Kondisi Jeidan setelah kejadian semalam dihabisi Jinu cukup parah. Wajahnya penuh lebam dan perutnya yang juga memar bahkan tubuhnya kini demam tinggi.
Saat dibawa Eden pun kesadaran Jeidan sudah hilang. Eden sedikit miris melihat kondisi saudara kembarnya. Jika jujur, Eden sebenarnya bukan benci dengan Jeidan. Namun lebih merasa kalau ia ingin bersama dengan Jeidan. Ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Jeidan seperti layaknya anak kembar lainnya.
Sudah lama sejak terakhir kali ia menyentuh Jeidan dengan perasaan seorang saudara. Biasanya mereka bersentuhan hanya saat saling meninju.
Entah apa yang terjadi dengan Eden, dirinya tiba-tiba ingin bertemu dengan Jeidan. Ingin memperbaiki hubungannya dengan Jeidan.
"Den?" Seru Jeidan ketika bangun dari tidurnya dan mendapati Eden tengah melamun disamping ranjangnya.
"Hm?"
"Lo kenapa?"
"Kenapa? Gue baik-baik aja,"
"Maksud gue, kenapa lo selamatin gue dari kembaran Yesi? Lo yang dulu bisa mukul gue lebih dari ini kenapa sekarang malah nolongin gue? Bahkan gue liat lo nangis,"
"Apa yang gue lakuin salah? Lo nggak seneng gue tolongin? Lo lebih milih mati?"
"Nggak ada yang salah. Gue seneng aja ternyata lo masih peduli sama gue. Kalo emang gue harus mati biar semua bisa selesai nggak masalah,"Jeidan tersenyum. Ia mencoba untuk duduk tapi tiba-tiba meringis karena merasakan sakit di bagian perutnya.
"Jangan banyak gerak dulu, perut lo masih banyak memar,"Eden membantu Jeidan. Jeidan memperhatikan setiap gerakan Eden. Tak disangka matanya memanas.
"Jangan pernah ngomongin mati sama gue,"ujar Eden dingin.
"Kenapa? Lo sendiri yang nggak mau liat gue didunia ini. Lo nggak mau punya kembaran kaya gue,"
"Itu dulu cuma pemikiran bodoh. Gue yang selama ini cuma diliputi rasa sedih, kecewa. Cuma kata-kata itu yang bisa keluar dari mulut gue. Gue terlalu gengsi buat bilang kalo gue butuh lo, gue kangen sama lo, gue pengen kita sama-sama kaya waktu kecil sebelum lo sibuk sama dunia lo sendiri,"
"Cukup dulu sampai sekarang lo jauh dari gue. Gue mau perbaiki hubungan kita. Gue bakalan coba ngilangin gengsi gue. Gue bakal jadi orang paling berdosa dan bakal menyesal seumur hidup kalo lo mati sebelum gue minta maaf sama lo,"
Jeidan memperhatikan dan menyimak setiap kata yang Eden lontarkan. Matanya pun menatap lekat wajah yang begitu mirip dengannya. Melihat mata yang kini tengah menahan air mata.
"Lo nggak perlu minta maaf. Karena disini gue yang salah. Gue yang udah ninggalin lo demi semua ego gue. Gue yang udah mengorbankan masa kecil kita. Gue yang juga gengsi untuk memperbaiki semuanya. Gue yang terlalu egois dan kekanakan memikirkan diri gue sendiri tanpa mikirin perasaan lo,"Jeidan menepuk pundak Eden yang kini mulai bergetar. Terdengar isakan pilu di telinga Jeidan.
Baru kali ini Jeidan melihat dan mendengar tangisan kembarannya.
"Udah lama kita nggak gini, ternyata kalau kita komunikasi, saling cerita masalah kita masing masing semuanya jadi jelas. Selama ini kita cuma gengsi terlalu diliputi ego karena jarang ketemu dari kecil. Gue harap setelah ini kita bisa membuat banyak hal yang belum pernah kita lakuin sejak kecil,"Jeidan memeluk tubuh Eden erat. Menyingkirkan rasa sakit yang sebenarnya begitu terasa.
Bahkan kini air matanya juga telah mengalir. Entah kapan terkahir kali mereka begini. Tapi sekarang keduanya merasa begitu lega. Eden balas memeluk Jeidan hati hati karena takut menyakiti Jeidan.
🐶
Berita yang begitu mengejutkan keluar dari agensi Poseidon yang menyatakan jika Jeidan akan hiatus hingga waktu yang belum ditentukan. Dan Poseidon akan melanjutkan perilisan album dengan lima anggota saja. Persiapan yang kemarin 85% harus diulang kembali dari awal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Privacy | LEE JENO |
RandomSebagai seorang fans harusnya selalu mendukung idolanya namun harus tetap bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Pantaskah jika seorang fans berharap lebih kepada idolanya? Dan sebagai seorang idola harus memberikan fan service yang memuaskan aga...