L

436 70 0
                                    

Sepasang ibu dan anak tengah asik mengobrol di ruang makan sambil sesekali menyantap makanan yang terhidang di meja makan.

Sudah lama sekali ibu dan anak ini tidak bertemu karena sang anak sibuk bersekolah di luar negeri. Dan karena kesibukannya kuliah juga jarang pulang ke rumah meskipun kampus dan rumahnya satu kota.

Perbincangan mereka tampak asik sekali, terlihat dari wajah gembira yang terpancar jelas di wajah sang ibu dan anak. Tak ada raut canggung antara keduanya. Benar benar bahagia sekali. Sampai satu suara menghentikan kegiatan mereka.

Belum sempat orang tadi mengucapkan salam. Matanya sudah menangkap sosok tak asing yang tengah duduk berdua dengan sang ibu. Tubuhnya sejenak kaku. Dan hendak berbalik sebelum suara sang Mama menghentikan langkahnya.

"Jeidan, sini makan,"ajak Sang Mama dengan berjalan menghampiri Jeidan yang hendak meraih gagang pintu.

Jeidan berbalik dan menatap sang mama dengan senyuman seadanya. Matanya melirik manusia yang duduk tanpa melihat kearahnya.

"Emm nggak deh ma. Tiba tiba ada pesan dari kantor katanya ada rapat mendadak,"bohong Jeidan.

"Loh kok tiba - tiba banget? Itu ada Eden juga. Kalian dah lama kan nggak ketemu. Ayo makan bareng mumpung kalian pulang,"

"Biarin aja kali Ma, kalo dia sibuk nggak usah ditawarin,"ucap Eden tanpa menoleh sedikitpun.

"Yaudah, kalo emang nggak bisa makan disini. Tapi biar mama bungkusin ya biar kamu bisa makan di kantor nanti sehabis rapat,"Mama menarik tangan Jeidan untuk duduk di ruang makan bergabung dengan Eden.

Jeidan pasrah saja, dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Eden matanya masih menatap laki - laki yang berparas mirip dengannya itu. Eden pun cuek tanpa tertarik sedikitpun pada Jeidan. Melirik pun tidak.

Mama mencoba memahami saat melihat kedua anak kembarnya tidak saling menyapa bahkan saat mereka tidak pernah bertemu selama beberapa saat. Memang anak kembarnya ini memiliki sedikit masalah sejak kecil sehingga tak bisa akur. Bahkan bertegur sapa.

"Jeidan mau minum apa? Biar mama buatin dulu," Mama tak tahan jika kedua anaknya tidak berbicara  dan suasana berubah canggung.

"Kan dia buru - buru ma, mana sempet minum.," bukan Jeidan yang menjawab melainkan Eden.

"Eden, kamu kenapa sih? Itu kakaknya pulang malah gitu. Kalian kan jarang ketemu juga. Apa nggak kangen?"

"Dih, ngapain juga kangen sama anak macem dia. Lagian dia sendiri yang bilang sibuk mau rapat. Ngapain lama - lama disini? Mendingan buruan pergi sebelum grup lo bubar,"ucap Eden santai.

"Eden!"sentak Mama ketika merasa jika Eden sudah keterlaluan.

"Udah ma, biar Jeidan pergi aja. Bekalnya udah kan? Jeidan pamit Ma,"
Jeidan tak mau mendengar omongan Eden lebih banyak. Bisa - bisa dia lepas kendali. Lebih baik ia segera pergi dari rumah itu.

Setelah mama mengangguk, Jeidan langsung menuju pintu dengan tangan menenteng bekal yang baru saja disiapkan Mama. Perasaannya kembali tak enak. Kenapa dia nggak pernah bisa akrab dengan adiknya? Padahal ingin sekali Jeidan sekedar mengobrol.

Tapi ya sudahlah.

🐶

"Astaga!!abis mangkal dimana lo?"Jinu kaget melihat penampilan adiknya. Sebenarnya nggak ada yang salah karena Yesi hanya mengecat rambutnya saja. Tapi emang dasarnya Jinu aja yang lebay.

"Sembarangan banget mulut kalo ngomong,"Yesi melempar tas ranselnya tepat ke muka Jinu dan sukses membuat Jinu kesakitan.

"Lo tuh nggak tau style, ini model lagi hits tau nggak? Nggak tau si pasti, keliatan."

Privacy | LEE JENO |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang