Bonus Chapter

467 46 11
                                    

Hari ini menjadi hari paling spesial untuk pasangan yang akan menempuh kehidupan baru. Semua orang sibuk mempersiapkan suatu momen sakral yang berharap hanya akan terjadi satu kali dalam hidup.

Tak banyak yang datang di tempat sakral itu  hanya orang-orang terpilih dan inti saja yang datang. Bahkan momen ini sangat privacy dan tidak banyak orang yang tau. Ini karena pemilik acara tidak ingin acara sakral ini menjadi konsumsi banyak orang.

Pemilik acara pun tak berhenti menggumamkan untaian doa agar acara berjalan dengan hitmat dan lancar.

"Santai aja dek, jangan gugup. Semuanya akan baik-baik aja dan lancar,"ujar seorang wanita paruh baya saat melihat wajah cantik anak gadisnya gelisah.

"Huhhhh~~~"helaan nafas terdengar sebagai jawaban.

"Mamah juga dulu segugup itu dek, tapi mamah selalu berpikir kalo semuanya akan baik-baik saja dan ini akan menjadi momen tak terlupakan dek,"

Tiba-tiba saja wanita cantik itu memeluk erat tubuh sosok paruh baya yang ternyata ibunya. Bahkan air matanya pun mengalir.

"Mamah, maafin Yesi ya. Selama ini Yesi ada banyak banget salah sama Mamah, Yesi banyak membangkang, Yesi banyak buat mamah sedih, Yesi belum bisa bahagiain Mamah,"Mamah mengusap punggung Yesi yang sudah berbalut gaun putih.

Mamah pun berusaha untuk menahan airmatanya karena ia tak ingin tampak sedih di depan putrinya.

"Iya, adek nggak pernah ngrepotin mamah, mamah senang dan bersyukur ada adek dan abang dalam hidup mamah. Mamah jadi punya semangat hidup. Kamu nanti harus berbakti sama suami kamu, jangan sampai kamu kecewain suami kamu, nggak boleh membangkang sama suami. Mamah selalu mendoakan yang terbaik buat kamu sama Jeidan. Melihat kamu bahagia mamah sudah bahagia dek,"Yesi semakin mengeratkan pelukannya pada Mamah. Air matanya benar benar tidak bisa dibendung lagi.

"Udah, jangan nangis. Nanti make upnya luntur,"Mamah mengurai pelukannya.

🐶

Tak berbeda di tempat lain, ada satu laki-laki yang tengah mondar mandir sejak 30 menit yang lalu. Tangannya sudah saling tertaut untuk menghilangkan rasa gugup dan keringat dingin.

Pikirannya pun terus berputar tentang semua kemungkinan terburuk. Bahkan kegugupannya melibihi saat dia debut dulu.

"Udah kali mondar mandirnya,"ujar Miko yang dengan setia menemani Jeidan.

"Lo mendingan duduk dulu sini, minum,"sahut Rasya.

Poseidon pun kompak menemani Jeidan di ruang tunggu sebelum acara sakral dimulai. Jeidan sendiri yang minta karena dia tak bisa sendirian. Tiba-tiba kepanikannya datang lagi.

"Pusing gue liat lo asli. Udah jangan gugup,"Cakra ikut menimpali karena lama-lama tak tahan melihat Jeidan yang tak bisa diam.

Jeidan berhenti dan kemudian mencari sesuatu dari dalam tasnya.

"Nyari apa Bang?"tanya Satya.

"Gue nggak bisa gini, gue butuh itu,"Jeidan masih aja mengubek ubek tasnya.

"HEH! Jangan bikin gue nonjok lo ya,"Miko melotot marah kearah Jeidan. Yang lain pun melakukan hal yang sama.

"Bisa-bisanya lo kepikiran minum benda haram itu, udah dibilangin sini duduk, gue ambilin teh,"Rasya menarik Jeidan untuk duduk di salah satu kursi dan pergi mengambil Teh.

"Ini tuh hari penting buat lo, jangan aneh aneh napa,"ujar Cakra.

Rasya kembali membawa teh dan seorang wanita dibelakangnya.

"Kenapa Bang? Lo gugup? Coba tarik napas pelan pelan, terus keluarin. Lakuin sampe lo bener bener rileks," ujar wanita tadi sambil mengelus punggung Jeidan.

Privacy | LEE JENO |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang