P

365 61 2
                                    

"YES!YESI!!"teriak Jinu sambil menggedor gedor pintu kamar Yesi.

Untung saja Yesi belum tidur. Kalau sudah bisa bisa Yesi akan marah besar. Tanpa basa basi lagi Yesi langsung beranjak dari meja belajarnya dan segera membukakan pintu kamarnya.

Belum juga mulai mengomeli Jinu karena berteriak tengah malam begini. Matanya malah melotot saat melihat Jinu memapah seseorang yang tengah menunduk dalam. Dugaan Yesi orang itu mabuk.

"Weh, lo ngapain anak orang?"tanya Yesi.

"Gue nemuin dia di deket bar. Terus gue liat wajahnya kok kaya kenal. Kasian juga dia babak belur. Abis berantem kayaknya,"

"Ya terus? Ngapain lo bawa kesini? Kekamar gue lagi,"

"Nih, liat? Ini ayang lo kan?"

Mata Yesi langsung melotot saat Jinu mendongakkan kepala orang di papahannya. Yesi terkejut melihat lebam di di sudut bibirnya dan keadaan yang cukup kacau.

"HEH! kok bisa? Ayang gue kok bisa gini?"

"Ya mana gue tau. Dah minggir lo. Berat ini orang,"

"Ehh jangan dikamar gue dong. Di kamar lo aja,"

Yesi menahan Jinu yang hendak memasuki kamarnya dengan Jeidan. Bukan apa - apa. Tapi Yesi tak nyaman jika kamarnya dimasuki oleh cowok lain selain Jinu.

"Di kamar gue ada Eden. Dia juga tadi lagi babak belur juga, jadi nggak mungkin gue tampung semua dikamar gue. Lagian itu kan ranjangnya 2. Biar ini orang tidur di ranjang gue,"

Jinu langsung saja menyelonong masuk tanpa memperdulikan Yesi yang tengah berpikir.

Jinu membaringkan tubuh lemas Jeidan ke kasur miliknya yang ada di kamar Yesi.

"Lo obatin deh lukanya, terus lo kompres deh kayaknya dia mulai demam gara - gara kebanyakan minum,"

"Kenapa nggak lo taro di ruang tamu aja si? Gue nggak nyaman tau nggak. Kenapa juga lo nggak minta Mamah ngobatin,"

Jinu menghela nafas. Tau banget adik kembarnya ini nggak suka kamarnya dimasuki sama orang asing. Meskipun dia idolanya sekalipun. Tapi Jinu tak punya pilihan lain. Masa iya dia akan menyatukan dua orang asing dalam satu ruangan? Rumah mereka pun tidak memiliki kamar tamu. Jadi mau bagaimana lagi?

"Lo lupa? Mamah kan lagi keluar kota ngurusin toko yang disana. Dan lo nggak berperi banget masa orang begini taro diruang tamu. Udah buruan obatin,"

"Tapi lo harus temenin gue sampe selesai. Nanti gue mau tidur dikamar Mamah,"

"Iya deh terserah lo, yang penting obatin dulu. Kasian," Yesi pun menurut dan langsung pergi mengambil kotak P3K dan handuk kecil beserta air hangat.

Yesi dengan telaten membersihkan bekas darah mengering disudut bibir Jeidan. Yesi menatap wajah Jeidan yang tampak lelah. Berbeda sekali dengan wajah yang selalu Jeidan tunjukkan di depan kamera.

Yesi tak menyangka. Jeidan sosok idol yang tampak ramah, baik, dan tampak sempurna ternyata memiliki sisi yang jauh berbeda di dunia nyata.

"Yes, gue nggak nyangka ayang lo ini doyan mabuk juga, gue kira dia anak baik baik,"

"Hmm gue sendiri juga kaget, semoga aja bentar lagi nggak muncul rumor aneh,"

"Tapi menurut gue ada Yes. Soalnya dia tadi gue liat nggak pake perlindungan apapun. Wajahnya bener bener jelas. Gue yakin pasti ada orang iseng yang bakalan nyebarin ini,"

"Oiya, lo bukannya seneng ya kalo ayang lo ini tidur dikamar lo. Jarang jarang loh ada fans seberuntung lo,"

"Ada senengnya ada engganya si. Soalnya gue malah takut kalo gue jadi perlahan keseret ke dunia yang nggak pernah gue pengen. Dunia hiburan bukan ranah gue. Gue takut semakin banyak interaksi sama dia. Karena pasti nanti orang lama - lama jadi kepo sama gue,"

Privacy | LEE JENO |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang