8

583 66 0
                                    

"Sana!" Dahyun berjalan setengah berlari guna menyusul Sana yang entah kenapa sedari tadi dirinya panggil tapi tak kunjung menyahut ataupun menoleh. Tidak biasanya.

"Sana!" Dahyun pada akhirnya mampu menyamakan posisi berdiri di samping Sana yang masih berjalan.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Dahyun cemas melihat ekspresi Sana yang tidak seperti biasanya.

Pintu lift terbuka, Dahyun maupun Sana melangkah masuk. Meski begitu, masih tidak terlihat tanda-tanda kalau Sana akan menjawab pertanyaannya.

"Kamu ada masalah? Bisa cerita sama aku kalau mau." Dahyun masih mencoba mengajak Sana bicara.

Terdengar tarikan napas panjang dari Sana. Perempuan itu tampak menggeleng pelan.

"Nggak apa-apa. Jadi diamlah."

Lift kembali terbuka, Sana maupun Dahyun melangkah keluar.

"Kamu bikin aku khawatir. Beneran! Ada apa sih? Apa ini gara-gara Tzu..."

Brak... pintu ruangan Sana dibanting dengan cukup keras. Dahyun terkejut bukan main dan akhirnya memilih untuk membiarkan Sana masuk ke dalam ruangannya.

"Dia kenapa?" gumam Dahyun bingung.

Sepertinya mood Sana benar-benar rusak pagi ini.

🖤🖤🖤🖤🖤

Tzuyu mengemudikan mobilnya dengan perlahan. Matanya menerawang jauh di luar sana. Belum lagi selesai kepusingannya mengenai perkataan Dahyun semalam. Pagi ini Sana sudah membuatnya merasa bersalah sendiri. Tzuyu melenguh tidak nyaman saat memikirkannya. Kenapa sih ia harus memasang wajah terluka seperti itu? Kenapa dia tidak balas membentaknya saja? Itu akan lebih baik dari pada yang seperti tadi. Tzuyu mengulurkan tangannya untuk menekan tombol radio di mobilnya. Alangkah baiknya jika ia mendengar musik saja saat ini. Ia sesekali mengalihkan pandangannya menuju radio dan jalanan. Tapi saat menoleh, tanpa sengaja Tzuyu melihat sebuah benda asing yang juga tak bisa dibilang asing. Ia pun dengan segera mengabaikan radio mobilnya dan menepikan mobilnya untuk sejenak. Lelaki itu pun segera meraih benda yang terletak di dashboard mobilnya.

"Ini hp siapa?" tanyanya pada diri sendiri.

Tzuyu mengotak-atik benda komunikasi tersebut. Tapi sepertinya benda itu dikunci dengan password.

"Ini punya Sana." gumam Tzuyu memberi kesimpulan.

Tzuyu mengangguk-angguk paham. Benar, sepertinya ini punya perempuan itu. Tapi kenapa bisa-bisanya ketinggalan? Awas saja kalau dia menuduhnya yang mengambil ponselnya!

"Gue mesti putar balik ke kantornya? Gitu?"

tzuyu meletakkan ponsel itu lagi ke tempat asalnya dan menghidupkan mesin mobil dan melanjutkan perjalanannya.

Di tempat lain Sana menutup kasar dokumen yang sedang dia baca. Perkataan Tzuyu terus berputar di dalam kepalanya. Napasnya berderu kurang nyaman. Pandangan matanya lurus menatap pintu ruangannya yang tengah tertutup. Ditangkupnya wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.

"Atas dasar apa dia bicara begitu ke gue?" desis Sana kesal.

Sana mengangkat wajahnya sigap saat sebuah ketukan terdengar dari arah pintu ruangannya. Sadar akan hal itu, ia pun buru-buru kembali membuka dokumen yang tadi ia tutup dan membacanya.

"Masuk!" sahut Sana setengah berteriak.

Pintu pun terbuka. Tapi Sana masih tampak tidak berminat untuk melihat siapa yang masuk.

"San?"

Sana menarik napasnya panjang saat suara itu terdengar, Dahyun.

"Ada apa?" tanya Sana singkat dan masih fokus pada dokumen di depannya.

𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang