"Lo ngapain si disini?"bisik Huarin pada sosok lelaki yang tengah memperlihatkan senyum bulan sabitnya.
"Mau liat lo lah, apalagi?"
"Ck, ngapain. Kalo ketahuan bisa bahaya. Udah sono lo balik aja. Kaya nggak sibuk aja lo,"
"Justru itu, gue lagi pening banget sama urusan kerjaan makanya gue mau nenangin pikiran gue dengan ketemu sama lo,"
"Bodo amat deh, udah buruan pergi. Bentar lagi gue take lagi," Huarin mendorong punggung tegap cowok tadi agar segera menjauh darinya.
Tapi bukan Jeidan namanya kalo nggak keras kepala. Jeidan justru malah menarik tangan Huarin dan mengelusnya. Huarin udah berontak karena takut kalo ada yang liat bisa bisa urusannya panjang.
"Lo tega? Gue seminggu ini lagi pusing banget. Mikirin kerjaan, mikirin sesuatu yang selalu muncul dikepala gue, bahkan seringkali gue mikirin kembaran gue,"curhat Jeidan sambil menatap sendu sepatunya.
"Makanya kan udah sering dibilangin, kalo lo capek coba istirahat, cari hiburan, atau lo ngapain kek gitu. Dan kalo ada masalah coba diomongin baik baik. Bukannya malah lo stres,"
"Udah Dan, plis tinggalin gue sendiri. Gue nggak mau sikap lo kayak gini. Udah cukup gue kena hujat fans lo gara gara music video dua bulan lalu. Apa dari situ nggak liat kalo gue banyak dihujat? Gue nggak mau berurusan sama fans lo yang brutal. Jadi tolong lupain perasaan lo dan fokus aja ke karir lo. Lo harus mikirin anggota lo, fans, bahkan staff yang lain kalo lo kaya gini," sebelum benar benar pergi, Huarin menyempatkan untuk menepuk pundak Jeidan untuk sekedar memberikan seutas semangat.
Huarin tau Jeidan dengan baik. Tau sifat dan masalahnya. Tau kalau Jeidan tidak baik - baik saja. Tapi biarkan Huarin egois dengan caranya. Dia nggak mau berurusan dengan Jeidan lagi, bahkan sudah berusaha melupakan cowok yang pernah menyandang gelar kekasihnya. Huarin masih kecewa dengan Jeidan tempo dulu yang memutuskan secara sepihak.
"Maaf, tapi hati yang terluka pasti akan meninggalkan bekas meskipun beribu kali diobati. Visualnya memang tak nampak, tapi rasanya masih erat terbayang,"
"Jaga kesehatan lo baik - baik. Jangan keseringan minum obat karena itu cuma bikin lo makin rusak. Semoga hidup lo selalu bahagia. Dan carilah cewek yang benar - benar tulus dan mau mencintai lo apa adanya,"
Kali ini Huarin benar - benar pergi menjauh dari Jeidan. Sedangkan Jeidan masih berdiri tegap di tempat awal. Memandang lurus tembok polos dengan perasaan kacau.
Orang yang dicintai telah ia lukai dan kini meninggalkan luka pula pada Jeidan. Ralat. Bukan luka tapi pukulan telak pada sikapnya terdahulu. Gadisnya benar - benar pergi.
🐶
Yesi masih sibuk dengan pulpen dan kertas yang ada didekapannya. Berulang kali ia membolak balikkan lembar tiap lembar. Matanya menelisik satu persatu tulisan yang ada di kertas tadi. Beberapa kali juga mulutnya berdecak kesal. Merasa lelah karena kertas itu semakin membingungkannya.
Kesalnya makin terasa ketika mengingat temannya pamit meninggalkannya sendiri. Bukan itu yang buat Yesi kesal. Tapi temannya meninggalkan Yesi yang mana harusnya mengambil sampel untuk penelitian mereka berdua.
"Ish, males banget gue astaga. Emang Lia ngeselin banget,"gerutu Yesi.
"Masa gue harus nyari sampel semua orang disini sendirian? Huaaa Mamah tolongin,"
Setelah lelah bermonolog, Yesi segera bergegas melakukan pekerjaannya sebelum sore. Karena biasanya kalau sore orangnya makin banyak.
Tugas untuk mahasiswa semester tengah memang mulai ribet. Seperti sekarang ini. Yesi harus mengambil sampel pendapat dari beberapa pengunjung taman untuk kebutuhan penelitian yang sedang ditugaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Privacy | LEE JENO |
RandomSebagai seorang fans harusnya selalu mendukung idolanya namun harus tetap bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Pantaskah jika seorang fans berharap lebih kepada idolanya? Dan sebagai seorang idola harus memberikan fan service yang memuaskan aga...