U

362 59 3
                                    

"Bang Jeno kenapa ya? Kok dari kemarin kayaknya nggak semangat gitu pas latihan, udah gitu tadi buru - buru pergi lagi," tanya Satya yang heran karena Jeidan tiba - tiba menjadi sangat diam dan wajahnya tampak gelisah.

Semuanya berpikir dan setuju dengan apa yang diucapkan Satya. Sejak pulang bersepeda dengan Miko, Jeidan terlihat sangat khawatir akan sesuatu dan beberapa kali melihat ponselnya. Bahkan saat latihan dia juga kurang fokus. Akhirnya tadi Jeidan izin untuk pergi dengan alasan menengok saudara yang sakit.

Mereka tidak tau itu benar atau tidak. Tapi Poseidon yakin kalau mungkin memang Jeidan sedang khawatir dengan saudaranya.

"Ya tadi katanya kan saudaranya sakit, mungkin sakitnya parah jadi Jeno khawatir,"jawab Rasya.

"Tapi kok kaya beda ya khawatirnya?" Tanya Satya lagi.

"Beda gimana sih Sat? Lo sok tau banget deh,"Leo jengah melihat Satya yang kepo.

"Ya nggak usah ngegas sampe ngatain bangsat dong. Kan gue cuma heran,"

"Yang ngatain lo Bangsat siapa? Gue juga nggak ngegas,"

"Tapi itu nada ngomong lo tinggi, lo tuh manggil gue Sat Sat,"

"Ganti nama aja deh lo, nama lo bikin suudzon,"

"Dih, siapa lo nyuruh nyuruh gue ganti nama,"

Miko, Rasya dan Cakra hanya memperhatikan pertengkaran dua manusia yang emang nggak pernah berhenti kalo udah adu mulut. Tapi kalo nggak dipisahin bisa sampe gurun turun salju.

"Oke anak - anak, sekarang kalian mandi terus tidur. Daripada adu mulut gini. Lama lama bibir kalian seksi,"ujar Miko menengahi adu mulut antara Satya dan Leo.

"Kalo ngomong lagi lo berdua bersihin ruangan ini sama cuci piring besok pagi," ujarnya lagi saat Satya dan Leo hendak membuka mulutnya lagi.

Kadang suka heran anak Poseidon tuh. Cuma masalah panggilan Leo ke Satya aja bisa sampe adu mulut. Anehnya lagi mereka pasti ribut masalah itu.

Daripada harus cuci piring dan membersihkan dorm. Satya dan Leo kembali ke kamar masing - masing diikuti dengan Rasya dan Cakra. Sedangkan Miko berniat menunggu Jeidan pulang. Karena ada hal yang ingin ia tanyakan dan pastikan.

Benar saja, belum sampai satu jam Miko menunggu. Jeidan sudah kembali. Tanpa sepatah kata pun Jeidan langsung menhempaskan tubuhnya di samping Miko. Dengan cepat ia melepas Hoodie, masker dan topinya.

Dari situ Miko dapat melihat wajah lelah Jeidan.

"Kenapa lo? Pulang - pulang lesu gitu,"tanya Miko saat melihat Jeidan memejamkan matanya sambil mendongak.

"Gue lagi, bingung, capek tapi ahhhkh pusing gue,"jawab Jeidan frustasi dan langsung mengacak rambutnya.

"Kenapa si? Coba ngomong yang bener. Siapa tau gue bisa bantu,"Miko heran tumbenan banget Jeidan frustsi gini. Biasanya dia gini kalo setiap bikin lagu tapi nadanya nggak pas.

Emang seharian ini Poseidon dibuat terheran heran sama Jeidan.

"Lo inget kan omongan gue di taman kemarin. Kalo gue suka sama fans gue?"

"Terus?"

"Cewek itu tu temennya yang kemaren minta foto sama lo. Fans yang kalo kita fansign di sekitar menara Bing selalu pertama,"

"Lo gila,dari sini aja lo udah gila,"

Jeidan menatap bingung teman bandnya satu ini.

"Maksud lo?"

"Ya lo pikir aja. Masa iya lo suka sama fans lo sendiri. Bisa bisanya lo baper sama fans lo. Perasaan lo itu terlalu berbahaya tau nggak? Baik buat lo atau fans lo. Bahkan kita," tegas Miko dengan wajah khasnya.

Privacy | LEE JENO |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang