Satu tahun telah berlalu. Terlalu lama memang tapi bagi orang-orang tertentu jangka waktu segitu tak terasa. Satu tahun berlalu tak banyak berubah tapi tadi ada banyak kenangan baru yang tercipta. Satu per satu luka mulai kering tanpa berbekas.
Setelah bertahun-tahun bergelut dengan pikirannya sendiri. Berperang melawan dirinya sendiri. Jeidan berhasil berdamai dengan dirinya sendiri. Obat yang selama ini jadi teman sedihnya sudah tergantikan oleh orang-orang yang ia sayangi.
Satu tahun hiatus dari dunia artis dan merasakan kehidupan manusia biasa Jeidan banyak pengalaman baru. Semua yang ia lewatkan selama masa kecil dan remaja berusaha ia buat. Memperbaiki semua yang pernah ia rusak.
Hubungan yang dulu renggang berusaha ia eratkan kembali bahkan tanpa celah. Semua yang terlewat terus ia coba untuk buat. Perlahan tapi pasti semuanya berbuah manis. Jeidan telah berdamai dengan keadaan dan dirinya sendiri. Menurunkan egonya.
"Heh, ngelamunin apa lo? Sini cerita," tegur Eden saat mendapati Jeidan tengah melamun di teras rumah.
"Ngagetin lo, kalo jantung gue copot dan gue mati gimana?"ujar Jeidan lalu memperbaiki posisi duduknya.
"Heh, sakit anjir. Kenapa si lo?"Jeidan mengelus kepalanya yang sakit karena digeplak Eden.
"Lo yang kenapa? Udah gue bilang berapa kali kalo jangan pernah ngomongin mati sama gue,"
"Becanda elah. Lo mah serius banget. Iya tau, adekku ini nggak rela ditinggal sama abang yang paling ganteng ini kan?"goda Jeidan lalu berdiri mengusak kepala Eden.
"Apa si anjir usap-usap. Naksir ntar sama gue,"Eden menepis tangan Jeidan dan sukses membuat Jeidan tertawa.
"Dih, mana ada. Lo nggak lupa kan kalo gue dah punya pacar. Itu sebagai bukti sayang gue sama lo. Biar lucu kaya Yesi sama Jinu yang suka gitu,"
"Iya deh yang paling punya pacar. Lagian ya, Yesi sama Jinu tu lucu karena mereka beda gender. Kalo kita nih aneh jadinya,"
"Alah, nggak usah sok aneh, kita beberapa waktu terakhir juga sering pelukan, duduk dempet dempetan kok. Kita kan kaya upin ipin,"
"Mau lo kaya tu bocah dua? Udah pendek, botak, mana bodoh lagi masa dari dulu tk mulu,"
"Heh, jangan kartun shamming lo, yaudah lo mau kaya apa?"
"Gue mau kita ya kaya kita versi kembar kita sendiri,"
"Aaaaaaaaaaa,"Jeidan memeluk Eden erat.
"Widih.. apanih peluk-peluk gue nggak diajak,"ujar manusia dengan tak berdosanya ikut berpelukan.
"Siapa lo anjir, asal peluk ihh.. minggir. Lo tuh nggak diajak,"ujar Eden sambil mendorong tubuh Jinu menjauh.
Ia cowok yang tadi tuh Jinu yang kebetulan pas masuk dari gerbang lagi liat para kembaran khusyuk pelukan sampe nggak denger suara motornya.
"Iya deh iya yang paling kembar sampe nempel mulu,"ujar Jinu dengan muka julidnya.
"Padahal dulu kalo ketemu cuma jotos jotosan doang...,"
"Sssssttt berenti sebelum bibir lo makin tebel,"
"Dan lo, sampe lupa ada janji sama adek gue gara gara sibuk pelukan sama Eden,"tunjuk Jinu pada Jeidan yang sedang tertawa.
Saat itu juga muka Jeidan berubah dan langsung menepuk kepalanya.
"OIYA LUPA ASTAGAA!"Jeidan berlalu masuk mengambil dompet dan langsung berlari kearah gerbang.
"WOI! MAU LARI LO?"lagi-lagi Jeidan menepuk kepalanya lupa mengambil kunci mobil.
"Pinjem ya,"Jeidan merebut kunci motor Jinu dan langsung diteriaki Jinu tapi Jeidan dengan segera sudah melesat pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Privacy | LEE JENO |
RandomSebagai seorang fans harusnya selalu mendukung idolanya namun harus tetap bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Pantaskah jika seorang fans berharap lebih kepada idolanya? Dan sebagai seorang idola harus memberikan fan service yang memuaskan aga...