Sana tersenyum menatap piringnya yang sudah mengkilap. Sekarang dirinya sudah benar-benar kenyang. Perempuan itu mengambil tisu yang ada di atas meja dan mengelap bibirnya. Ia mendongak untuk
melihat jam dinding dan menyeringai, sekarang sudah menunjukkan pukul dua siang. Dan satu jam lagi ada rapat dewan direksi di kantor.Sebenarnya Sana masa bodoh dengan rapat itu. Lagi pula hari ini masih masuk ke dalam sisa-sisa cutinya karena liburan kemarin. Dan juga, bukankah di sana ada manager? Wakilnya? Ya sudah, mereka juga
tidak apa-apa untuk memimpin rapat, kan? Tidak harus dirinya?Sana tersenyum bangga entah karena apa. Ia pun bangkit dari kursi dan berencana untuk kembali ke kamar lalu merebahkan diri di kasur empuknya. Tapi, sepertinya rencana itu harus dikubur dalam-dalam ketika dia membalikkan tubuh, entah kenapa sosok Tzuyu sudah berdiri di hadapannya. Sana memutar bola matanya malas saat menyadari wajah itu lagi-lagi harus dia lihat.
"Astaga, udah kayak hantu ya, muncul
tiba-tiba," sindir Sana sinis.Namun, perempuan cantik itu terus berjalan santai melewati Tzuyu yang sedari tadi menatapnya tenang. Awalnya Sana ingin bersikap acuh tak acuh dan mengabaikan Tzuyu. Tapi sepertinya Sana tidak sepenuhnya berhasil melakukan itu. Terlihat saat Sana menapaki tangga menuju kamarnya dengan kening berkerut.
"Sungguh! Ini Ini sungguh mengganggu." Batinnya.
"Sebenarnya lo ngapain ngikutin gue?!" todong Sana kesal. Ayolah! Dirinya mau ke kamar dan tidur. Untuk apa lelaki ini mengikutinya?
"Aku cuma mau memastikan kamu nggak tidur saat masuk kamar. Kamu nggak lupa kalau ada rapat pukul tiga ini kan?"
Sana mendengar kejanggalan pada cara bicara Tzuyu saat ini. Lelaki itu sudah tidak menggunakan saya-Anda lagi saat berbicara dengannya.
"Gue nggak mungkin lupa, ingatan gue ini yang terbaik. Tapi bagaimana kalau gue yang nggak mau pergi ke sana? Lo mau apa?" Kali ini Sana benar-benar memutar tubuhnya untuk menghadap Tzuyu. Ditatapnya sengit lelaki itu dengan sorot mata menantang.
"Kalau begitu jangan salahin aku kalau aku sedikit kasar."
Dengan tiba-tiba Tzuyu menarik paksa dan menyeret tangan Sana untuk segera masuk ke dalam kamar.
Sana melotot kaget melihat tindakan pria di depannya itu.
'Wah, orang ini sudah mulai berani ternyata?!' batin Sana kesal.
"Eh! Lo mau apa? Gue ini klien lo ya! Lo bisa gue pecat kalau lo seenaknya sama gue!" Sana terus mengomel. Tak henti-hentinya perempuan itu melayangkan sumpah serapah untuk Tzuyu dan terus-terusan mengancam lelaki itu dengan kata 'pecat'.
Sementara itu, Tzuyu sama sekali tidak tampak peduli dengan kicauan dan makian dari Sana. Ancaman memecatnya bukanlah sesuatu yang bisa membuat Tzuyu takut.
Pecat? Pecat dia bilang? Bagaimana mungkin Tzuyu dipecat di saat dirinya ini sedang dijodohkan dengan Sana Walaupun Sana yang memecatnya, pasti Paman Minato tidak akan tinggal diam. Dan juga kalau bukan karena amanat Paman Minato yang menelponnya tadi pagi agar membawa Sana ke rapat hari ini, mana mungkin Tzuyu akan betah lama-lama di sini. Demi Tuhan! Tzuyu juga punya pekerjaan! Masih banyak hal yang harus dia urus. Seperti halnya urusan berkas dengan Sana, pekerjaannya di rumah sakit dan pembukaan klinik. Baru lima hari dia kembali ke Korea, yah walaupun jam terbangnya belum terlalu padat tapi tetap saja, dia butuh mengerjakan urusannya juga. Apalagi besok adalah jadwalnya mulai bekerja di Rumah Sakit.
"Diam di sini, jangan gerak."
Sana membulatkan matanya saat Tzuyu membawanya sampai ke depan lemari pakaian. Tzuyu melepas pegangannya pada tangan Sana. Lelaki itu masih mengabaikan tatapan membunuh yang sejak tadi diberikan Sana kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢
RomanceCantik, pintar, kaya, dan seksi. Empat hal yang diimpikan oleh para perempuan dan semua itu berada dalam diri seorang Minatozaki Sana. Sayangnya keempat hal tersebut tidak membuat seorang Chou Tzuyu serta merta bertekuk lutut di hadapannya. Karena...