat Alixa menoleh. Melotot melihat Becca yang berdiri didekatnya dan memandangnya datar.
"Jalan masih luas asal lo tau." Balas Alixa bergumam malas, dan tanpa menunggu jawaban Becca, Alixa melangkah pergi.
Becca melotot mendengar balasan Alixa yang cuek, gadis cantik itu berdecih sinis lalu berjalan pergi untuk menemui pujaan hatinya.
🦖
Jam pelajaran kelima adalah ohlaraga, dengan sedikit malas Alixa berjalan menuju lapangan bersama murid perempuan kelasnya.
Matahari tampak bersinar dengan sombongnya menyinari bumi hari ini.
"Belum juga ohlaraga, udah mandi keringat aja gue." Monolognya sambil mengusap dahinya yang berkeringat. Dengan sesekali telapaknya yang kini berganti fungsi menjadi kipas tangan.
Melihat ada pohon rindang yang tak jauh dari lapangan, Alixa buru-buru berlari kecil arah sana.
Gadis dengan rambut dikuncir satu itu langsung menghembuskan napas lega saat tubuhnya berasa sedikit sejuk. Lebih nikmat lagi saat ia menyandarkan tubuhnya pada batang pohon.
Mata bulatnya menatap teman-temannya yang memilih duduk di tribun lapangan outdor. Alixa malas saja bergabung, selain akan merasa sumpek, dia juga tak punya teman!
"Woi! Alixa! Sini buruan, pak Jar nyuruh baris nih." Teriak ketua kelasnya dari tengah lapangan. Matanya yang sudah sipit semakin tak terlihat karena menyipit, efek sinar matahari diatas kepala mereka.
Alixa mendengus keras, dengan gontai gadis itu berjalan menuju barisannya.
Setelah berbaris rapi, semuanya mulai pemanasan walaupun kentara sekali jika tak ikhlas dan tak niat melakukan pemanasan karena siang ini sudah panas woiiiii.
Tak berselang lama ada segerombolan murid yang datang. Mata Alixa melirik sekilas, dari yang dia dengar ternyata kelasnya akan digabung dengan kelas sebelah.
"Hadeh, makin sumpek."
"Lo bilang apa?" Tanya suara tengil yang tiba-tiba terdengar ditelinganya.
Spontan Alixa menoleh dan langsung terlonjak kaget melihat wajah yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya.
"Sialan!" Alixa menatapnya tajam, setelah menampar pipi pemuda itu cukup keras. "Jauh-jauh lo bau jigong kingkong!"
Ganteng sih. Tapi masih gantengan Elgara tuh.
Wajah Pemuda itu langsung berubah masam. Kedua tangan kurusnya berkacak pinggang, menatap songong Alixa. "He, sekata-kata lo ngatain gue. Gue tuh bau syurga, ya! Emang ga ada akhlak lo, Lix, sama gue."
Alixa merotasikan matanya, "Najis. Sksd. Siapa lo, kok tau nama gue? Wah... daebak!" Alixa bertepuk tangan heboh, "Fiks, lo pasti fans gue. Ngaku lo!"
Pemuda itu menganga lebar, tangannya menggeplak jemari Alixa yang mengacung di depan hidung mancungnya. "Fans mbah mu." Decihnya dengan mata memicing, "Apa kabar lo? Tumben mau ngobrol sama gue. Dimana sifat tembok dan kulkas lo itu? Cih, suka sengsi gue inget kelakuan lo yang jahat kek kuyang selama ini."
Alixa mengabaikan olokan itu, dan tanpa sadar menggigit ibu jarinya, "Serius, lo kenal gue? Kok gue gak inget ya. Nama lo siapa?"
Pemuda itu menggeleng dramatis, "Mentang-mentang udah gak sama big bos lo lupain gue, Lix? Asli sih gue kecewa sangat sama lo. Atit hati abang dek." Dengan dramatis pemuda berambut cepak itu menyentuh dada kirinya dengan ekspresi yang dibuat semenyakitkan mungkin.
"Alay lo. Nama lo siapa si? Pasti Pariman, kan? Atau Purw--"
"Bian. Alvarez Biandratama. Cowok paling kaya dan tampan di sekolah ini." Selat nya cepat memperkenalkan diri, dengan adegan akhir, menyisir rambut cepaknya kebelakang dan senyum dibibir yang melebar.
"Oke, Bian."
Belum sempat Bian mengeluarkan suaranya, teriakan pak Jar di depan membuat keduanya menegang dan langsung mengikuti gerakan pemanasan kembali.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata elang yang menatap dengan pandangan tak suka dan marah. Kedua tangannya terkepal erat, siap untuk menghancurkan Bian.
🦖🦖
Hayoooo! Siapa tuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
TUNANGAN ANTAGONIST [ TERBIT ]
Fantasia17+ Banyak adegan kasar dan absurd. Bijaklah dalam membaca. -- Alexa tak akan pernah menyangka jika dia masuk kedalam novel itu. Apalagi perannya disini adalah sebagai tunangan sang Antagonist gila, Rejavas! Pemuda kejam, berengsek, dan paling sinti...