S

365 65 1
                                    

Hari - hari Yesi satu minggu ini lagi berubah drastis banget. Entah ini harus seneng apa sedih tapi Yesi seneng banget. Disisi lain Yesi juga sedih. Bukan. Tapi khawatir. Khawatir kalau nanti terjadi hal diluar dugaannya. Khawatir kalau Yesi bakal jatuh terlalu dalam. Khawatir nanti Yesi nggak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Saat ini Yesi sedang duduk meja belajarnya. Buku yang sudah ia buka tak sedikitpun dibaca. Hanya dibiarkan terbuka dengan diterangi cahaya lampu belajar. Sedari tadi ia hanya menatap foto Jeidan yang sengaja ia gantung di meja belajarnya. Pikirannya pun melayang kemana mana. Sesekali otaknya juga berpikir tapi langsung menggelengkan kepalanya ribut.

Sekarang ia harus gimana? Haruskah ia berhenti? Atau justru biasa saja membiarkan semuanya terjadi? Ah entahlah Yesi bingung. Semua terjadi secara tiba - tiba.

Andaikan boleh memilih. Yesi akan memilih menjadi fans biasa yang jauh dari jangkauan sang idola. Hanya mengetahui fakta yang sudah ada di beberapa media tanpa harus mengetahui fakta lain dari sang idola. Yesi juga menyesal berada ditaman saat itu. Menyesal melihat pemandangan itu dan mendengar semua omongan yang seharusnya tidak ia dengar.

"Yesi!"panggil Jinu sambil menepuk bahu Yesi.

"IH! Ngagetin aja lo,"sentak Yesi yang langsung meninju lengan Jinu.

"AW sakit anjir. Lo lagi mikirin apa sampe kaget gitu?"

"Nggak ada, lo aja yang tiba - tiba kayak setan makanya kaget,"

"Nggak usah bohong. Lo lupa kalo kita kembar? Perasaan gue nggak enak daritadi,"

"Oiya lupa. Soalnya lo keliatan tua si jadi kek abang banget,"

"Si anjir emang. Eh lo dicariin ayang lo tuh,"

Mata Yesi yang sipit langsung melotot lebar.

"Ihh ngapain si kesini lagi,"

"Loh, bukannya lo seneng ya harusnya. Lo bisa diapelin sama ayang lo yang selama ini lo haluin,"

"Bukan gitu, tapi tu dia kan idol. Gue nggak mau masuk lebih dalem sama dia. Gue nggak mau nantinya dia kenapa napa, atau bahkan nanti kita juga kena imbasnya. Gue takut nanti kalo tiba - tiba ada yang buntutin dia kesini,"

"Alah, bilang aja lo takut baper kan?"

"Apasi? Enggak lah. Mana mungkin gue baper sama idol. Kalo bisa jangan deh. Ribet."

Jinu menggeleng dan tersenyum melihat tingkah adik kembarnya. Jinu paham sebenarnya pasti Yesi ada perasaan lain selain perasaan seorang fans. Jujur saja Jinu juga khawatir jika adiknya benar benar jatuh pada idola yang digandrungi banyak fans. Jinu takut Yesi terkena masalah hanya karena berhubungan dengan idola. Jinu nggak mau adiknya terluka sedikitpun apalagi hatinya. Jinu nggak akan segan segan menghabisi orang yang berani menyentuh adiknya. Meskipun sering bertengkar, Jinu sayang sekali dengan Yesi.

"Terserah lo aja. Kalopun nantinya lo jatuh. Lo harus siap segala konsekuensinya. Jangan pernah lo simpan apapun dari gue. Bahkan masalah cowok sekalipun. Kalo ada cowok yang deketin lo harus gue ospek dulu pokoknya. Ngerti?"

"Dih.. apa apaan nih tiba tiba gini? Nggak kesambet kan?"

"Gue cuma ngingetin aja kalo lo nggak boleh mendem apapun sendirian. Lo punya gue yang bisa jadi telinga buat lo, gue bisa jadi tembok tempat lo bersandar. Bahkan lo bisa jadikan gue sebagai tali buat lo bergantung,"

"Keren banget abang gue dah. ter debest pokoknya,"

"Yaudah sono samperin ayang lo, kasian nungguin daritadi,"

Yesi pun menurut dan segera merapikan penampilannya. Harus cantik mau ketemu ayang.

🐶

"Ngapain kesini lagi?" Tanya Yesi saat melihat Jeidan duduk dengan memainkan ponsel pintarnya.

Privacy | LEE JENO |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang